Pacar Sehari 2

978 86 7
                                    

"Tidak heran jika Jin hyung terkejut seperti itu. Pasti Jhope hyung belum cerita padanya," ujar Jimin.

"Memangnya sejak kapan kau sedekat itu dengan Jhope hyung Jimin~ah," ujar Taehyung seraya menatap Jimin di jok belakang.

Seokjin melirik Taehyung. Hatinya terasa sakit saat ini. Mungkin itu yang dirasakan oleh Taehyung juga begitulah pemikiran Seokjin. Ia tidak tegah melihat Taehyung karena cintanya bertepuk sebelah tangan. Seperti halnya dirinya sekarang.

"Sebenarnya aku baru ingin memulainya besok. Kau tahu aku dan dia akan pacaran selama sehari."

"Uhuk," Taehyung tersedak mendengarnya. Taehyung sedang meneguk minumannya saat Jimin berbicara.

"Kau tidak apa-apa Tae?," ujar Seokjin seraya mengelus lembut punggung Taehyung. Namun matanya tetap fokus menyetir.
Taehyung pun mengangguk dan menatap Seokjin yang biasa saja.

"Kau tidak papah Tae?," ujar Jimin ikut khawatir. Taehyung kembali mengangguk.

"Kalau aku dan Jhope hyung merasa cocok satu sama lain maka kami akan pacaran beneran. Terdengar aneh bukan tapi aku langsung setuju saat dia meminta padaku untuk menjadi pacar sehari untuknya."

"Dasar anak jaman sekarang," ujar sang kakek bosan. Namun ia tahu sekarang Jimin sedang bersandiwara.

"Itu benar kek aku beneran akan pacaran sehari dengan Jhope hyung besok."

"Terserah kau saja Jimin." Sang kakek menyandarkan kepalanya ke kursi. Jimin hanya tersenyum.

"Selamat ya Jimin~ah semoga kau an Jhope hyung memiliki kecocokan dan kalian bisa langgeng," ujar Taehyung seraya tersenyum. Seokjin kembali melirik Taehyung dan ia yakin kalau Taehyung berpura-pura tersenyum di hadapan sahabatnya.

"Makasih Taehyung~ah, hehe pacaran dengan Jhope hyung, pacaran dengan Jhope hyung, pacaran dengan Jhope hyung," Jimin terus menerus mengucapkan kalimat tersebut.

"STOP," ujar Seokjin. Nada suaranya terdengar sangat marah. Jimin langsung menciut mendengarnya.

"Apa lagi Seokjin," ujar sang kakek.

"Kita sudah sampai peternakan."

"Oh sudah sampai ya?. Aku kira ada apa sampai-sampai kau berteriak Seokjin. Ayo Jimin," Ajak sang kakek.

Seokjin mengelus-elus dadanya dan mengulas senyum kepada sang kakek.

"Baik kek, Jin hyung makasih ya," ujar Jimin seraya melambaikan tangan.

Seokjin tidak perduli dengan ucapan Jimin. Ia langsung menjalankan mobilnya tanpa berkata satu katapun pada Jimin. Melihat ekspresi dan tingkah Seokjin membuat Jimin tertawa. Kesalah pahaman ini ia yakin akan mempunyai akhir yang indah dan itu tidak akan lama lagi.
.
.
.

Taehyung membelalakkan matanya ketika Seokjin mengajaknya ke pasar. Ini sangat aneh dan tidak biasa, karena biasanya orang kalau kencan pasti ke mall bukannya pasar seperti ini. Senyuman berkembang di wajah Seokjin. Ia membukakan pintu mobilnya dan mempersilahkan Taehyung keluar.

"Ayo Tae," ujar Seokjin seraya menggenggam tangan Taehyung.

"Kau pasti bingung kenapa aku membawamu kesini," lanjut Seokjin seraya menatap Taehyung.

Taehyung mengangguk. "Bukannya ini pasar Jin hyung," ujar Taehyung.

"Ne." Seokjin tersenyum. Merekapun mulai berkeliling pasar. Melihat berbagai macam miniatur dan Taehyung tertarik pada sebuah miniatur berbentuk cangkir dengan motif daun teh. Ia melihatnya dengan sangat teliti  bahkan mulutnya sampai menganga karena kagum.

 Tea*TaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang