54. Waktu Yang Berharga😢

331 12 0
                                    

“MASSS, mataku perih. Kamu  ini kasar banget sih ini kepala orang lah…” seraya aku mencuci rambut dita dengan air dari sower yang ku pancurkan ke kepala dita.

“Iya-iya-iya…. Mas pelan-pelan nih, bawel.” Ujarku yang menekan-nekan kepalanya. Dengan perlahan aku memijat kepala dita yang bersandar di bibir bak, berjalan menujuh meja yang berada di sebrang bak, mengambil sampo.

Hening kembali saat dita membuka pembicaran dengan menanyakan sesuatu yang buat aku tersentak. “Mas, apa mas dateng ke apertemand yah.” Ujar dita yang saat ini dengan wajah oriantalnya.

“Hem..” Jawabku singkat seraya memijat kembali kepala dita. Dita terdiam kembali  saat tanganku memijatnya dengan sampo, setelah selesai aku mengambil handuk.

“Sini kepalanya, mas keringin pake handuk dulu.” Menyampirkan handuk kering ke kepala dita yang basa, dengan pasrah dita membiarkan aku mengacak-ngacak rambutnya.

“Maas--- apa ngga mau mandiin dita sekalian udah terlanjur basah juga bajunya…” ujarnya saat aku masih mengacak-acak rambutnya, aku menatapnya dengan tatapan heran.

---DEG---

Detak jantungku terasa membeku, sesaat rasa ada bom yang akan meledak, dan tubuh terasa bergetar saat dia menawarkan dirinya. “Emang boleh.” Jawabku seraya menyakinkanya.
Dita terdiam sambil menatapku.

“Hmmm--- yah bolehlah, kan ini mas dev, yang suami dita.” Ujarnya dengan wajah sumriangnya.

“Itu berarti kamu haruss--- buka semuanya.” Dengan ragu aku mengucapkannya.

“Iya dita buka semuanya, Kan didepan mas itu ngga pa-pa. Dita buka yah sekarang.” Ujarnya seraya, membuka tali pakaiannya.

“Et tunggu-tunguu! Mas belom siap?.” Seraya menghentikan tangan dita yang sudah setengah perjalanan membuka tali pakaiannya.

“Lah dita yang cewe yang harusnya bilang gitu, tapi kenapa malah mas yang malah ngomong gitu, bukan yah kalo istri ngajak dapet pahalanya.” Dita malah mengerucutkan bibirnya saat mengatakan hal itu membuatku tersenyum geli, inilah yang aku rindukan dari adikku yang sekarang jadi istri SAH ku.

“Iya, tapi mas belom mau, sudahlah. Jangan pikiran itu dulu, kita baru aja ketemu malah ngomong ngga jelas jadinya. Ngga lucu ah, ayo sini keluar.” Menarik dita dari kamar mandi, bisa gawat kalo dita beneran buka bajunya, ambil kipas kecil yang dekat dengan kasur.

“Sini mas keringin rambut kamu.” Menariknya kearah ranjang, ku dudukkan dita di bibir ranjang dengan tanganku yang masih aktif, sedang kan aku berdiri dihadapannya sambil mengeringan rambut dita dengan kipas kecil.

“Maas kita pulang yuk, dita ngga beta nih tinggal disini. Terasa asing bagi dita.” Ujarnya parau dengan tatapan kosong.

Aku berjungkuk di hadapannya. “Iya besok kita pulang, hanya kita saja.” seraya mengenggam tangannya, yang mulai dingin.

“Tapi gimana jika tetua ngga ngijinin kita pergi mas.” Ketakutan dita, aku juga sempat khawatir akan hal itu dengan entengnya aku malah ngomong hal konyol.

“Yah Kita kabur.” Ujarku asal saja. mata dita menatapku tak percaya dengan ucapanku barusan, kedua tangan dita membingkaikan ke wajahku.

“Gimana caranya kita bisa kabur maskusay, kak bagas dan kak kim ditawan oleh tuan tetua sekarang.” Ucapnya yang membuatku berfikir keras, (iya juga yah, gimana nih). Ujar dalam benakku. Aku terdiam, memikirkan caranyanya agar bisa kabur tanpa ketahuan tetua itu.

“mas dita takut jika harus kembali ketempat itu, tahu tidak disana ada kalajengking besar banget, terus ada kecoa dan binatang menjijikan lainnya, disana juga sangat gelap mas dita ngga bisa liat apa-apa, dita ngga mau kembali ketempat itu lagi mas.” Sambung ucapan dita kembali dengan wajah khawatir dan gelisah serta ketakutan yang mendalam, ada rasa trauma juga.

