Taehyung memandang gelang di tangannya. Gelang yang di belikan oleh Seokjin sebelum ia kembali ke kota. Rasa rindu memenuhi hatinya sudah satu bulan lebih Seokjin meninggalkan desa. Namun menurut Taehyung dia sudah berpisah lebih dari setahun.
"Apa yang kau lakukan sekarang hyung," ujar Taehyung menghelah nafas berat setelahnya.
Ia beranjak dari ranjangnya dan pergi menuju dapur untuk mengambil minum. Saat ia melewati ruang tengah ia melirik kursi yang dulu sempat menjadi kasur Seokjin karena tidak mau sekamar dengannya. Senyuman menghiasi wajah Taehyung yang mengingat kejadian selanjutnya. Yaitu saat Seokjin berteriak histeris karena di gigit nyamuk.
Taehyung menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia bisa gila kalau terus-terusan seperti ini. Ia pun melanjutkan langkanya menuju dapur. Suara panggilan mengintruksinya agar ia segera berhenti.
"Hai Taehyung."
"Itu...."
Taehyung langsung menoleh ke arah belakang. Namun yang di lihatnya bukanlah Seokjin melainkan sang kakek yang membawa ponsel ke arahnya.
"Taehyung, ini Seokjin ingin bicara denganmu." Kakek memberikan ponsel yang di bawanya kepada Taehyung setelah ia mematikan pengeras suara yang tadi di aktifkannya. Ia tahu Seokjin dan Taehyung punya privasi dan tak ingin jika ia mendengarnya.
"Jin hyung," ujar Taehyung seakan tak percaya dengan apa yang ia dengar.
"Iya, ini dia ingin bicara denganmu."
Taehyung mengambil ponsel yang di bawa sang kakek dengan tangan yang geneteran. Ia merasa gugup, senang dan terharu. Seokjin masih mengingatnya dan ingin bicara dengannya.
"Yeoboseyo, Jin hyung."
"Hai Tae, gimana kabarmu?. Apa kau tidak sibuk, hahaha. Itu tidak mungkin kan ini sudah malam," ujar Seokjin menjawab pertanyaannya sendiri.
"Haha, gimana dengan kau sendiri hyung apa kau sibuk?." Taehyung menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Obrolannya sangat garing.
"Kalau sibuk aku tidak akan bicara denganmu."
Mereka tertawa kembali. Pertanyaan-pertanyaan membosankan tersebut mampu membuat mereka tertawa senang.
Hampir setiap hari Seokjin menelepon Taehyung kerumah kakeknya atau mungkin ke ponsel kakeknya. Seperti saat ini, Seokjin menelepon Taehyung lagi di saat ia selesai latihan bola di lapangan kampusnya. Ia duduk di bawah pohon dan mulai menelepon Taehyung. Satu panggilan tidak ada jawaban. Dua panggilan masi sama dan tiga panggilan tetap tidak ada jawaban, Seokjin sangat kesal.
Biasanya Taehyung akan langsung mengangkat telepon darinya jika jam-jam makan siang seperti ini. Namun sampai lima belas kali Seokjin menghubunginya namun tetap tidak ada jawaban. Ia masih berusaha bersabar dan mencoba kembali.
"Apa semua orang tidak ada dirumah."
Sekali lagi Seokjin menghubungi telepon rumah dan ponsel kakeknya. Namun masih tidak ada jawaban. Bahkan pelayan di rumah kakeknya tidak menjawab teleponnya."Sekali lagi tidak ada jawaban aku tidak akan perna menelepon kau lagi Taehyung," ujar Seokjin kesal karena sekian kali ia mencoba namun tak ada jawaban juga.
"Aaahh, Sial."
Seokjin melempar ponselnya dengan sangat kesal."Kalau sudah bosan buat aku saja hyung," ujar Jhope. Seokjin menatap tidak perduli.
"Kenapa kau terlihat begitu kesal hyung?," ujar Suga. Seokjin masih diam, ia memainkan gelang ditangannya.
"Dua puluh panggilan atas nama kakek, dua puluh lima kali rumah kakek, wow," ujar Jhope membaca riwayat panggilan di ponsel Seokjin.
"Jadi kau kesal karena Taehyung," lanjut Suga. Jhope mengikuti arah pandang Suga ke Seokjin.
"Sejak kapan kau mulai mencintainya hyung," ujar Jhope dengan tawa khasnya. Hal tersebut membuat kepalanya benjol karena lemparan sepatu Seokjin.
"Bodoh, aku gak mencintainya."
"Kalau tidak kenapa kau sangat marah dia tidak menjawab teleponmu hyung," ujar Suga dengan gaya cueknya.
Seokjin menelan salivanya sembari menatap Suga. Ia sadar yang di katakan Suga benar. Kenapa ia begitu marah Taehyung tidak mengangkat teleponnya. Tentu Taehyung mempunyai kesibukan sendiri hingga ia tidak mengangkat teleponnya kenapa Seokjin harus marah-marah.
"Iya hyung kenapa," tanya Jhope yang mendudukkan dirinya di dekat Seokjin.
"Akhir-akhir ini aku selalu ingin bicara dengannya dan bercerita tentang kita semua disini. Kadang aku meminta dia menceritakan keadaan disana. Aku sangat senang berbasa-basi dengannya."
Seokjin menceritakan kalau ia sangat senang bicara dengan Taehyung lewat telepon. Suga dan Jhope saling berpandangan mengerti kalau Seokjin sepertinya mulai menyukai Taehyung.
.
.
.
.
.Taehyung mulai gelisa karena kakeknya mengajaknya pergi tidak pulang-pulang. Ia sudah berjanji pada Seokjin akan segera mengangkat telepon jika ada yang menelepon kerumahnya karena sudah pasti itu Seokjin.
Taehyung terus menatap jam tangan yang ia pakai. Kakinya di hentakkan bergantian karena gelisa. Sang kakek yang melihat Taehyung hanya senyum-senyum saja.
"Kakek, kita sedang menunggu siapa disini?," ujar Taehyung akhirnya.
"Jimin."
"Jimin~ah di ajak juga."
"Dia bilang mau ikut, Nah tuh dia datang," ujar sang kakek melihat Jimin lari-lari seraya membawa tas rangsel.
"Mian lama, eommaku lama untuk menyetujuinya."
"Kita kan cuma mau pergi ke peternakan, ngapain kau bawa tas ransel segala."
"Harus, kan kita mau nginep."
"Hahaha, kau mau nginep di ternak?."
"Apanya yang lucu, Kita kan mau ke kota mangkanya aku ikut," ujar Jimin.
"Apa kau bilang tadi, kota?."
"Ne, Iya kan kek," tanya Jimin pada sang kakek. Taehyung menatap penasaran dengan jawaban sang kakek.
"Jimin benar, kita akan pergi ke kota."
Rasa senang tiba-tiba muncul di hati Taehyung. Datang ke kota pasti mereka akan mendatangi rumah Seokjin.
"Kata kakek kita akan ke peternakan," ujar Taehyung memastikan mereka akan ke peternakan atau rumah Seokjin.
"Memang kita mau ke peternakan. Satu peternakan lagi dan peternakan tersebut ada di kota."
Ada perasaan kecewa di hati Taehyung saat sang kakek mengatakan mereka memang ke peternakan dan bukan ke rumah Seokjin. Taehyung mulai memainkan gelang di tangannya dan berharap kakeknya akan membawanya pergi ke rumah Seokjin saat sampai di kota nanti.
Jimin merangkul sahabatnya tersebut. Ia tahu apa yang di harapkan oleh Taehyung saat ini."Kau berharap bertemu Seokjin hyung Tae?," ujar Jimin seraya menunjukkan senyum termanisnya.
Taehyung menatap Jimin dengan mengerucutkan bibirnya. Jimin tertawa melihat ekspresi Taehyung.
Saat di peternakan Taehyung bertugas memetik apel bersama sahabatnya Jimin. Mereka sangat senang memetik apel selain disuru memetik mereka juga di perbolehkan memakannya secara gratis.
"Permisi apa kalian Tahu dimana kandang sapi." Taehyung membalik tubuhnya dan menatap orang yang barusan bertanya.
"J-jin hyung."
**TBC**
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tea*Tae
FanfictionBerawal dari liburan Kim Seokjin dan dua sahabatnya ke sebuah desa tempat kakek Seokjin tinggal. Seokjin x Taehyung