Akhirnya pernyataan itu di rilis, Seulgi segera keluar dari ruangannya, mematikan ponselnya, khawatir kalau kalau ia akan di demo oleh beberapa pihak karena pernyataan itu ia buat atas inisiatifnya sendiri, Irene bahkan tak mengatakan akan melanjutkan kunjungan kerja itu, pokoknya hari ini dia harus sembunyi dulu,
Terhitung dari perilisan tersebut pernyataan dari media official sudah puluhan ribu kali di bagi tautannya, foto Irene yang tengah tersenyum indah yang Seulgi sematkan di laman itu menjadi trending di berbagai SNS, foto yang ia ambil secara sembunyi-sembunyi dengan kameranya yang sudah tak berwujud, saat senja di balkon hotel waktu itu, Seulgi refleks membidik senyum Irene yang tak sengaja tersenyum melihat menatap langit,, senja dan senyum Irene adalah kombinasi yang sempurna sayangnya itu tertutupi dengan sikap ketus ketika dimana saja mereka bertemu,
perilisan pernyataan itu sedikit banyak membawa efek positif, Irene Bae semakin di cintai karyawannya, citranya begitu baik di khalayak, dan banyaknya dukungan moril yang berdatangan, hanya saja kunjungan kerja itu, errrr
dia tak membayangkan akan ada kunjungan kerja lagi, trauma terhadap tempat ramai dan bising membuatnya benar benar depresi, dan kang Seulgi seenaknya saja menulis hal tersebut. Irene di jadwalkan akan melakukan kunjungan kerja selama 2 bulan dan ia masih harus melakukan kunjungan kerja itu sebulan lagi, belum ketika bila ia benar benar akan menggantikan posisi ayahnya, semua tantangan di perusahaannya akan berdatangan,
Irene melemparkan pandangan sendunya pada kaca solid dengan landscape gedung gedung tinggi di seoul, pikirannya berkecamuk, berpura pura baik baik saja ternyata susah, bayang bayang peristiwa itu semakin sering menghantuinya, peristiwa penculikannya dan disekap 3 hari, tekanan trauma dari peristiwa itu semakin membayanginya, lalu percobaan pembunuhan yang lain dengan air keras begitu runut terulang ulang, teriakan dendam perempuan misterius itu memenuhi gendang telingnya, bising dan suasana gaduh seperti akan merenggut nafasnya, ia sesak,
tangannya mulai menggigil gelisah, perasaan takut takut dan cemas berlebih seperti menempel pada persendiannya, trauma berkepanjangan ini seperti tak pernah berakhir, mimpi buruk panjangnya tak pernah selesai, ia tak pernah benar benar bangun, matanya panas, namun ia tak bisa menangis.
"bisa kau panggilkan Seulgi?"
katanya lirih, ia harus meminta pertanggung jawabannya terkait tulisan akan melanjutkan kunjungan kerja itu. Pernyataan yang memiliki beban hampir membuatnya gila.
"sudah dua hari sns dan nomor ponselnya tidak aktiv"
"benarkah??"
sialan sekali kang Seulgi itu,
"email saja alamat surelnya, aku menunggunya di ruanganku"
"baik Ms Bae.."
rupanya tidak susah, Seulgi benar benar membaca emailnya dan tidak lama kemudian ketika jam kerja kantor habis dan ia hendak pulang, Seulgi datang ke ruangannya, berpakaian slank seperti biasa, dengan wajah barefacenya yang baru bangun.
"kau benar tak memiliki attitude untuk menemui atasanmu ya.?!!".
Irene kesal memicingkan matanya begitu terganggu dengan kedatangan Seulgi.
"jadi tentang penampilanku kau membuatku bersusah payah menemuimu,"
"tetap saja kau harus berpenampilan sopan!"
Adu mulut ini lagi...
"dan sejak kapan kau peduli dengan penampilanku"
"terserah kau kang Seulgi!"
Seulgi tersenyum, ia menang beradu argumen, bisa saja ia kalah kalau saja Irene tidak malas bahkan untuk bicara padanya ia begitu lemah, mungkin moodnya kurang baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SEULGI x IRENE] DESTINY || END
General FictionSeulgi tak terima ia di hadiahi bogem mentah oleh pengawal Irene hanya karena penampilannya yang seperti preman, perang dingin pun dimulai Seulgi harus membuat Irene merasa kalah dihadapannya, namun Irene adalah orang yang tak akan pernah menerima...