“Iya-kamu tenang aja honey, mas janji ngga bakal kamu disekap disana lagi. asal kamu mau nurut ucapan mas yah.” Ucapanku yang juga khawatir, dengan semua yang terjadi akhir-akhir ini.

“Iya dita akan nurutin omongan mas, dan permitaan mas. Kita pulangnya besok.” Rajuknya dengan matanya yang sangat-sangat ketakutan.

“Iya sayangku, kita akan pulang besok. Tapi mas ngga bisa janji yah.” Seraya nekan suaraku.
“Kenapa?” tanya dita yang membuatku terdiam memikirkan jawabannya.

“Karena mas khawatir jika kamu kenapa-kenapa lagi atau menghilang lagi.”
“Ditakan ngga akan hilang jika mas, disisi dita terus.”

“Ngga selamanya aku terus bersamamu sayang, mas harus ngerjain tugas lainya. Perusahaan nanti terbengkalai jika aku terus ngelayanin kamu.”

“Iya dita ngerti mas, tapi setidaknya mas ngga bakal pergi jauh lagi dari Dita kan.” Ujar polosnya dita tanpa tahu kerja perusaahan itu berarti aku harus berpergian luar dan dalam negeri terus dan akan jauh dari kamu.

Aku hanya bisa membalas dengan senyuman yang masam, aku tidak tahu lagi mau jawab apa, untuk menjelaskannya pada dita. Aku belum bisa berbagi semua rasaku padanya karena usianya masih labil untuk bisa menerima semuanya, maafkan aku dita.

---tok---tok---tok---

Suara pintu yang diketuk dari luar. “Tuan muda, shibi datang untuk bertemu anda.” Ujar pelayan wanita yang ada di depan pitu.

“Suruh masuk saja.” jawabku singkat saat mendengar jika yang datang itu bagas.

Bangkit dari jungkuk. “Bagas, kau baik-baik sajakan.” Menoleh kearah seorang pria dengan postur tubuh tegap tersebut.

“Maafkan aku dev, aku tidak bisa jaga dita dengan baik. dia sudah tahu rencana kita sebelum kita membawa dita pergi.” Merundukan kepala merasa bersalah pada dirinya sendiri.

“Sudahlah, lagi pula ini sudah terjadi, jadi mau bagaimana lagi. Ohnya bagas apakah dita boleh pergi dari sini.” Tanyaku pada bagas.

“Sebaiknya kau tanyakan itu langsung pada tuan tetua dev. Kau sudah tahu bukan, alasan kamu di bawa kemari apa, dita bisa bebas asalkan kau---.” Bagas melirik kearah dita yang masih terduduk di pingir ranjang, tidak melanjutkan ucapannya karena ucapannya yang terhenti di jalan begitu, bagas menatap pada dita lagi.

Ku merik kearah pandangan bagas saat ini. “Aku mengerti, maksudmu.” Tuturku pada bagas.

“Mungkin besok aku akan membawanya ke kembali ke AMERIKA, langsung ke apertemandmu, saja yah dev. Jika dia lama-lama di jepang nanti tuan tetua bisa melakukan hal aneh-aneh lainya.”

“Jangan bagas, itu sama aja aku menaruh dia dalam bahaya. Bawa di pulang kerumah orang tuanya saja di Indonesia itu lebih baik, jika dita bersama ibu dan ayahnya. Setidaknya dia tidak akan merasa keakutan lagi jika bersama keluarganya.” Protes dan saranku pada bagas untuk membawa dita pulang saja ke indo. Keasalnya.

“Baiklah, dita apa kau siap. Harus berpisah dari dev.” Ujar bagas bergantian bertanya pada dita, langsung dita bangkit dari ranjang.
“Mass dita ngga mau emak sama bapa sampe tahu soal ini, jika dita pulang ke Indonesia. Mereka pasti akan banyak bertanya dan menutut untuk mencari info tentang hubungan kita mass.” Protesnya terhadap pintaku.

“Ngga ada pilihan lain dita, mas khawatir jika akan terjadi sesuatu lagi padamu. Mas ngga yakin kalo tuan tetua akan nyerah gitu aja setelah apa yang ku lakukan, walau sesuai dengan keinganannya, kamu dah janji mau nurutin ucapan maskan, sekarang bantah lagi.”

“Baiklah dita akan nurutin ucapan mas.” Ujarnya pasrah dengan wajahnya masam.

🌹Bersambung 🌹

❤️Nanti CERITA SELANJUTNYA DI SINI ya. ❤️
💙Jangan LUPA YA UNTUK VOTE ya. 💙

💕MINGGU, 10 November 2018

[ TERBIT ] Adikku adalah Istriku [SEASON 1 ] [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang