Rasa Ini

1.1K 110 2
                                    

Wajah berkerut Seokjin menandakan kalau ia merasa aneh dengan pertanyaan Suga. Seokjin tidak pernah berfikir sedikitpun tentang Taehyung yang menyukai dirinya. Menurut Seokjin Taehyung itu baik, lucu, perhatian, dan apa adanya. Tidak ada dalam pikiran Seokjin kalau Taehyung menyukainya.

Jhope yang mendengar perkataan Suga juga berpikir hal yang sama dengan Suga. Menurut Jhope wajah Taehyung sudah menjelaskan segalanya kalau ia menyukai Seokjin.

"Apa yang kau bicarakan sih, aku dan Taehyung sudah berteman dan sekarang kami bersahabat. Sejak kapan kau berpikir seperti itu tentang Taehyung ?," ujar Seokjin. Ia tidak tahu maksud dari pertanyaan Suga. Yang ia tahu Taehyung menganggapnya sebagai teman.

"Sejak pertama bertemu dengannya," jawab Suga enteng.

"Aku juga berfikir yang sama dengan Suga hyung Jin hyung. Sepertinya Taehyung memang menyukaimu," ujar Jhope setuju dengan Suga.

"Kenapa."

"Saat kita mancing aku melihat Taehyung sangat gembira saat bersamamu. Tapi saat kau menyendiri dengannya aku lihat dia menangis dalam pelukanmu hyung. Terlihat jelas raut kesedihannya saat akan berpisah denganmu," ujar Jhope menganalisis perubahan raut wajah Taehyung.

"Kita sudah cukup lama disana tentu dia akan sedih berpisah dengan kita. Aku juga merasa sedih berpisah dengan mereka. Namun bedanya Taehyung itu lebih perasa jadi ia menangis dan aku mengerti perasaannya jadi aku memeluknya," ujar Seokjin yang memang kurang pekah.

"Aku pernah lihat dia menangis terseduh-seduh di kamarnya setelah kau mengatakan kita akan kembali ke kota," ujar Suga. Ia menceritakan tentang Taehyung yang menangis di kamarnya seorang diri saat Seokjin mengatakan akan pergi ke kota. Dan saat itu Seokjin memilih untuk tidur dengan kakeknya.

"Aku hanya mengatakan apa yang aku rasa dan lihat saja Jin hyung. Aku pikir kau juga merasakan apa yang aku rasakan tentang Taehyung," lanjut Suga.

"Aku tidak merasakan apa-apa tentangnya aku juga tidak pernah berfikir dia menyukaiku. Mungkin dia ada masalah mangkanya dia menangis di kamarnya. Aku yakin bukan karena aku. Jika karena diriku dan dia yang menyukaiku dia tidak akan terlihat gembira saat kita berpisah tadi," jawab Seokjin panjang lebar.

Seokjin merasa ada perasaan aneh saat ia mengatakan hal tersebut. Sepertinya otaknya mengatakan tidak mungkin Taehyung menyukai dirinya. Namun di sisi lain hatinya seakan mengatan ingin percaya kalau Taehyung menyukainya.

"Ya sudah hyung, itu kan hanya pendapatku dari apa yang aku lihat saja. Jangan terlalu di fikirkan," ujar Suga mengelus pundak Seokjin. Sementara Jhope mengangguk-angguk setuju.
.
.
.

Seokjin melamun di balkon kamarnya dengan menatap pemandangan yang biasa ia lihat setiap ia berada disini. Sebuah gedung-gedung pencakar langit, matahari yang mulai terik dan tumbuhan hijau yang tidak terlalu banyak. Melihat tumbuhan hijau ia tetingat akan desa kakeknya lebih tepatnya pada Taehyung.

"Ah, kenapa tidak terfikir olehku aku bisa menelepon kerumah kakek kan."

Seokjin mengambil ponselnya dan mulai menelepon rumah kakeknya tersebut. Telepon tersambung seseorang mengangkat telepon Seokjin.

"Yeoboseyo, ini Kim Seokjin. Apa aku bisa bicara dengan kakek?."

"Kakek sedang tidak ada dirumah tuan muda Seokjin," ujar seseorang yang mengangkat telepon dan Seokjin yakin itu adalah pelayan dirumah kakeknya.

"Kalau Taehyung, apa dia ada?," Seokjin mulai ketujuan yang sebenarnya.

"Tuan Taehyung juga ikut dengan kakek tuan muda."

"Oh, baiklah kalau begitu."
Seokjin menutup telepon dengan raut kecewa. Ia kembali menatap hijaunya dedaunan pohon yang ada di pinggir-pinggir jalan.

"Mirip daun teh," batin Seokjin.

Ia jadi ingat lagi dengan suasana pedesaan yang penuh dengan kebun teh yang indah dan sejuk di pandang mata. Seokjin melihat berbagai foto di gallery ponselnya. Kebanyakan foto yang ia ambil waktu ia di desa. Senyuman mengembang di bibirnya saat ia melihat foto-foto kebersamaan antara ia dan Taehyung juga yang lainnya.
.
.
.

Perasaan aneh mulai muncul di hatinya. Rasa ingin mengulangi kebersamaan dan kegembiraan saat peristiwa-peristiwa di foto tersebut.

"Apa ini?. Kenapa aku jadi galau gini sih," Seokjin menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Lebih baik aku pergi ke dapur saja."

Seokjin mulai memasak di dapurnya. Ia membuat banyak makanan tanpa tahu siapa yang akan memakan semua masakannya nanti. Eomma Seokjin yang melihat anaknya mencoba bertanya kenapa Seokjin membuat banyak sekali makanan.

"Apa akan ada yang datang Seokjin."

"Eomma, ani. Aku hanya ingin saja memasak di rumah kakek aku dimasakin oleh pelayan jadi sekarang aku kangen masak."

Seokjin kembali mengingat tentang kebisaan di rumah kakeknya. Ia menghelah nafas dan mematikan kompor lalu berlalu pergi. Eomma Seokjin yang melihat tingka aneh anaknya hanya menggidikkan bahunya.

"Pasti dia mau ke kamar mandi, dasar Seokjin," ujar eomma Seokjin yang menganggap anaknya pergi karena ingin ke kamar mandi.
.
.
.

Suga dan Jhope yang mendapat telepon dari Seokjin agar segera kerumahnya. Merekapun datang dengan wajah panik. Keduanya sampai bersamaan di rumah Seokjin. Di lihatnya Seokjin sedang duduk di teras rumah dengan apron yang masih dipakainya.

"Apa kau tidak apa-apa Jin hyung," ujar Jhope memeluk Seokjin dengan paniknya.

"Benar hyung, suaramu seperti orang kesakitan. Aku buru-buru kesini karena mendengar betapa mengerikannya suaramu tadi," ujar Suga.

Terlihat jelas memang kalau Suga dan Jhope sedang kawatir dan panik.Jhope memakai boxer sandal yang berbeda warna. Sedang Suga juga memakai satu sandal dan satu sepatu karena paniknya.

"Mian sudah membuat kalian khawatir seperti ini."

"Memang kenapa kau menyuruh kami kesini hyung," ujar Jhope. Jhope menatap Seokjin penasaran begitu juga dengan Suga.

"Aku hanya ingin kalian makan di rumahku. Aku masak banyak hari ini jadi ayo kita masuk," ujar Seokjin menggandeng kedua sahabatnya itu masuk ke dalam rumah.

"Rasa ini, Kenapa aku merasa seperti ini," batin Seokjin.
.
.
.

Taehyung dan kakeknya sedang mengontrol pekerjaan para pegawainya di kebun teh. Taehyung sedang berdiri di tengah-tengah kebun teh. Ia tidak mendengar saat orang-orang menyapanya bahkan ia tidak mendengar panggilan kakeknya. Karena tidak mendapat respon sang kakek menghampiri Taehyung.

Di lihatnya mata Taehyung menghadap ke depan dengan tatapan kosong. Sang kakek khawatir Taehyung kesambet kalau terus seperti itu. Kakek menepuk pundak Taehyung.

"Tae."

"Ne Jin hyung."










**TBC**















 Tea*TaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang