chapter 3

57 11 0
                                    

"Astaga Dev.. Dev! Poin mu pasti bertambah lagi gara gara pertengkaran tadi." Louis berkata pelan, Sambil menatap Dev yang sedang meminum Es Jeruknya dan sesekali berdecak,

Saat ini jamnya istirahat, Dan Seperti biasa, aku mengajak Mereka semua ke kantin, Perut ku sudah tidak bisa diajak untuk berkompromi lagi saat ini

"Salah siapa ingin menginjak Pulpenku, Jika saja dia bukan manusia, Tubuhnya pasti sudah ku taburi garam sampai perih."

Dev bersungut sungut, Bibirnya dikerucutkan ke depan, Jika saja penampilannya sedikit lebih Jelas, Aku yakin tidak sedikit yang akan ngefans padanya,

Siena terkekeh kecil sambil duduk di samping Dev yang tengah meminum kembali Es Jeruknya

"Memangnya Aksa ular apa sampai harus ditaburi garam."

Aku tersenyum kecil, Jika saja Aksa tidak bermacam macam dengan Pulpen percobaannya Dev, pasti Dev tidak akan semarah itu, Jelas saja Dev marah, dia sudah berkorban untuk tidak tidur beberapa malam hanya untuk menyelesaikan pulpennya itu,

"Oiyaa!!" Dev tiba tiba berseru senang, spontan aku, Louis, Seyn dan Siena menoleh ke arah Dev yang sedang berseru semangat sambil tersenyum lebar, Entah kemana Wajah kesalnya tadi

"Proyek untuk kalian berempat sudah jadi!! Kabar baik kan kabar baik kan??"

Aku meringis, Siena juga tiba tiba menelan ludahnya, Bagaimana kami bisa lupa jika Dev membuat proyek yang khusus untuk kami berempat, yang bahkan aku sendiri tidak yakin jika itu akan aman untuk kami berempat

"Oke, Akan aku jelaskan sebelum kalian memakainya, Jadi alatnya itu bisa

"Kau tidak ingin menunjukkan alatnya pada kami?" Seyn mengangkat suara, Dia duduk disamping Siena sambil memakan makanan pesanannya tadi, Dev menggeleng tegas, menolak

"Biar jadi rahasia gimana bentuk alat itu kayak apa." Terang Dev sambil memasukkan gelas Es teh Jeruknya yang telah kosong ke tempat sampah tabung transparan

"Biar aku lanjutkan, Jadi alatnya itu masing masing mempunyai kelebihan, Dan kelebihan itu akan menyesuaikan Perintah dari Impuls yang didapat dari otak si pengguna, Jadi si pengguna harus selalu fokus pada lawan yang dihadapinya." Jelas Dev semangat Sambil sesekali menggerak gerakkan tangannya ke arah kami layaknya guru yang sedang menjelaskan materi kepada murid muridnya

"Eh? Lawan? Kenapa jadi ada lawan lawan?"

Aku mengernyit dan spontan bertanya dengan nada yang dibilang keras setelah Dev menyelesaikan penjelasannya, Yah, mau Gimana lagi, Ni anak kayaknya udah agak bermasalah deh gara gara nggak tidur malem beberapa hari, Sampek buat alat biar bisa ngehadapi lawan lawan gitu, Emangnya mau perang dunia?

"Kita mau perang? Sama siapa?" Siena protes, Bertanya sambil menatap Dev horror, Jelas aja dia gitu, Siena kan phobia sama perang, Dan Seharusnya Dev tau masalah itu

"Haisshh.. Untuk jaga jaga, Bukan perang." Dev menghembuskan nafasnya pelan sambil menggelengkan kepalanya melihat Siena yang sudah mulai pucat, Pasti pikirannya sudah kemana mana, bener bener Phobia tingkat akut si Siena

"Trus?" Louis Menambahkan, salah satu alisnya terangkat, menatap penuh pertanyaan ke arah Dev

"Yah, Jadi? Gimana? Kalian mau nyoba atau nggak?" Kali ini Dev bertanya dengan nada tak acuh, malas menanggapi kami yang mungkin menurutnya agak lemot diberi penjelasan, Tapi jika memang dia berpikiran kayak gitu, dia salah besar, enak aja ngirain kita Lemot, Kita itu cuman ngulur waktu biar kamu nggak jadi nyuruh kita Buat makek alat kamu itu, Bukannya Nolak, Tapi takut, nanti kalau macem macem kayak sebelum sebelumnya gimana? Trus nanti kalau malah lebih parah?

My WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang