12

8K 893 17
                                    


Sebulan sudah akhirnya kunjungan kerja Irene menjelang debutnya selesai, wajah sumringah mereka berempat jelas sekali terpancar saat mengetahui mereka akan kembali ke seoul pada penerbangan pagi ini, mereka menjadi dekat satu sama lain, bercanda layaknya teman sembari membunuh waktu untuk menunggu penerbangan mereka diumumkan, tak habis bercerita tentang hal hal lucu sepanjang kunjungan kerja dan lokakarya, kadang perbincangan itu menjadi serius ketika beberapa hal tak sengaja di evaluasi jika menyinggung soal perusahaan.

Seulgi dan Joy tampak larut dalam keasikan mereka bermain bersama sementara Wendy dan Irene hanya memperhatikan mereka sambil tertawa, hubungan yang paling mencolok adalah kedekatan Joy dan Seulgi sepanjang kunjungan kerja, mereka tak pernah membayangkan akan ke toilet bersama atau saling bercanda satu sama lain bila mengingat hubungan dingin antara keduanya akibat pukulan Cuma Cuma Joy ke wajah Seulgi di bandara,

Sementara Irene dan Seulgi, mereka... ya begitulah, mereka ingin dekat satu sama lain, tapi seperti ada hal  canggung yang melingkupi keduanya, mereka tak bisa seperti layaknya hubungan Joy dan Seulgi, begitu dekat dan tak ada habisnya untuk melakukan hal yang menyenangkan bersama, tidak juga seperti Irene dan Wendy, terlihat sangat cocok berbincang apapun dengan hubungan harmonis yang beriringan satu sama lain,

Seulgi dan Irene, mereka betah berlama lama diam namun intens kontak mata keduanya bila bertemu menyiratkan banyak sekali yang ingin mereka katakan, sayangnya itu hanya bisa terwakilkan senyum isyarat saling peduli satu sama lain dan lewat tindakan seadanya saja, perasaan memenjara ini seperti membelenggu mereka, perasaan yang belum mereka sadari sepenuhnya, dan mereka mengabaikannya entah sampai kapan,

"Seulgi...,"

"ya!"

"soal kameramu..."

tak ada angin dan hujan Irene tiba tiba mengungkit kamera itu, padahal Seulgi tak ingin membahas apapun tentang peristiwa tersebut, ia takut perasaan tertekan Irene akan datang lagi.

"ahh.. itu, bukan apa apa, tidak masalah"

"maafkan aku soal kameramu... "

"aku yang melemparnya, itu bukan salahmu"

"itu terlihat berharga, seperti antik,"

"peninggalan kakekku, aku suka fitur klasiknya"

Irene mengangguk canggung

"kau tahu foto yang kuperlihatkan saat lokakarya di Busan?"

Kata Seulgi lagi menatap Irene, dan ia mengangguk, sembari mengingat ingat foto yang mana di maksud Seulgi,

"itu Roll terakhir yang di ambil oleh kameraku,"

 gambar yang membuat mereka adu argumen lagi.

"yaa.. aku terlihat cantik,"

"bukan! Gambarnya yang cantik.."

"gambarnya kan aku!"

"heuhhh... susah sekali untuk berbicara padamu"

Irene terkekeh senang, sambil menepuk nepuk pundak Seulgi

"kamera itu... untuk melihat hasilnya kau harus sabar sedikit, kau tidak akan langsung melihat gambarnya setelah kau mengutipnya, untuk melihatnya akan memakan waktu paling cepat 3 hari, kau harus menunggu roll negatif itu tercuci" lanjut Seulgi.

"benarkah??" mata Irene membulat exited

"beberapa roll hanya terdiri dari 36 kutip, kau hanya bisa mengambil gambar sebanyak 36 kali, jadi kau harus memilih moment mana yang akan kau foto, apakah gambar itu jelek atau bagus, kau akan melihatnya setelah di cuci, itu akan membuat mu mengingat terus seperti apa gambar yang kau ambil, itu menyenangkan,"

[SEULGI x IRENE] DESTINY || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang