11

65 0 0
                                    

Indiana tiba di arena balap namun suasana di arena sangat sepi tak ada orang disana. Kemudian Indiana memilih untuk berkeliling namun sama tidak ada orang disana.

"Lo serius ini tempatnya Indi? " Bibo yang duduk di sebelah Indiana merasa heran mungkin  Indiana telah di kerjai oleh sesorang. Suasana yang hening membuat mereka khawatir.

"Gue rasa lo di kerjain sama tu anak.  Lebih baik kita keluar dari tempat ini.  Sebulum ada apa-apa nantinya"
Indiana hanya mengangguk kemudian memutar kemudinya kearah pintu keluar. 

Namun ketika sampai di pintu keluar Indiana terkejut melihat adanya sekelompok Pria dengan pakaian serba hitam, ditengah-tengengah mereka berdiri terlihat seorang wanita.  Yang asing bagi Indiana dan belum pernah bertemu dengan wanita itu.

"Bukannya itu Gadis??" Suara Bibo memecah keheningan dan rasa penasaran Indiana

"Lo kenal dengan cewek itu Bibo. Dia siapa lo? Oh jadi sekarang gue paham Indi kenapa lo diteror mungkin ada hubungannya dengan tu cewe didepan." Dingga menjelaskan dengan keyakinan yang tinggi. Namun Indiana hanya diam tak bersuara.  Sampai akhirnya mobil mereka berhenti tepat beberapa meter jarak dari mereka.

Bibo dan Dingga keluar lebih dulu dan berdiri di depan mobil.  Kemudian disusul oleh Indiana. Tak ada penerangan disana hanya sorot lampu mobil dan suara keheningan yang ada. Seorang wanita maju dari rombongan.

Suara langkah kaki dari sepatu yang dikenakan oleh wanita itu serta tongkat besi yang seret terdengar jelas ditengah kesunyian malam.  Ketika hanya 3 langkah jarak antara mereka, wanita itu langsung saja melayangkan tongkat besi tepat kearah muka Indiana. Dengan sigap Indiana menangkis.

Akhirnya terjadilah pertengkaran antara Indiana dan Gadis.  Tidak ada yang berani merelai keributan itu. Keributan itu berlangsung lumayan lama. Sampai mereka memperoleh luka masing-masing.

Indiana mendapat luka di keningnyaa akibat terkena ujung tongkat besi, serta lengannya yang lecet bergulat di aspal. Tak jauh berbeda dengan Indiana Gadis jauh lebih hancur lagi rupanya. Matanya sebelah kiri biru dan memar,  belum lagi bekas cakaran di pipi yang disebatkan Indiana.  Baju yang ia kenakan berwarna putih berubah menjadi warna coklat akibat terguling-guling di aspal.

Pertengkaran mereka sangat sengit, tak ada satupun yang mengalah saling menjambak memukul makahkan mencakar. Pertengkaran itu tak akan pernah berhenti sampai ada seorang pria menghampiri mereka.

"hentikan..!!" suara yang belum pernah Indiana mendengarnya. Pria itu menangkis pukulan Indiana disaat ia ingin menghabisi lawannya. Hanya memasang ekspresi datar Indiana bangkit, kemudian membersihkan debu yang menempel di bajunya. 

"Lo bukan siapa-siapa gue. Jangan ikut campur minggir!" dengan amarahnya Gadis menolak tubuh pria itu. Tanpa peduli tanggapan dari wanita itu lansung saja dia memopong tubuh mungil wanita itu. Yang berusaha meraih kerah baju Indiana. 

"Gorpa turunin gue!  Turunin!" Indiana urusan kita belum selesai" Suara melengking Gadis tak sedikitpun dihiraukan Gorpa. Gadis masih saja meronta bahkan memukul punggung Gorpa karna saat itu Gadis di gendong seperti mengangkat karung beras.

"Berapa upah yang dikasih Gadis nanti gue ganti 2kali lipat. Sekarang kalian bubar" tegas Gorpa sebelum memasukkan Gadis kedalam mobil dan langsung berlalu meninggalkan tempat tersebut.

Disisi lain Indiana,Bibo dan Dingga hanya terdiam. Berfikir kenapa semua berlalu seperti mimpi. Indiana hanya bertanya dalam hati apakah dia pernah berurusan dengan Gadis. Kenapa dia langsung main pukul tanpa ada kalimat yang terucap

"Woy diam diam waek.  Jadi pulang gak.  Laper gue, gak kasian sama my hani cacing yang udah demo karna puasa makan malam ini" Siapa lagi kalau itu bukan Bibo namanya.  Dengan mulut somplak dan asal jeplak. Mendengar ucapat Bibo mereka tertawa bersama terasa ada hiburan tersendiri atas kehadiran Bibo.

"Gue butuh informasi tentang Gadis dan Gorpa. itu tugas kalian mencari tau siapa mereka pulang sekolah semua informasi harus udah ada." ucapan Indiana begitu tegas dan serius. 

"Sip Bos... " Bibo dan dingga mengangkat tangan mengisyaratkan tanda hormat kepada Indiana. Kemudian mereka masuk kedalam mobil dan pulang.  Melihat Indiana yang matanya sayu dan menahan luka di lengannya membuat Dingga dan Bibo khawatir. Namun ketika di tanya indiana hanya tersenyum dan bilang dia baik-baik saja.

Jam menunjukan pukul 12 malam.  Dan mereka telah tiba di rumah Indiana, dengan tenanga yang tersisa Indiana berjalan menaiki tangga karna kamarnya berada dilantai dua.

Entah mengapa kepalanya terasa pusing, pada saat mengijakkan kaki pada anak tangga yang ke kedua. Ia terjatuh dan tak sadarkan diri.

Bibo dan Dingga yang melihat Indiana langsung berlari kearahnya. Dengan panik Dingga langsung meraih ponselnya dan menelpon dokter. Sedangkan Bibo tanpa bicara langsung menggendong Indiana kekamarnya.

"Gue harap lo gak kenapa-napa Indi" suara lirih yang di ucapkan Bibo sambil mengecup kening Indiana.

Setelah membaringkan Indiana diatas tempat tidurnya, Bibo hanya menatap wajah Indiana sendu, entah apa yang difikirkan oleh Bibo sampai matanya berkaca-kaca.

Bibo terus saja menggenggam tangan Indiana, bahkan dia tidak menyadari Singga masuk kekamar bersama dokter pribadi yang tadi di hubungi oleh Dinggo.

"Tenang dia baik-baik saja, mungkin tu anak kelelahan. Hobi dia emang gak bisa dia hilangkan, kadang gue heran kenapa cewek secantik dan sebaik dia menempuh jalan yang seperti itu," kata Singga yang tak melihat lawan bicaranya.

"Gue dari dulu emang satu sekolah sama Indiana sejak dia SD, dan dimana dia bersekolah gue selalu ada disekolah yang sama, tapi mungkin dia tidak pernah tau dan mengenal gue. Sampai akhirnya gue dengar kalo dia hobi balapan dan cukup terkenal di kalangan anak-anak, dan gue jadi termotivasi dekatin dia dengan cara yang gak biasa.

Akhirnya gue bisa sedekat ini dengan dia, hanya karena taruhan konyol yang gue buat, jujur dia memang jago untuk balapan. Saat itu gue emang sengaja ingin kalah, tapi melihat dia, juga jadi malu kalau harus kalah sama cewek.

Dan dia justru lebih unggul dari gue" sambil mengukir senyum haru diajak Dingga.

Sepanjang itu Dingga bercerita, Bibo hanya diam dan menganggukkan kepala.

"Gimana keadaanya dok?" kata Bibo setelah dokter usai memeriksa keadaan Indiana.

"Sepertinya dia hanya kelelahan, ini saya kasih vitamin, tolong ingatkan dia untuk jangan terlalu banyak fikiran dan tolong jaga pola makannya,"

"Oke dokter" kata Bibo semangat

"Makasih dokter, untuk biasanya, udah saya transfer ke rekening dokter, maaf mengganggu anda tengah malam begini dok,"

"Tidak apa, itu sudah kewajiban saya, kalau gitu saya pamit dulu," setelqh itu dokter keluar disusul Dinga, untuk mengantarkannya sampai depan pintu rumah. Kemudian kembali lagi kekamar Indiana.

Dengan niat ingin mengajak Bibo untuk membeli makanan. Bibo malah tertidur disisi ranjang Indiana dengan terus memegang tangannya.

"Kita menyukai orang yang sama, ternyata. Tapi gue gak bisa maksain kehendaknya, semoga siapapun yang dipilihnya menjadi yang terbaik" kata Dingga lirih saat melihat keadaan mereka

IndianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang