25. Daftar Universitas

841 24 2
                                    

Berada di halaman luas terlihat gedung yang berdiri kokoh didepan mata, dita yang berada di sampingku hanya melongo dan matanya tampak gelisa, aku turun dari mobil dan ambil jalan memutar untuk membuka pintu samping untuk dita.
“Yuk turun hon, kok kayanya kamu betah amet di dalem mobil.” Setelah membuka pintu, dita masih melihat depan dengan wajah paniknya.

“Aku ngga usah turun ya mas kamu aja yang masuk gih.” Ujarnya menatapku dengan matanya yang masih terlihat gelisah.

“Hah?? Emangnya kenapa kamu ngga mau turun, kita kesinikan mau daftar kuliah kamu hon, itu tujuan utama kita. Gimana sih, kok kamu yang mau masuk kampus malah ngga mau turun.” Jelasku.

Dia menelan ludahnya dalam-dalam. “Hemm iya si… tapi… Aku malulah. Semua orang ngelitin kita terus aku jadi malu.” Ujarnya menujuk semua mahasiswa yang wara-wiri melihat kita. Aku tersenyum geli melihat expresi wajahnya.

Aku trik nafas pendek. “Sejak kapan, gebila dita rahma punya malu.” Aku sedikit mengodanya, agar dia tidak terlalu canggung untuk keluar.

“Apa si mas, udah sana.” Dita mengusirku.
Aku condongkan tubuhku kearahnya. “Apa kamu tahu, jika kamu aku ninggalin kamu disini sendiran. Semua orang bukannya pergi, tapi malah lebih ngerubungin kamu karena merasa penasaran sama kamu, ngga percaya. Aku coba, mau.??”

“Mmmm ngga-ngga, aku ikut deh…” dengan nada terpaksanya.
“Nah gitu dong… yuk.” Menjulurkan tangan kearah dita. Setelah keluar dita malah nutupin  setengah wajahnya dengan kerudung yang ia pakai.

“Kamu lagi ngapain si hon.” Menaikan alisku yang sebelah kanan. “Malu tahu…” ujarnya. “Malu kenapa.” Tambahku.
“Iiih dibilang Orang-orang bule natepin kita ter…” belum sempat dita melanjutkan bicaranya ada 4 cewe yang jalan melewati kita, dan dita hanya menatap mereka.

“HAI DEV.” Sapa mereka, dita melirik padaku.
“Oh aku baru ngerti sekarang, pantesan mas betah banget tinggal di mari. Orang cewe-cewe pakenya setempelok( baju mini dan rok mini) kaya gitu.” Ujar dita saat melihat 4 gadis melihatku dengan senyuman super mereka, dengan menujukan lekuk tubuh dengan genit melambaikan tangan.

“Apa hubungannya, seharusnya mereka yang malu hanya pake baju dalam, nah kamu yang rapet kaya gitu malunya dimana.??” Aku ngeles, dita menyipitkan matanya.

“Uuuhhh…Jangan mengalihkan pembicaraan, ngga pa-pa kok kalo emang beneran, juga. lagian ngapain coba aku diajak kemari bikin populasi kamu down. Yah maksud aku masa iya prince campus, nikah sama upik abu…” ucapan dita  yang ngga nyambung bikin aku binggung.

Aku tersenyum geli mendengar hal itu, bicara yang salah juga. “POPULASI?, UPIK ABU?. Apasih hon, ngomong aja belum bener, populasi itu buat berkembang biakkan, upik abu itu panci yang gosong. Kamu pasti mau bilang populeritas terus siapa yang bilang kamu upik abu, kamu itu lebih cantik ketimbang mereka.” Rayuan mautku keluar juga akhirnya. “Item kaya gini.” Jawabnya seraya menujuk dirinya sendiri.

“Yah, Belum tentu yang putih itu cantik, kamu itu lebih exsotis, sexy.” Hahaha… geli sendiri rayuanku pasti ngga akan ngaruh banget sama dia.

Matanya mulai menyipit lagi. “Merayu, ah… aku bisa melayang tinggi nanti, mas mau nangkepnya.” Ujarnya seraya menatapku lekat.

“Mau, asal jangan jauh kelangit aja nanti aku nyusul kamu pake apa.?” Aku ngga mau ditinggal lagi sama wanita yang aku sayangin kaya ibu, sambil berjalan beriringan. Yah seperti biasanya banyak wanita-wanita saat aku datang selalu menatapku apa lagi sekarang aku bersama dengan dita mereka semua bergunjing membicarakan aku dan dita, terutama dita untungnya dita ngga ngerti ucapan mereka kalo ngerti kayanya main pukulan deh.

“CINTA AND SAYANG KAMU LAH, udah ah jangan terus ngoborol nanti ngga sampe-sampe nih jalannya, ohnya kemana lagi kok ada perempatan jalan gini, ngomong-ngomong ini masih lama yah nyampe ruang rektornya dah cape nih jalannya.” Dumal dita yang ngga kan habis, lalu ia melihat halam parkiran samping.

“Loh kok banyak mobil, kenapa tadi mas ngga parkir mobil disini aja lebih deket kesini, sengajanya bikin bininya jalan jauh terus modusnya gendong aku karena kecapean, iyakan.” Tambahan ucapan dita dengan gaya bicanya yang khas. Ya elah pede yah itu loh yang aku ngga akan kuat, hadepinnya.

“Hmmm…Kok tahu sih, kamu peramalnya.” Godaku seraya menaikan sebelah alisku.
“Emang mau bininya jadi peramal.” Ujarnya berdiri dihadapanku dengan menujuk kearahku.

Aku menangkap telujuknya yang kearahku. “Ngga usah deh, nanti aku ngga bisa selingkuh lagi.” ucapan candaanku, tapi malah di tanggapin dengan lelucon lagi, dita emang tidak bisa diajak serius kalo serius ujungnya pasti bercanda.

“Aah ok-ok... mau selingkunya berapa, 10-20- atau 100.” Sambil matanya melihat keatas dan telunjuk di bawah dagunya.

“1 aja jangan banyak-banyak, nanti rumah aku penuh lagi kaya kadang bebek.”
Dita tertawa lepas hingga semua orang melihat kearah kami. “Hahahaha….”
“Sssst honey… ketawanya itu pelan-pelan.” Sambil menutup mulut dita yang dengan tanganku.
“Upsst maaf mas kelepasan. Hihihi…”

BERSAMBUNG !!!
BERLANJUT CERITA SELANJUTNYA...
Sabtu, 03 Febuari 2018

[ TERBIT ] Adikku adalah Istriku [SEASON 1 ] [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang