13

7.2K 904 25
                                    


Hari ini pertandingan anggar antara Irene dan Seulgi akhirnya terlaksana, pertandingannya akan dilaksanakan tertutup di ruang latihan anggar di kediaman keluarga Bae, hanya segelintir orang yang tahu tentang pertandingan tersebut, presdir Bae bahkan mendatangakan wasit resmi dari lembaga olahraga anggar nasional,

Seulgi sudah ada diruang ganti dari tadi, dan belum melihat Irene setelah sampai di rumah mewah keluarga Bae, sementara Joy baru saja menemuinya, ia dan wendy bersyukur sekali bisa di izinkan melihat pertandingan ini, bahkan sunbae Lee tak tahu pertandingan tersebut sementara ia sering wara wiri di kediaman ini,

Semua sudah bersiap begitu Presdir Bae dan Istrinya datang, tak ada yang bisa menampik kharisma dari Presdir yang sangat wibawa dan murah senyum, tangan Seulgi tiba tiba dingin, ketegangan merasuk cepat ke tengkuknya, dia tak pernah memimpikan pertandingan anggar bisa sampai seperti ini membuatnya begitu emosional, perasaan gugup ini mengalahkan prosesi kelulusannya saat kuliah dulu,

Tiba tiba Seulgi menoleh heran karena semua bertepuk tangan, Irene muncul sudah lengkap dengan pakaiannnya, ia meneteng maskernya dan membungkuk hormat pada beberapa yang datang termasuk orang tuanya, tanpa sadar namanya juga di panggil untuk ke tengah dan disana sudah ada Irene,

Irene tampak siap hari ini, mungkin ia berlatih begitu keras hingga melupakan sejenak hubungan akrab mereka saat kunjungan kerja, sementara dirinya, ia tidak mempersiapkan apapun, ia tak berniat menang, bahkan dari jauh jauh hari ia sudah tak berambisi untuk memenangkan ini.

Untuk pertama kalinnya mereka saling pandang lagi, iris tajam Seulgi selalu berhasil menghipnotisnya untuk menyelami tatapan mata itu lebih dalam, sementara Seulgi, ini kali pertama ia menatap Irene agak lama, andaikan Irene dapat membaca rindu lewat tatapan matanya, ia rindu sekali pada Irene, dan ia cuma bisa diam,

5 detik,

melihat Irene untuk pertama kalinya setelah kunjungan kerja itu membuatnya tak begitu mementingkan pertandingan ini, sementara wasit membacakan aturan main yang mereka hapal di luar kepala, keduanya lebih asik menyelami rindu dari tatapan mata sendu mereka, namun sayang, pertandingan ini kembali membentangkan jarak yang begitu jauh bagi keduanya, tepat setelah wasit selesai membaca aturan main, air wajah Irene berubah dingin dan terlihat ambisius ingin menang, sementara Seulgi, ia pasrah.

Pertandingan di mulai setelah aba aba dari wasit beberapa detik yang lalu, Irene tidak terlihat santai di awal pertandingan berbeda sekali saat healing camp kemarin, belum tegap sikap kuda kuda Seulgi untuk mengambil footwork langkah gesit Irene nyaris mengenai torsonya, sebut saja Irene sering berlatih, namun kemampuan Seulgi yang begitu ahli memainkan pedang selalu akan lebih unggul darinya, keahlian itu turun murni dari darah klannya, dan itu adalah warisan,

Seulgi sudah mendapat 3 poin setelah nyaris lengah karena footworknya yang kurang lincah, sementara Irene, meski tertutupi oleh masker pelindung, gelagat gelisahnya tak bisa ia sembunyikan, satu dari sedikit kelemahan Irene yang mudah di baca oleh Seulgi,

Rally panjang lagi seperti pertandingan sebelumnya, kali ini, skornya imbang, di titik titik tertentu karena langkah kaku Seulgi yang tak biasanya itu memudahkan Irene mengenai torsonya di tempat yang mendapat celah dari kecerobohan Seulgi,

Masing masing seri dan tak ada yang mau mengalah,

Keduanya terengah, suasana sengit dari dua perangai keras kepala itu benar benar terasa diruangan tersebut.

Aba aba tanda dimulainya sesi kedua sudah dimulai, pertandingan semakin panas, kemampuan anggar Seulgi menjadi perhatian tersendiri oleh ayah Irene, ia sudah menyangka Irene kalah melawannya karena ia bermain stabil dan konsisten, ia harus memuji emosi unik Seulgi, serangan Irene yang bertubi tubi tetap tak membuatnya buta langkah dan bermain dengan tenang, Ia tak masalah Irene kalah, ia senang melihat pertandingan ini, Seulgi dan Irene bermain cantik dan bersih, sedikit gesekan emosi pribadi kadang membuat pertandingannya memiliki alur unik sendiri, 

Senyum bangga terpancar jelas di wajah ayah Irene, belum cukup rasa terimakasihnya pada Seeulgi karena menyelamatkan putri semata wayangnya itu, Seulgi juga berhasil membuat Irene terlepas dari belenggu trauma dan meninggalkan depresinya pelan pelan, Irene kembali ceria dan sangat menikmati kehidupannya pasca Inseden traumatik itu, hingga ayah Irene memahami satu hal, bahwa ada  yang tak bisa ia beli untuk putri kesayangannya dan itu dimiliki oleh Seulgi dan Seulgi memberikannya Cuma Cuma untuk Irene, rasa aman dan kepedulian.

Wendy dan Joy sebentar sebentar terkikik, ketika beberapa kali keduanya bertingkah saling acuh satu sama lain, mereka berdua terlihat konyol karena pertandingan ini, tak ada yang akan kalah, orang yang berada di ruangan tersebut hampir berasumsi seperti itu , namun semua pertandingan akan selalu mengeluarkan 1 pemenang tunggal, dengan footwork mengelak yang ragu ragu, kuda kuda yang tak kuat Seulgi membuat posisinya memberikan celah fatal bagi Irene yang langsung telak mengenai torso utamanya,

Irene menang!

"PRRITT!!!"

permainan berakhir, orang tua Irene berdiri puas dan semua di ruangan itu bertepuk tangan untuk Irene,

Seulgi masih dalam posisi terduduknya, pertandingan ini menguras segala hal, tenaga, harga diri, dan perasaan Seulgi, toh, dari awal ia tak berniat menang, ia Hanya berusaha memenangkan pertandingan,

namun tatapan kecewa Irene dengan kemenangannya membuat ia merasa sesuatu tengah menusuk jantungnya..

...

...

...

"PLAKK!!"

Tanpa babibu Irene datang keruang ganti menemui Seulgi, menghadiahkan satu tamparan lumayan keras kewajah Seulgi, Joy yang melihat itu menelan ludah sukar, tatapan mata Irene yang baru kali ini ia lihat sangat tajam begitu berbeda dari amarahnya yang lain, ia marah atau sekarang ia tengah murka dengan seseorang yang meraba pipinya shock!

"kenapa kau mengalah hah!!!??"

Nafas Irene memburu, kekecewaan jelas sekali keluar dari pernyataan itu, sementara Seulgi meratapi pipinya yang memerah,

"aku tak mengalah ! kau mengalahaknku!"

Elak Seulgi, meyakinkan Irene dengan tatapan dramatisnya, dan Irene bukan orang bodoh, mata itu, tatapan mata sendu yang ragu ragu Seulgi, ia bahkan yakin Seulgi tak berniat dengan pertandingan ini dan menyerah begitu saja, itu sangat melukai harga dirinya, bukan kemenangan seperti ini yang ia cari.

"kau merendahkan ku Kang Seulgi!!"

Tatapan mata Irene menyiratkan kekecewaan dan amarah yang sangat dalam, ia berlalu meninggalkan Seulgi. Joy dengan langkah tak enak mengikut di belakang Irene, setelah sebelumnya membungkuk kaku pada Seulgi.

"maafkan Ms. Irene!"

Seulgi menginggalkan kediaman Irene dengan perasaan kacau, sangat berat hati di tolaknya ajakan makan malam oleh ayah Irene, ajakan spontan itu karena ayahnya begitu senang dan menikmati pertandingannya melawan anaknya, dengan alasan tak enak badan ia akhirnya menolak tawaran tersebut, ia tak membayangkan akan satu meja dengan seseorang yang baru saja menamparnya, kemana harga dirinya.

Ayah Irene berencana akan melaksanakan pertandingan anggar lagi lain kali karena melihat pertandingan imbang Seulgi melawan Irene, entahlah itu bisa di wujudkan atau tidak, seperti yang ia katakan sebelumnya ia akan Resign bila kalah, dan Irene tak perlu merilis permohonan maafnya yang terlambat itu ke portal berita nasional, hanya itu satu satunya imbas positiv yang ia rasakan setelah pertandingan ini, pipinya masih panas, 

sementara Irene, ia tidak yakin akan mau melihatnya lagi, ia bukan sengaja kalah, ia hanya tak sengaja menemukan celah untuk membuat Irene menang, dan bodohnya Ia tak tahu kalau putri presdir itu sangat Jenius, 

...

...

...

to be continued

sorry but, no seulrene moment for this chap /.\

apdetnya besok yorobun^^

[SEULGI x IRENE] DESTINY || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang