13. Pilih Tahta👑 atau Cincin💍

741 32 0
                                    

Keesokan paginya di perusahaan. "Hah serius luh vit mau pertaruhin shin group hanya ingin mempertahkan pernikahanmu dengan dita, jangan konyol deh, dengan susah payah sekali kita berada di tingkat ini, pikirkan lagi tentang keputusanmu yang belum matang itu." Ujar kim sewot tidak terima dengan keputusan yang aku ambil, kim juga ngotot jika aku harusnya mempertahankan gelar ini.

"Tapi, aku hanya mau memperbaiki keadaan ini kim, dan tentang hal itu aku~ lalu sekarang aku harus gimana, ok aku-akui. Memang aku salah dalam keputusan ini, jadi aku harus melakukan apa menurut kalian, beri aku jalan keluar yang terbaik yah." Kataku pasrah.

Kim mencondongkan tubuh, dan langsung meninju meja dengan keras.
"DEVIT JHONATAN, kamu pikir gampang duduk di sini, berfikirlah dewasa dan pakai otakmu. Jika kamu ada di atas sekarang ini, dengan susah payah, kamu bisa melakukan apapun yang kau inginkan, saat ini. Terserah apa mau. Tentang menikah lagi dengan dita keh atau apalah, tapi jangan jadikan shin group sebagai gantinya. Kau mengerti." Ujar kim sangat geram.

"Mmm~? Aku juga sepenuhnya setuju dengan pendapat kim, coba dev kamu bujuk tuan alzam untuk menjadikanmu pemilik SAH seutuhnya di shin grup, itu akan lebih mudah bagimu mendapatkan surat kepemilikan, lalu kamu perbaiki pernikahanmu dengan dita secara SAH juga." Ujar bagas.

Keesokan paginya aku menemui tuan alzam dikantornya, dan ternyata tidak di duga. Ternyata disana juga ada tuan Erik pemimpin mereka, aku terdiam memandangi wajah tuan erik dengan seksama.
"Silakan duduk DEVIT." ujar tuan alzam mempersilakan aku duduk.
"Ada keperluan apa hingga kau datang kemari jauh-jauh DEVIT. "Tanya tuan alzam.

"Tuan Alzam aku mau memberikan informasi ini bukan kah anda yang memberikan informasi tentang hal ini, jadi bagaimana mana tentang menindak lanjutinya."
Terlihat ada senyum melebar di permukaan wajahnya, disambut dengan tawa menggelegar dari tuan Erik.
"Keputusan mu itulah yang sangat kita tunggu menurutmu bagaimana? Apakah kau ingin melanjutkannya DEVIT, tahta atau wanita yang kau pilih sekarang." Tanya tuan erik.
Aku hanyalah seorang pria yang ingin tahu jawabannya tapi kenapa malah di berikan pertanyaan lagi hmm dasar orang-orang ini, pikiranku terbagi sekarang.

"Tuan-tuan aku datang kemari mau jawab bukan pertanyaan lagi, jadi apa keputusan kalian."
Akhirnya mereka memberikan sebuah keputusan yang sama seperti dugaan ku, sama persis apa yang mereka pikirkan, jadi aku harus terima saran dari tuan-tuan ini, walau dengan berat hati aku harus melepaskan Cincinku dan statusku sebagai suami. Karena keputusan sudah dibuat akhir pekan depan aku resmi bercerai dengan dita, jujur aku tidak mau, tapi harus bagaimana lagi.

~Di Indonesia~

Berjalan-jalan menyusuri sepanjang pesisir pantai dengan pasir putih yang halus, terdiam dibawah pohon kelapa sambil menatap langit yang biru dengan pemandangan Indah pantai.
"Vit gimana kamu dah ketemu sama dita yah." ujar kim yang membuyarkan pikiranku.

"Belum, nih aku lagi kepikirkan bagaimana caranya aku ngomong sama dita, untuk menjelaskannya."
"Yah elah masih binggung aja, tinggal ngomong doang apa susah yah." Ujar kim mengambil enteng sebuah ucapan.
"Kim kamu juga bodoh banget sih, dita bukan tipe wanita yang cepat paham dengan keadaan ini jadi harus jelas." saut bagas.

" Oh iya dia kan lemotnya minta ampun deh, yah udah kita akan jelasin semua dengannya sedetail mungkin." Ujar kim.
"Bukan dia ngga paham atau dia lemot dalam berfikir kim-bagas, tapi soal pelakukan kalian bohongin dia waktu itu, kalian ngga inget pas waktu kalian menikah ku dengan dita, itu rencana kalian kan." Ujarku.

"Tapi ide itu datang dari kim vit aku hanya jalanin saja." Kata bagas membela diri.
"Jadi kamu ngga mau disalahin nih ceritanya, awas kau Shibi~tunggu pembalasan ku." kim geram dengan ucapan bagas yang ngga mau disangkut pautkan dengan kesalahan tersebut, mereka malah kejar-kejar kaya anak kecil main lari-lari keliling.
mereka ini bukan yah pikirkan tentang aku malah kaya gini.

Aku meninggalkan mereka yang masih asik main-main terus, sesampai di depan halaman berada dirumah dita yang saat ini ia terdiam menatap tajam padaku, lalu aku tundukkan kepala karena aku tak sanggup menahan rasa takut ku ini karena tatapan sadisnya itu.
"Mas devit apa kamu datang untuk nyelesain masalah kita." Tebaknya.

Aku hanya mengagukan kepala pelan-pelan, dia lalu tersenyum padaku, dan menghampiri diriku yang masih mematung.
"Sini masuk ibu sama bapak juga ada yuk! Jangan takut kamu harus jantan dong ngomong sama mereka." Sambil menarik tanganku, ujarnya sontrak membuatku menelan ludah bulat-bulat aja aku belom sanggup tuh ngomong sama dirinya malah dia suruh aku ngomong sama orang tua yah lagi Aduh gawat darurat, keringat dinginku sudah mulai bercucuran di daerah pelipis, tak bisa tertahan lagi.

" Kenapa mas apa kamu baik-baik aja, kok wajah kamu berubah jadi pucat gitu kamu cemas yah kalo mereka bakalan marahin kamu, tenang aja kok, yuk sini." Masih tetap memegang tanganku sambil terus menarik lengan.

" Tunggu dulu, gimana kalo lain kali aja mas ngomong sama orang tua kamu, mas masih harus melakukan sesuatu yang paling penting dulu kalo mas udah punya banyak nyali baru deh. Mas ketemu lagi sama orang tua kamu yah. Sekarang kita ngobrol berdua aja dulu."

Terdengar tarikan nafas dalam-dalam yah, mungkin dia kecewa dengan ucapanku ini. Lalu dengan pelahan dia melepaskan tangannya dari lengan ku. "Yaudah dita ngerti kok, ok kalo mas hanya mau ngomong sama dita jangan disini yuk kita ketempat yang lain saja, biar enak ngomong panjangnya."

Sesampainya kami di kafe happy itulah nama kafe yah, kami berdua awal masih diam saat pesanan kami datang barulah aku membuka pembicaraan.
"Honey~ kau masih ingat dengan cara aku manggil kamu, mas hanya mau itu tidak berubah dan ada hal yang selalu berputar-putar di dalam pikiranku yang selalu tertarik padamu."

"Yah aku tahu kok, kalo soal itu. Emang mas mau ngelanjutin kata sayang itu jadi kata yang lebih istimewa seperti kata (istriku) misalnya. Hmm... begitukah caramu melakukannya, maksudku mas menyatakan isi hati mas padaku."

Aku spontan saja melotot kaget dari mana dia tahu isi hatiku padahal aku ngga ngomong apapun sama dita pokoknya ngga ada yang tahu soal jika aku berniat mau nikahin dia lagi secara langsung dari hatiku.

Aku terdiam sejenak untuk berfikir mencari jawaban dari pertanya dita tersebut.
"Kenapa bisa menyimpulkan secara sepihak gitu sih, emang Kamu udah siap untuk hal itu."

"Oh jadi tebakan aku salah yah mas, yaudah lupain aja kataku yang tadi, aku juga mau ngomong sejujurnya sama kamu, kalo kali ini mas ngga mau pertegas kata Honey itu, maka mas harus relain kata tersebut. Hmm! karena masalah yah ada yang lebih serius dari mas yang hanya mau main-main doang. Aku udah ada yang ngajaki serius kalo mas ngga keburu sangat terpaksa mas harus relain kata honey itu jadi kata good bye sayang."

Mataku langsung terbuka lebar karena mendengar tentang hal itu sangatlah kaget.
"Emang yah, kamu mau nikah sama siapa???." tanyaku spontan saja.
"Orang itu mas kenal kok, jadi ngga usah aku beri tahu nama yah, dia keturunan Orang istambul." Jawabnya.

Aku hanya merunduk diam saja, tiba-tiba saja dita memegang tanganku.
"Jadi! Mas masih ingin lanjut atau tidak sandiwara ini." Ujar dita sambil mencari kepastianku.
"Aku tidak punya hak atas keputusan mu dita."

"Iiih kamu tuh ngga nyambung deh mas, aku hanya ingin tahu kalo kamu udah mutusin buat selesai hal ini, kapan kepura-puraan ini selesai agar terbebaskan dari derita kebohongan ini." Ujar dita kesal.

Pikiran kacau ngga bisa lagi mendengar apa yang di omongin dita saat ini aku hanya bisa terdiam mendengar suara apa itu, hati ini sudah cukup hancur karena dia.
"Mas DEVIT, kamu kok malah ngelamun gitu, ayo jawab dong kenapa kamu hanya diam ngga mau tanya ataupun menjawab sih. Aku hanya ingin tahu apa keputusan mu, apa kamu mau aku sama sih asrafan sheikh salman." Ujar dita memanggilku.

"Aku tidak bisa memaksa keputusanmu, jika kamu kamu lebih bahagia bersama dia mas rela dit, kalo itu yang terbaik untuk mu. Jika itu juga yang kamu inginkan mas tidak bisa memakasa kamu tetap bersamaku yang selalu membohongimu kan, jadi keputuskan dan pilihanmu. Mas pasrah, tapi jika kamu jodoh mas, akan aku terimah tapi jika bukan mas ikhlas asal kamu bahagia itu sudah cukup bagi mas. Sekarang untuk apa kamu tanyakan lagi keputusanku sedangkan kamu punya pilhanmu sendiri untuk memilih dia atau terserah padamu."

Bersambung
Jangan lupa vote, saran masukan komen yah...
😇😇😇

[ TERBIT ] Adikku adalah Istriku [SEASON 1 ] [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang