Sudah beberapa hari terakhir Indiana tidak melihat Bibo, entah kemana Pria itu pergi.
Padahal baru saja Indiana membelikannya sebuah Handphone untuk Bibo dan menyelipkan nomor telephon yang bisa di hubungi Bibo.
Pucuk di cinta, ulam pun tiba. Seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan baru, Indiana begitu terlihat senang melihat kehadiran Bibo.
Dengan berlari Indiana menghampiri Bibo yang berjalan ke arah perpustakaan, sepertinya ia ingin mengembalikan buku yang di pinjam.
"Bibo" panggil Indiana memecah keramaian siswa yang berlalu lalang, menyadari ada yang memanggil Bibo pun menoleh kearah sumber
Suara, kemudian melanjutkan langkahnya ke Perpustakaan.Tanpa ia sadari kini Indiana telah berhasil menyusulnya dan berdiri di depannya.
"Tunggu, lo kemana aja? Susah banget Ngubunginya. Hp yang gue kasih gak lo pakai??" tanya Indiana khawatir dan penuh tanya.
"Gue gak mau nerima ini. Gue takut ntar hutang budi dengan lo, gue gak. Lagian gue gak punya apa-apa untuk membalasnya," menyodorkan kotak Hp yang baru kemaren mereka beli.
Dengana tatapan yang sulit di percaya Indiana mengambil kotak Hp yang Bibo berikan.
"hhhmm jadi lo gak mau ngambil karna lo takut hutang budi?" tanya Indiana menatap ke arah Bibo.
Tidak ada kata yang keluar dari bibirr Bibo, ia hanya memberi respon aganggukkan kepala, yang kalu di artikan adalah jawabannya iya.
Indiana menarik lengan Bibo kemudian ia meletakkan hp itu di tangan Bibo,
"Lo gak harus banyar apa-apa, dan gak perlu membalas apapun. Karna gue udah nganggap lo seperti saudara gue sendiri.
Bibo sempat terdiam sejenak, awalnya ia ragu namun akhirnya ia menyetujuinya.
"Ok." Bibo tersenyum sampai menampakkan gigi taringnya. Kemudian memeluk Indiana di depan perpustakaan.
Entah mengapa Indiana selalu merasa nyaman atas pelukan yang selalu Bibo berikan, Ia merasa dimiliki dan disayang oleh seseorang. Walaupun hanya sebentar, tapi itu cukup membuatnya senang.
Itulah alasan Indiana tidak pernag marah kepada Bibo atas segala tingkahnya.
Tanpa mereka sadari dari kejauhan terlihat sepasang mata yang mengawasi kedekatan mereka. Dengan menampakkan ekspresi tidak senang dan menunjukkan kemarahan dengan tatapan seperti binatang buas yang siap menerkam mangsa.
Indiana dan Bibo yang asik mengobrol pun tidak mengetahuinya. Sampai seseorang menepuk pundak Indiana dari belakang. Yang membuat Indiana langsung balik badan.
"lo Indiana kan?" tanyaya dengan tatapan tajam, nada tinggi namun tegas.
"iya gue Indiana, lo siapa?" Tanya Indiana heran. Tumben ada siswa lain yang mau bertanya memastikan siapa dia. Bukankah seluruh sekolah hampir mengenalnya.
Tidak ada jawaban dari penanya, justru ia langsung menjabarkan apa yang dia inginkan
"Gue tunggu di gudang belakang sekolah" berjalan melewati Indiana sambil menepuk pundak Indiana.
Ada apakah gerangan sampai harus bertemu di belakang sekolah. Bibo yang melihat merasa heran dan khawatir dengan Indiana.
"Indi, lo kenal dia? " Bibo melihat kearah Indiana dengan tatapan yang mencurigakan.
Indiana masih diam memandangi punggung orang yang berlalu yang ingin bertemu dengannya di belakang gudang.
"Jangankan kenal, ini aja gue baru liat muka dia. Tapi kenapa ya, tu anak nyuruh gue ketemu di sana?" tanya Indi. Indi pun langsung berjalan meninggalkan Bibo menuju gudang belakang. Baru beberapa langkah ia melangkah suara Bibo memecahkan lamunannya.
"Indi, Tunggu, gue ikut...!" teriak Bibo menyusul langkah kaki Indiana. Namun dengan cepat Indiana langsung menggelengkan kepala dan cukup memberikan penolakan maupun jawaban bagi Bibo.
"Lo masuk aja. Gue ada urusan mau nyelesain masalah gue dulu. Lo gak usah ikutin gue,"
Belum ada pernyataan yang di berikan oleh Indiana, namun banyangannya sudah tidak terlihat lagi. Dengan berat hati terpaksa Bibo menunggu kedatanhan Indiana dan masuk kedalam ruang kelas.
Akhirnya Indiana pun sampai di lokasi yang di sebutkan, suasana di belakang gudang sekolah terlihat sepi hanya ada beberapa orang yang mengelilingi seseorang yang tadi menyuruhnya datang ke belakang gudang.
Dengan langkah percaya diri dan santai Indiana berjalan melewati segerombolan Pria yang memperhatikanya.
Sampai akhirnya Indiana tiba di depan pria yang menyuruhnya ke sini. Peia itu duduk di atas meja dengan ekspresi yang sulit dibaca.
"Gue kesini mau ngajak lo balapan, tapi taruhannya kalau gue menang lo harus mau jadi pacar gue. Kalau lo yang menang mobil gue untuk lo,"
Ucapan tanpa basa basi itu sekat membuat Indiana marah, Ibarat kata saat Ini dirinya adalah bahan taruhan oleh orang yang tak pernah dia kenal sama sekali.
"Jadi lo nyuruh gue kesini cuman mau bilang itu??" Indiana maju sampai jarak mereka begitu dekat. Sehingga Indiana bisa melihat wajah pria itu dengan begitu jelas.
"Lo gak boleh nolak. Kalau lo nolak Bibo teman lo akan tinggal nama besok pagi,"
Setelah mengucapkan itu, tangan Indiana langsung saja menarik kerah baju, kemudian ia akan menegaskan hal yang gak boleh ia lalukan terhadap Bibonya.
"Sebelum lo nyentuh dia, gue pastiin lo yang tinggal nama"
"Tentang kesepakatan. Gue ingin tambahan, kalau sekedar mobil gue udah punya, lo cukup ngerangkak dan telanhang di balap, sambil bilang gue kalah dari Indiana sebanyak 10 putaran, gimana?" tegas Indiana.
"Ok gue terima" sebuah kesepakatan terlontar dari pria itu, dan jawaban itu membuat seluruh orang yang ada disana dan menjadi saksi taruhan murahan mereka.
Setelah mendengar kata ok darinya, Indiana kemudian melepaskan tangannya di kerah baju dan berjalan meninggalkan tempat tersebut.
Baru beberapa langkah ia berjalan suara pria itu kembali lagi terdengar.
"Acara dimulai pukul 21.00. Jangan lupa bawa peliharaan lo biar dia jadi saksi kalau lo kalah, hahahahah"
Ia tertawa dengan senangnya namun indiana terus melangkah dan mengangkat jempol tanda ia setuju.
Saat ini suasana dikelas terlihat sepi, dikarnakan sekarang adalah jam pelajaran.
Ketika memasuki area kelas, semua mata tertuju ketika Indiana membuka Pintu dan mengalihkan fokus yang awalnya ke guru yang sedang nulis kini semua mata tertuju kepadanya.
"Indiana kenapa kamu telat masuk kelas?" Tanya ibu Siska guru matematika.
"Maaf buk, saya tadi ke wc karna sakit perut" alasan dari Indiana.
"Owh, kalau gitu kamu silahkan duduk, untuk kedepannya kamu harus lapor dulu. Jangan datang-datang buat alasan" tegas ibu Siska.
Indiana menganggukkan kepala kemudian berjalan menghampiri mejanya.
"Indi? Mereka gak ada ngapa-ngapain lo kan?? " tanya Bibo penasaran.
"Gue baik-baik aja Bibo." jawab Indiana sambil mengeluarkan buku dari tasnya.
"Oh ya lo nanti Jam 21.00 datang ke alamat ini. Jangan bawa teman, lo datang sendirian aja" Indiana menyerahkan kertas yang berisikan sebuah alamat.
"Emang kenapa gue disuruh datang?? " tanya Bibo yang belum begitu paham percakapan ini.
"Malam ini gue balapan. Dan taruhannya hidup gue. Jadi lo harus datang" mendengar penuturan Indi tanpa fikir panjang Bibo langsung menjawabnya dengan iya. Karna taruhannya adalah hidup Indiana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indiana
RomanceBalajar hidup dari sebuah balapan, selain ada cinta karena menyukainya disana juga terdapat luka ketika jatuh di atasnya