"Udah papa bilang kamu jangan ikut balapan itu lagi"
"aku gak peduli, tersarah papa mau bilang apa" berlalu meninggalkan Suroso Hilson.
"Indiana hilson !! "
Ayahnya meneriaki namanya, namun jangankan untuk balik badan Indiana lebih memilih cuek dan tak menghiraukan panggilan dari ayahnya.
Masih terlihat begitu jelas kenangan dimana seluruh tetangga yang selalu berbisik dan melihan melihat pertengkaran antara Indiana dan ayahnya. Hampir setiap hari Indiana pulang tengah malam, tidak hanya tingkah seorang bad girl, pertengkarang orang tuanya seakan membentuk karakter Indiana menjadi seperti sekarang.
3Tahun yang lalu,
Pada awalnya semua hanya baik baik saja, Ayah Indiana adalah salah satu pengusaha terbesar di Pekanbaru, usahanya cukup berkembang, tidak hanya dari bisnis properti, perkebunan serta pemilik salah mall ternama di Pekanbaru.
Tidak hanya ayahnya, Ibunya juga merupakan salah seorang pengusaha muda, ia memiliki sebuah resto serta butik yang juga sudah terkenal akan karyanya baik di luar dan didalam negeri.
Suatu, malam ketika ibunya telat pulang dan di antar oleh seorang pria disitulah pertengkarang yang sampai saat ini sering terjadi.
"Kamu dari mana saja?" Tanya Suroso dengan tatapan sinis sambil melirik kearah jam didinding ruang tengah.
"Aku tadi ada rapat Pa, mobil aku rusak. Dan kebetulan ada Sandi yang mau mengantarkan aku kerumah," ungkap Ibu sambil berlalu.
Tanpa berfikir akan tindakan sebuah tamparan terdengar begitu nyaring di tengah keheningan malam saat itu.
Mengingat kejadian itu seolah terputar kembali ketika keributan selalu mengelilingi dirinya dirumah. Tidak hanya masalah sepele, bahkan hal-hal yang tak berguna dan sudah berlalu selalu mereka ungkit.
Tak ada satupun yang ingin mengalah, semua merasa benar menurut pandangan mereka. Didepan Indiana, mereka tak segan segan main fisik dalam pertengkaran.
Saat pertengkarab Ibu yang tak pernah tak lelah berhenti makinya ayah, dan ayah yang selalu memukulnya,
Saat seperti ini, entah siapa yang harus Indiana percaya, karna kebencian yang ia rasakan telah menghancurkan segalanya.
Ingatan demi ingatan kembali berputar dikepalanya. Tanpa ia sadari saat ini Semua mata tertuju pada Indiana yang mengabaikan perkataan orang tuanya.
Suara bisik-bisik seperti lebah seakan tak bisa dihindari ketika Indiana berjalan membelah kerumunan penonton yang ada di arena balap saat itu.
Bagi sebagian orang mungkin pemandangan ini adalah pemandangan yang sering terlihat. Namun, bagi yang tidak tau, mereka akan berfikir bahwa Indiana adalah anak yang durhaka dan melawan kepada orang tua.
Suasana menyedihkan seakan melingkupi perasaan Indiana. Ia tak tau kemana ia dapat menenangkan hati dan fikirannya. Terlebih sekarang adalah tengah malam, namun demi profesional dalam hobi. Indiana memilih melanjutkan balapan. Walau ia tau, betapa malunya dan hancurnya hatinya melihat tingkah ayahnya didepan umum.
Balapan yang diikutinya kali ini hanya berlangsung kurang lebih 2 jam. Selama 2 jam Indiana mendapat nomor urut 10 dari 30 peserta yang hadir.
Bergulat di aspal bukan lah hal yang mudah, ketika mengendarakan motor seperti biasa aja di tunrut unyuk selalu memakai helm dan pelindung lainnya, apalagi jika itu berada di arena balap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indiana
RomanceBalajar hidup dari sebuah balapan, selain ada cinta karena menyukainya disana juga terdapat luka ketika jatuh di atasnya