10

7.9K 973 41
                                    


Irene terisak cukup lama, mungkin setelah kejadian itu, ini untuk pertama kalinya ia menumpahkan perasaannya dari peristiwa traumatik yang di alaminya, rasa takutnya, kepanikannya, dan depresinya, hal yang tidak dilakukan di depan orang tuanya belasan tahun lalu, bahkan setelah kejadian di pusat perbelanjaan itu ia diam tanpa bereaksi sepatah katapun pada orang tuanya, ia menumpahkan semuanya pada Seulgi, sejak saat itu keberadaan Seulgi entah kenapa bisa membuatnya merasa aman, sulit untuk mengakuinya, tapi Irene benar benar menangis dengan nyaman di pelukannya, Seulgi terdiam kaku sambil beberapa kali mengehela rambut Irene , di balik wajah Irene yang dingin itu, ia menyimpan masa lalu kelam dengan trauma yang menghantuinya,

suasana  hening, meski Irene masih sekali kali  terisak namun tidak seperti tadi, Seulgi tetap pada posisinya, meski kaku ia tetap saja membelai rambut Irene, Seulgi tak masalah dengan posisi mereka yang mendadak berpelukan, ia sedikit merasa bersalah karena begitu ngotot untuk membuat Irene melanjutkan kunjungan kerjanya, pun ia jadi tahu Irene ternyata lebih mungil dari yang ia kira, rambutnya harum, tubuhnya wangi, tak masalah ia berlama lama memeluknya, 

wajah seulgi mendadak panas setelah pikiran setannya melipir entah dari mana, tidak jauh berbeda dari seulgi, Irene tertunduk malu untuk menarik dirinya dari pelukan seulgi, disamping ia memang nyaman, maka mereka diam saja,  dan kehidmatan itu kemudian di interupsi oleh bodyguard Irene yang tiba tiba mengetuk pintu karena mereka terlalu lama berdua di dalam.

"kau baik baik saja??" 

Seulgi melepaskan pelukannya perlahan, Irene masih menunduk menyembunyikan wajah sembabnya,

"Ms. Irene kau baik baik saja??" Sahut bodyguardnya dari luar,

"ya!"

"aku keluar sebentar lagi"

mereka berdua saling berpandangan salah tingkah, Seulgi belum mengerti sama sekali kalau jarak mereka begitu dekat hingga membuat Irene kesualitan untuk beranjak

"oh maaf.."

"tidak papa"

Irene mundur perlahan, sementara Seulgi bergerak kaku kembali ke depan meja Irene, menunggu Irene hendak mengatakan sesuatu,

"aku tak membayangkan akan melakukan kunjungan kerja ini kalau bukan karena pernjanjian dari pertandigan anggar itu,"

"maaf, aku terlalu memaksakan hal yang bukan urusanku, jangan teruskan kunjungan kerjanya, aku mengerti kondisi psikologismu, kita bisa bertanding kapan kapan"

Seulgi melunak

"jadi kau ingin aku disebut sebagai atasan yang tak berpendirian?!"

Seulgi mendesah, adu argumen ini seperti tak ada habisnya, Irene kembali bernada ketus, padahal Seulgi sudah melembutkan nada bicaranya, efek pelukan yang agak lama itu menghipnotis Seulgi, Seulgi menggeleng membiarkan dirinya fokus,  Irene merapikan penampilannya, ia terlihat sangat kacau saat menangis tadi dan ia sedikit malu di hadapan Seulgi,

"aku yang akan menemanimu kunjungan kerja, kita rombak timnya"

Irene mengernyit tak mengerti,

"maksudmu?

"kita bahas itu besok, pulanglah"

Seulgi meninggalkan meja Irene dan menjauh menuju pintu., kemudian menghilang di balik pintu.

...

...

...

tim kunjungan kerja Irene di rombak, staf ahli dihilangkan, Irene hanya diberikan draft khusus selama kunjungan kerja, ia hanya mengikutkan 1 bodyguard serta 1 assisten pribadi, dan entah kenapa ia mengiyakan semuanya, semua saran gila ini adalah milik Seulgi, memang masuk akal, rombongan yang banyak dan terlalu menyolok akan membuat mereka jadi pusat perhatian, maka dari itu akhirnya Seulgi di ikutkan dalam rombongan disamping sekalian menjaga Irene diam diam.

saran konyol Seulgi untuk membuat Irene mengganti penampilannya menjadi biasa biasa saja pun dituruti, dan disinilah mereka, bodyguardrnya yang biasa bepakaian lengkap juga ikut merubah penampilannya, mereka tak ubahnya menjadi segelintir manusia yang akan melakukan traveling daripada bekerja. Mereka membaur seperti orang pada umumnya di bandara, tidak ada coat mewah, tata rambut profesional, HT yang selalu on dengan jas hitam rapih dan kaca mata hitam, tidak ada kopor kopor yang bertumpuk,

Irene tersenyum kecil mamatut dirinya di pantulan dinding kaca bandara, masker yang ia kenakan  menyembunyikan apapun yang ada di wajahnya, rambut panjangnya ia urai santai dan itu membuatnya merasa nyaman, ia tidak lagi kaku ketika sedikit gerakan tangannya akan mengubah tatanan rambutnya, seperti halnya manusia biasa yang tak perlu di perhatikan, semua orang lalu lalang di hadapannya, ia berdiri, ataupun jongkok, bahkan tertawa lepas bersama assiten pribadinya, semua bebas ia lakukan. berbeda saat kunjungan kerjanya beberapa waktu lalu, pandangan mata mengarah kepadanya membuatnya sangat was was, dan tak nyaman dengan sekelilingnya sendiri,

Ia lalu melirik Seulgi, orang di balik ide aneh namun menarik ini, terlihat cuek seperti biasa, rambutnya yang mungkin jarang di sisir itu hanya di tutupi topi, jins robek robeknya setia melekat pada kaki jenjangnya, dan ia suka sekali mengenakan jumper abu abu nya, Irene menyungging senyum dibalik masker, beberapa waktu lalu jarak mereka seperti sebuah tiang traffic light, saling berjauhan, dan berlawanan, ia bahkan tidak diikutkan dalam rombongan, dan kemarin dengan seenaknya ia merombak semua rombongan itu, 

"kenapa?"

"hngg?? kenapa apanya?"

"kau memperhatikan ku terus"

"yaaa!! kang Seulgi, " 

Irene meninggikan suaranya, tebakan Seulgi benar Irene tampak salah tingkah, wajahnya merona malu untung saja ia menerima saran Seulgi menggunakan masker.

"hhaha oke ..oke.. dengarkan ini?"

Seulgi menariknya untuk duduk membagi satu handsfreenya pada Irene dan mereka mulai menikmati lagu bersama, sambil menunggu mereka memasuki pesawat.

"kau baik baik saja?"

Kata Seulgi kemudian, Irene menatapnya dan Seulgi mencoba menerjemahkan tatapan mata Irene yang berbinar itu, kontak mata mereka terputus saat tersadar degupan jantung Seulgi memainkan tempo yang aneh,

"tak pernah sebaik ini kurasa"

Kekeh Irene, ia membuka maskernya menampakkan senyum manisnya membuat wajah Seulgi menghangat, ia suka melihat Irene tersipu malu, dan itu akan menjadi pemandangan favoritnya selama kunjungan kerja ini berlangsung

"jangan jauh dari jangkauanku, tetaplah bersamaku bila bodyguardmu lengah, bila merasa tak aman pegang tanganku, " 

instruksi Seulgi kembali mengingatkan Irene, dan Irene mengangguk patuh, reflek ia melingkarkan tangannya dilengan Seulgi, sementara Seulgi langsung mengeratkan genggaman tangan Irene di lengannya. Menyadari apayang mereka lakukan saat ini , tanpa sadar Mereka tersenyum dalam hati.

...

...

...

to be continued

authors note: aku gak bisa buat alur romantic huahahaha

maaf /.\

updatenya tergantung moment Seulrene yang nongol di timeline hahahaha

[SEULGI x IRENE] DESTINY || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang