41. Study Tour

328 12 0
                                    

Berada dikamar sedang bersandar di kepala ranjang, tanganku sibuk di leptop mata yang focus ke layar. Hingga tiba-tiba ada suara yang membuyarkan fokusku beralih pada arah pintu yang terlihat hanya kepala dita yang menojol. “Mas, lagi sibuk ngga.?” Tanyanya.

“Emangnya ada apa hun. Sini masuk, ngapain hanya nongolin kepala doang.” Ujarku seraya mataku kembali kelayar leptop, dita berjalan menujuh tepih ranjang lainya.

“Ini mas, dibaca dulu.” Seraya mengulurkan amlop putih dari univesitas.

“Apa ini, surat teguran pembayaran lagi, atau kamu di SP ( semester pendek) lagi.” tebakku, karena akhir-akhir ini aku baru tahu dita nilai semesternya anjlok tidak sesuai dalam pikiranku, dan tidak bisa dalam targetnya. Yah aku-akui dia banyak sekali kekurangannya dalam belajar.

“Bukan mas, maka yah di baca dulu atuh.” Ujarnya masih dengan wajah sok manisnya, dasar dita kalo ada mau yah aja dia sok imut gitu.

Ku buka amlop tersebut tertulis dalam bahas englis, yang menyatakan jika ada study tour ke antar Negara. “Oh…” hanya jawaban 😑 datar yang bisa kau katakan.

“Kok cuman oh… boleh ngga dita ikutan emang si ini bersifat sunah tapi…” dengan wajahnya yang sok imut itu mana tahan aku menolak kemauannya.

“Emangnya kamu mau ikutan gitu.” Tanyaku seraya menyekat rambut dita yang melutai kepipinya.

Angguk-angguk kepalanya dengan wajah sumriang, aku hanya bisa mengehela nafas panjangku. “Baiklah!!, TAPI! Inget kamu harus jaga diri kamu baik-baik ngertikan.” Peringatanku.

“Di mengerti, Okeh maskusay. Thank you so muaat…” dengan cepat dia menangkap kepalaku dan langsung. Cup… dia mencium pipiku, dan pergi gitu aja. Aku hanya bisa mengela nafas, sesaat dia pergi aku menelfon kim hyun shik untuk ke kampusnya dita untuk membereskan uang pembayaran study tournya.

Keesokan paginya dita sibuk peking-peking baju-bajunya, aku hanya bisa melihat dari cela pintu kamarnya yang terbuka sedikit. Aku tersenyum melihat dia yang sibuk begitu, dia berfikir dengan mulutnya jadi seperti dia bicara sendiri.

“Dev, kamu ijinin dita pergi.” Tiba-tiba datang dari arah tangga, suara yang tidak asing lagi, yap suara dadyku.

“Yah dad. Lagian kasian juga kalo aku larang, nanti dia ngga bisa kaya teman yang lain. Yang bisa jalan-jalan, nanti dia bisa steers, frustasi jika aku kengkang. Yah itung-itung refreshing buat dia, lagian 6 bulan belajarkan pusing dad. Biar dia nanti bisa focus kembali.”

Dady juga memperhatikan dita yang sedang sibuk, memasukan pakainnya kedalam koper. “Kaya yah dia seneng banget tuh.”

“Yah gitu deh, udah ah kalo ngeliatin dita terus ngga ada habisnya, nanti devit bisa ketawa kaya orang ngga waras. Devit turun yah dad.” Baru juga duduk terdengar suara bel yang di bunyinkan.

Ting-tong-ting-tong ….

“Tuan, ada temanNya nona.” Ujar maria yang saat ini berdiri 1 meter dari sofa aku duduk seraya membaca Koran pagi ini.

“Suruh masuk. Biar nunggu di dalam aja.” Ujarku tak berkutik mataku fokus kekertas korannya.

“Baik tuan.” Jawab langsung ia berjalan menujuh pintu untuk mempersilakan teman dita masuk.

“HUN… temanmu  sudah dateng.” Teriakanku dari ruang tengah.
“IYA MAS, SURUH TUNGGU BENTAR, DITA MASIH SIBUK NIH.” Jawab  teriakan dita dari dalam kamarnya.

... Bruuug.... 
Suara tas yang terjatuh dari penggan tangan pemiliknya.
Dengan mulut menganga😲 sambil menatapku heran.

“Wah--- itukan si prince study. Kyaaa----😲kok bisa di sini sih, apa aku mimpi yah.” Terdengar suara ngedumel seseorang, aku menoleh kearah sumber suara.

“Sini duduk dulu, adekku lama, sabar yah.” Ujarku cool banget masih focus dengan Koran yang sedang aku baca ini.

“Iya besok juga ngga pa-pa deh berangkatnya, aku nginep disini juga ngga ngapa-ngapa, asal serumah dan selalu ketemu sama prince.” Ujarnya seraya dengan wajah anehnya, yang membuat aku mendecak.

“Ehmm??” aku binggung dengan ucapannya, aneh juga SIH.
“Jadi ka devit kakaknya dita yah.” Tanya yah tiba-tiba, buat aku jengkel, aku mau bilang aku ini pendampingnya, biar nih cewe ngga kegatelan.

“Bukan tapi walinya.” Jawabku cutek.
“Walinya, ouh iya dita kan tinggal di Negara orang pantesan aja harus ada walinya. Kok dita ngga pernah ngomong sih kalo dia punya kakak, terus kakaknya prince kampus lagi.” ujarnya seraya membingkai wajah yang saat ini memerah.

“Aku bukan sekedar walinya, tapi aku juga Su---” aku ingin menjelaskannya pada nih cewe tapi belum sempat aku lanjutkan dita sudah turun sambil manggil namanya lagi.

Panggilan dita yang sedang turun anakan tangga seraya mejinjing kopernya. “KIKI, kamu cepet banget si datengnya.”
Tengok kearah suara dita.“ Eh ini kita udah telat tahu, kamu yang lama banget. Eh!!! emang kamu mau menetap disana banyak banget bawaanmu, kita hanya 3 hari loh dit.” Jelasnya karena melihat dita yang kerepotan bawa kopernya.

“3 hari kan lama ki.” Ujarnya sesampai di bawa.
“Jangan dibawa semua pakaian kamu ke koper, karena nanti ngga muat buat baju-baju baru sama oleh-olehnya.” Ujar teman dita yang saat ini mengacak-acak koper dita.

“Baju baru??.” Ujar dita bingung dasar dita, dia ngga paham namanya study tour pasti ada aja yang mau di beli kan, apa lagi cewe kalo ada barang yang unyu-unyu pasti beli, tapi berbeda dengan dita yang ngga kaya cewe-cewe lain dandan aja ngga ngerti.

“Emang kamu disana ngga mau shopiing, beli oleh-oleh gitu.”
“Ouh gitu yah ki.”
“Iya-iyalah, dah beresin ini, kamu hanya butu baju yah sedikit aja, lagi yang harus dibawa itu yang penting-penting aja kaya, CD. Itu termasuk paling fix.”

Saat dua gadis sedang berbicara soal yang paling sensitive bagiku marasa aku disana aku kok kaya binal banget yah walau dita adalah istriku tapi sejauh ini aku belum pernah tahu soal itu.

“Ehemm---.” Aku meregangkan tengorokanku, bangkit dari sofa menujuh tepi kolan renang.
“Upsst sorry kelepasan…” seraya menutup mulutnya yang keceplosan tersebut.

Tarik teman dita yang langsung narik tubuh dita dan berbisik… “dit kok loh bisa sih tinggal sama prince sih, sejak kapan?.” Ujarnya seraya menatapku.
“Prince apaan tuh ki.” Jawab dita ngga ngerti yang di maksudkan temannya.

“Itu devit, kok kamu bisa sih jadi adiknya dia, dan ngga pernah ngomong-ngomong sama aku gitu.”

“Kan kamu ngga pernah nanya, atau ngukit soal hal itu.”
“Yah karena aku pikir kamu itu orangnya no uptudet soal cowo-cowo populer, ampun deh walau udah 1 tahun ngga ketemu tetep cakep and kece badai banget sih, prince yah.”

“Apa yah yang kece.”
“Kamu jadi sering dong.”
“Sering apa yah.”
“Yah itu, sering Lihat dia telanjang dada gitu. Liat terus  pemandangan setiap harinya badan etlentis devit yang udah kaya roti sobek gituuu.”

“Eeeh… kok tiba-tiba kamu bahas soal itu ki, iya-ialah emang tiba-tiba kamu jadi…”
“Eh udah yuk telat nih kapan-kapan lagi deh aku main lagi.”

Aku hanya bisa tersenyum mendengar percakapan mereka yang membuat telinga ini geli saja, yah ngga sengaja kedengeran. Walau aku sekarang di luar tapi mereka ngobrolnya sampe kedengeran keluar.

🌱Bersambung🌷
👏Terima kasih banyak yah sudah IKUTI CERITAku 🌺
😘NANTIKAN kelanjutan dari kisah-kisah Double D ini yah. ✋
👉Hanya di WATTPAD 🙇
💕Sampai jumpa lagi dengan cerita yang sama 💋

Rabu, 30 MEI 2018


[ TERBIT ] Adikku adalah Istriku [SEASON 1 ] [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang