Bab 8 - Dia kidal

1.3K 67 0
                                        

Roti dan segelas susulah yang sedang menemani sarapan pagiku hari ini. Seperti biasa aku benar benar semangat untuk hal hal yang menyangkut perdetektifan karna itulah yang aku suka. Tidak seperti detektif di film yang membawa kacamata pembesar kemana mana, aku hanya membawa diary dan juga pulpen dalam tas.

Aku berdiri di depan sebuah gedung yang diatasnya tertulis 'Heaven Sauna'. Aku masuk kedalamnya dan menanyakan pada orang yang berdiri di meja utama. Orang itu mengantarku sampai aku benar benar berdiri di loker dengan angka 306. "loker itu milik Alex Newt, Ia sering kemari dan selalu menaruh barang barangnya disitu, maaf, Anda siapa ya? "

"saya teman Alex, Ia memberitahu saya bahwa jika Ia sudah meninggal, saya disuruh mengambil barang yang ada di lokernya". Orang itu hanya mengangguk dan pergi kembali ke meja depan. Ku buka kembali pesan di hp ku untuk mengetahui password nya, namun pesan itu sudah hilang, juga pesan sebelumnya. Untung saja aku sudah menulisnya di diaryku. Aku pencet tombol yang ada di pinggir loker, lalu kubuka pintunya. Ada amplop putih disana,

"To : Alexander

From : Alex"

Begitulah tulisan di atas amplop itu. Aku bergegas keluar dari tempat itu dan menuju rumah sang bintang Alexander.

Sesampainya disana aku terus saja diusir oleh satpam yang berjaga. Aku benar benar menyerah, sudah satu jam aku merengek agar diperbolehkan masuk, namun tetap saja aku dikira seorang fans penguntit. Aku putus asa sesaat sebelum suara mobil Alexander terdengar di telingaku. Aku mengampiri kaca tempat ia duduk. Ia membuka kacanya. "ada yang ingin ku bicarakan padamu"

Dengan muka datarnya Ia menjawab "kau siapa ? aku tak mengenalmu" suara dan tingkah nya sedingin es dan kurasa itulah yang menambah citra nya dikalangan wanita selain wajah yang super tampan itu.

Aku dipersilakan masuk setelah menunjukan surat i tanganku. Entah seberapa penting surat itu sehingga Ia mau mempersilahkan masuk orang yang tek dekat dengan nya, padahal Alexander terkenal orang yang memiliki senyum dan kelakuan sedingin pucuk Everest.

"Dari mana kau mendapatkannya? Kau siapanya Alex? Bagaimana dia mengenalmu, aku kenal semua teman Alex, tapi tidak dengan mu, kenapa dia tidak pernah cerita"

"biar kuceritakan, kau tenanglah" aku menceritakan semuanya tanpa ada yang terlewat juga berusaha menenangkannya karna Ia terlihat sungguh gelisah. Raut mukanya menunjukan kesedihan juga bercampur dengan kegelisahan dan kekhawatiran. Aku tak tau apa yang Ia khawatirkan, raut wajah itu tampak saat pertama kali aku menunjukan surat itu.

"kau bisa melihat Alex? Apa dia ada disini?"

"tidak, dia sedang tidak disini, dia sering muncul dan menghilang tanpa ditentukan waktu yang tepat"

Dia mencoba menenangkan dirinya sendiri saat aku mengatakan bahwa aku bisa melihat Alex. Kulihat setetes keringat bercucur di dahinya, padahal udara nya sedang tidak panas, benar benar aneh. Aku meminum teh yang disuguhkannya padaku tapi tidak dengan Alexander, dia meminum alkohol dengan tangan kiri.

Sesaat kemudian Alexander pergi kekamar nya sesaat setelah mendapat telepon. Aku tetap menunggu di ruang tengah karna dia yang memintaku, juga karna dia akan mengantarku kembali ke hotel sebagai ucapan terimakasih telah memberikan surat dari kembarannya, Alex.

"bolehkah aku meminta tolong kepadamu?" suaranya memecah keheningan yang ada di dalam mobil

"apa?"

"bisakah kau menjadi informanku, hanya kau satu satunya yang bisa melihat Alex"

Aku benar benar ingin menolaknya, namun ekspetasi memang tak seindah realita, hatiku berbeda dari apa yang kupikirkan, siapa yang tak senang bila bisa dekat dengan idola mereka? Jika kau menjadi aku, apa kau akan menolaknya?

Aku mengiyakan tawaran Alexander. Ia memberiku nomor nya sesaat sebelum aku turun dan menuju lobby hotel. Sungguh bahagianya aku bisa dekat dengan idolaku juga mendapat nomer hp nya.

Sesampainya di kamar kebahagiaanku pecah saat melihat Alex sudah berada di sofa sebelah tempat tidur. Benar benar mengejutkanku, aku tidak pernah takut hantu, karna papa sering bercerita hantu hantu itu menolong papa, ya, papaku juga bisa melihat hantu sama seperti aku yang sekarang ini.

Kulihat tangan Alex menunjuk pada tas ku. Segeralah aku buku tas ku dan notifikasi pesan tertera di layar depan hpku. "jangan percaya siapapun, jangan beritahu apapun" isi dari pesan itu. Kulihat lagi Alex, dia sedang menujukan 4 jari lalu setelah itu dia menunjukan isyarat 13. Setelah itu dia menghilang bersama dengan pesan yang ku terima dari Alexander "ku jemput kau besok pukul 10.00"

---

Mobil merah menghampiriku, dibukanya kaca pengemudi agar aku bisa melihat Alexander sedang menggunakan kacamata hitam, benar benar menambah tampan dirinya. Kami pergi ke sebuah restoran. Disana aku bercerita bahwa kemarin malam aku melihat Alex di kamarku

Aku membuka hp dengan niat memperlihatkan isi pesan yang dikirimkan oleh nomor tidak diketahui. Saat kuperiksa satu satu pesan itu menghilang. Pesan yang dikirimkan oleh nomor tidak diketahui itu selalu menghilang saat aku membukanya untuk yang kedua kali.

Penjaga kasir memberikan struk yang harus ditandatangani oleh sang pemilik kartu. Alexander memegang bolpoin itu dan menandatanganinya dengan tangan kiri. Dia kidal.

Four NotesWhere stories live. Discover now