Indiana POV
Bau obat-obatan menyeruak masuk ke indra penciumanku. Badan ku terasa sakit semua. Dengan pandangan yang masih kabur aku berusaha duduk di tepi ranjang untuk menyandarkan tubuhku yang tak bertenaga. Apa yang terjadi semalam sehingga kepala ku begitu terasa sakit, ada sebuah perban yang melekat di keningku.
Aku melihat seorang pria paruh baya membawa nampan berisi makanan. Dia tersenyum melihatku ketika aku hendak duduk.
"Indi kamu sudah sadar?? Mungkin kamu terlalu kecapean, sebaiknya kamu makan ini dulu. Bubur ini dibuat oleh mama, dia lah yang menjagamu semalaman. Namun sekarang dia harus kerumah sakit karna ada operasi mendadak" duduk di tepi ranjang kemudian menyuapkan bubur ke mulutku. Ketika suapan petama aku hanya diam dan aku merasa sangat bahagia. Namun aku baru sadar, bukankah ini jam prakteknya papa. Karna papa adalah seorang dokter yang punya jadwal sangat padat. Jadi setahu aku papa jarang dirumah. Dan sekarang papa menyuapkan makan untukku.
"Kenapa papa bisa disini? Bukannya hari ini jadwal praktek papa?" Tanyaku ketika suapan ketiga masuk kedalam kemulutku.
"Ia papa hari ini ngambil cuti untuk ngerawat kamu" sambil mencubit pipiku. Aku merasa sangat bahagia. Namun jawaban singkat itu mampu meruntuhkan pertahanan hatiku. Tak terasa airmata mengalir membasahi pipiku. Dan aku pun memeluk papa. Papa hanya memberi respon dan heran melihat tingkahku. Karna aku tidak pernah bertingkah seperti ini. Apalagi sudah hampir 2 bulan aku tidak pernah pulang kerumah.
"Makasih papa. Maafin Indiana ya pa, karna melawan sama papa. Indi kira gak ada lagi yang sayang sama Indi" suara ku terdengar begitu kacau dan beberapa isakan tangis keluar dari bibirku. Antara sedih dan bahagia bercampur jadi satu.
Aku beruntung dan aku sangat bahagia. Aku ngerasa tidak ada orang yang peduli padaku ternyata aku salah, justru banyak orang yang peduli padaku. Suasana di kamarku berubah menjadi isak tangisku untuk beberapa menit. Sampai bubur yang aku makan sudah habis. Papa memberikanku obat untuk diminum. Dan untuk beberapa hari kedepan aku akan libur. Kali ini bukan karna aku malas atau ingin ikutan balapan namun karna papa bilang kondisiku belum meyakinkan untuk beraktifitas dan aku harus banyak istirahat sekarang.
Setelah selesai melihatku meminum obat papa pun berdiri dan keluar untuk meletakkan piring kotor. Saat papa hendak jalan keluar kamar, ia amat terkejut melihat Bibo yang datang dan langsung memelukku, kemudian dibelakang Bibo ada Dingga. Sepertinya mereka baru pulang karna masih menggunakan seragam sekolah.
"Gue kangen sama lo Indi, gue ngerasa sepi dikelas karna lo sakit, cepat sembuh. " Bibo mengeluskan kepalanya di pundakku. Sontak saja hal itu membuat papa geram dan langsung menjewer kuping Bibo.
"Aduh om jangan di jewer huaaa. Kuping Bibo merah, nanti kalau dijewer trus kuping Bibo putus gimana. Merana lah kuping yang sendirian Huuaa.... " Bibo mengomel dengan suara khas dia. Yang membuat aku, dan Dingga tertawa.
"Husss... Kamu, datang-datang main peluk Indiana. Kamu pikir kamu siapa? Gak sopan seperti itu" Tegas papa.
Bibo masih saja mengomel karna tak terima di jewer, sedangkan papa sibuk menceramahi Bibo tak ada kata mau mengalah diantara mereka. Sampai akhirnya papa pergi dan keluar dari kamar saat ponselnya berbunyi. Saat papa keluar langsung saja Bibo naik keatas tempat tidur dan memijit kakiku. Saat ini aku masih dengan posisi duduk dan bersandar di ujung tempat tidur.
"Bokap lo galak, gue gak takut tuh sama dia. Trus dia juga cerewet. Gue aja kalem ya kan Indi?" Bibo bertanya dengan semangat namun aku hanya memberi respon anggukan kepala. Menandakan kalau gue setuju apa yang dibilang. Sebab kalau gue menggeleng atau bilang tidak. Omelan Bibo bakal makin menjadi lagi dan aku gak bisa mastiin kapan itu bisa berhenti.
"Lo udah mendingan Indi?" aku hanya merespon dengan anggukan saja.
"Lo tau gak setelah kita pulang dari tempat balapan. Lo pingsan saat menaiki tangga. Gue panik dan langsung nelfon dokter langganan gue. Cuman sayangnya dia gak bisa. Trus dia bilang kalau temannya bakalan datang kerumah lo. Pas tu dokter udah sampai dirumah lo langsung gue bawa dia ke kamar lo. Dia kaget dan langsung sedih gitu. Kemudian dia menelfon seseorang gak lama datang ibu-ibu dan gue rasa itu adalah istrinya. Ketika ibu itu datang menghampiri lo. Tu ibuk mangil lo Indi sayang. Dari situ gue bertanya siapakah mereka. Ternyata mereka adalah ortu lo Indi, dan gue baru tau semalam. Ortu lo nanyanya banyak banget. Sampe pusing gue jelasinnya gimana dia juga nanya ini rumah siapa. Tapi gue bilang obati lo dulu. Setelah itu baru kita ngobrol. Gue cerita dari awal kenal lo sampe kenapa lo bisa luka-luka seperti itu. Dan orang tua lo lumayan asik dan jiwanya masih muda ya. Kami ngobrol panjang lebar sampai gak ingat waktu Indi. Trus gue baru ingat besok sekolah dan gue harus tidur. " Dingga bercerita begitu semangat. Aku hanya diam dan tersenyum setiap kali di memberikan ekspresi dalam ceritanya.
"Trus Bibo kemana?? Disaat bokap gue datang?" aku bertanya karna tak ada nama Bibo yang di sebutkan oleh Dingga.
"Dia muntah muntah setelah gendong lo. Gue kira dia dihamili siapa gitu. Secara dia cowokan, ya gak bakalan mungkin lah. Pas ditanya baru deh dia bilang kalau mual liat darah. "
Hahahahahahaha kami tertawa bertiga.
"Gue gak takut darah, cuman geli aja woy. Sumpah ni kampret gak ada lugu-lugunya bilang aib gue." tiba-tiba saja Bibo yang awalnya kemayu. Kini keluar sisi lakinya. Belum pernah aku melihat Bibo seperti itu. Apalagi dengan kata-kata seperti itu. Aku rasa dia sudah mulai ikut-ikutan gaya bicara Dingga. Karna setau aku kalau dia adalah orang yang lembut. Belum lagi wajahnya yang seketika merah padam seperti udang rebus. Obrolan kami pun berlanjut. Ntah kemana-mana pembahasan kami. Papa pun langsung bergabung dengan kami. Membuat obrolan kami semakin seru.
Dan sekarang aku baru ngerasakan bahwa aku di kelilingi oleh orang-orang yang menyayangiku. Papa datang membawakan berbagai makanan ringan dan minuman kaleng. Papa yang kini punya hoby baru yaitu menjahili Bibo, Bibo yang cara bicaranya dibuat-buat l seolah-olah manja kepadaku. Membuat respon papa, aku dan Dingga tertawa. Terasa ada hiburan tersendiri dengan adanya sosok bibo.
Tak terasa waktu sudah sore Bibo dan Dingga keluar dari kamar karna mereka harus segera mandi. sebelum mereka melangkah pergi aku bertanya gimana tentang informasi Gadis dan Gorpa.
"Gue udah dapat semua Informasi yang lo suruh, sekarang lo harus sehat dulu." Dingga kemudian melangkah pergi. Kemudian disusul oleh Bibo. Meninggalkan Indiana beristirahat
KAMU SEDANG MEMBACA
Indiana
RomanceBalajar hidup dari sebuah balapan, selain ada cinta karena menyukainya disana juga terdapat luka ketika jatuh di atasnya