"Darimana kamu tahu Nav?" Ayah bertanya dengan nada berat Sambil memicingkan matanya ke arahku, Aku menelan ludahku susah payah, bagaimana bisa aku keceplosan
"Uhmm.. Dari alatnya Dev, Tapi jangan ceritakan ini kesiapa siapa ya Yah, Bu.." Ucapku memohon
"Bagaimana Dev bisa tahu?"
"Bagaimana? Entahlah, Anak itu selalu tahu semuanya, Tapi ayah, Berita itu disembunyikan, Kenapa? Justru kalau disembunyikan kita tidak bisa membantu masyarakat yang terkena bencana." Ucapku setelah menanggapi Pertanyaan Ayah dengan lirih
Ayah dan Ibu menghela nafas berat, Kemudian Ibu mengusap pelan rambutku, "Tidak semua berita harus diketahui masyarakat Navya, Yah meskipun ibu sendiri baru tahu."
"Tapi kan bu.. Setidaknya jika kita tahu, Kita bisa mencari siapa pelakunya, Tidak mungkin itu hanya ketidaksengajaan, alasan Bocor misalnya, Tebal bendungan itu bahkan lebih tebal dari bunker bawah sekolah, Tidak mungkin ada yang bisa membocorkannya, Kalau sistem penjagaannya rusak, itu malah lebih tidak mungkin, bahkan peledakan listrik setahun yang lalu tidak bisa merusaknya, Iya kan?"
Aku menghela nafas sebentar sebelum kembali melanjutkan
"Jadi hal itu disengaja, Kejadian itu telah direncanakan dengan matang matang oleh si pelaku, Dan Yang bisa membuka aliran air Bendungan hanya orang Dalam, Pemerintah, Bagian bagian lainnya, Dan teman seperkantoran ayah, Jadi Si Pelaku ada diantara mereka." Sambungku sambil menatap bergantian ayah dan Ibu yang tengah melihatku tanpa berkedip
Tunggu..
Apa aku salah bicara ?
"Apa.. Navya salah bicara?" Tanyaku hati hati, Ayah yang mulanya menatapku tanpa berkedip sudah berada dialam sadar kemudian tersenyum Lebar
"Sejak kapan Anak Ayah ini Mau berbicara Secara Logis?" Ucap Ayah disambung dengan kekehan kecil yang diikuti oleh ibu
Aku mendengus kesal
"Navya kan cuma mau menyampaikan pendapat."
"Iya iya, Mungkin Perkiraanmu itu benar, Besok Saat Ayah ke TKP, Yang ayah lihat pertama kali adalah Sistem penjagaannya, Jika Tidak mengalami kerusakan, Berarti Perkiraannmu itu benar." Ucap Ayah sambil mengepalkan tangannya ke udara, Aku tersenyum lebar,
**∆∆∆**
Hari mulai malam, Aku segera pamit ke Ayah dan Ibu untuk pergi kekamar, menyiapkan semua perlengkapanku untuk sekolah besok
Drtt... Drrtt...
Ponselku berbunyi, Aku melihat ponselku sambil mengernyit sebelum aku mengangkat nya
"Halo, Dev? Ada Apa?" tidak ada jawaban, Suara gemuruh terdengar samar sebelum letupan tak terlalu besar menyusul beberapa detik, Hening
"Astaga, Dev! Jika tidak penting, Matikan telfonnya!" Teriakku yang masih ditanggapi dengan keheningan, Aku berdecak kesal
"Oke! Nav! Jangan tutup telfonnya, Ada berita penting, Ayahmu pasti sebentar lagi akan berangkat, bendungan di Desa Barat Daya bagian timur airnya membludak, Meski hanya seperempat volume, dan Bendungannya juga tak terlalu besar, Tapi kali ini bendungannnya diledakkan oleh bom yang entah bomnya terbuat dari apa, Sepertinya gas kimia yang mudah meledak dicampurkan dengan air didalam bendungan itu, Otomatis bagian pelapis bagian dalam bendungan yang terbuat dari alumunium meledak, Air disana terkontaminasi, Untuk selengkapnya aku akan mengirimkan videonya ke Ponselmu, Lihat sendiri oke! Aku sudah memberi tahukan kabar ini ke yang lain. Jangan lupa Esok kau harus pergi ke sekolah pagi pagi, Ada satu berita lagi yang ingin kusampaikan." Jelas Dev panjang lebar yang hanya kutanggapi dengan anggukan lemah, Sambungan terputus,
KAMU SEDANG MEMBACA
My World
FantasyFantasi & (minor)Romance -------------------------------------------- Seharusnya, Tahun ini adalah tahun yang akan bersejarah bagi kami karena tinggal beberapa bulan lagi kami akan menjalankan Ujian Nasional Tapi secara tiba tiba, layaknya disihir...