Bab 15 - Aku menyerah

980 66 1
                                    

William menduga bahwa diary itu sebenarnya milik Alex. Ditambah lagi aku sendiri pernah membaca tanggal kematian Alex di sisi belakang diary itu. Seakan semuanya telah terencana oleh James. Aku membaca tanggal kematian Alex tepat beberapa minggu sebelum Alex meninggal. Apa pembunuh sebenarnya itu James? Sahabat baikku sendiri? Tapi kenapa?

Petunjuk yang kudapatkan semakin terlihat kebenarannya. Meski ada beberapa yang belum bisa kupecahkan. Aku bertanya tanya apa bisa William melaporkan kasus ini ke polisi, mengingat dia adalah asisten detektif, dia pasti akan lebih dipercaya daripada aku yang bukan siapa siapa dan hanya imigran.

"bagaimana jika kita laporkan ini kepolisi?atau haruskah kita memberitahu Alexander akan masalah ini?"

"kurasa aku pilih option pertama, rahasiakan dahulu dari Alexander sampai kita tahu kebenarannya. Kau tahu mereka bersahabat, jika dugaanmu salah, mungkin saja persahabatan mereka akan hancur" aku hanya mengangguk tanda mengerti "bawalah semua bukti yang kau dapatkan, akan ku jemput kau besok pukul 10.00"

Aku kembali ke hotel dengan semua pikiran mengenai James. Aku mencoba meyakinkan diriku, ketika kepanikan mulai melanda 'waktuku tinggal 3 hari di Korea, bagaimana jika kasusnya belum selesai?' itulah yang kupikirkan, yang ku khawatirkan juga. Jika memang kasus ini akan segera selesai, setidaknya masih ada satu hal yang harus ku ketahui 'kenapa Alex datang menghampiriku? Aku bukan satu satunya orang di dunia ini yang bisa melihat hantu?'.

---

Aku sudah bersama William di kantor polisi, di depan kami sudah duduk seorang detektif, rekan William, juga yang menangani kasus Alex. Aku menceritakan segala apa yang sudah kudapatkan bersama William, juga dugaanku mengenai James.

Hanya berkisar 30 menit aku disana, detektif itu hanya mendengarkanku dan menganggukkan kepalanya. Aku diminta untuk kesana lagi besok untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Malam hari nya Nathalie menelponku, Ia memastikan jadwal kepulangan ku pada lusa. Aku sudah memiliki janji khusus dengan Nathalie setelah pulang dari Korea. Selain Nathalie janji khususku aku buat dengan kasurku.

---

Aku sudah kembali ke kantor polisi. Aku cukup terkejut dengan apa yang kulihat saat aku memasuki ruang pemeriksaan. Disana sudah ada detektif itu, William, juga James.

"hai Kath, sepertinya baru saja kemarin kau mengobrol denganku, sekarang kau malah menuduhku sebagai seorang pembunuh" aku hanya memandangnya lalu duduk di sebelah William

"saat itu aku bertemu dengan James di pesawat saat aku akan berlibur di Korea, kami berteman semenjak itu, saat itu aku melihat buku itu di kursi James, lalu aku membacanya. Disana ada 4 catatan ada nama Jader Lexan, Bryan, juga Alex. Aku masih mengingat jelas bahwa di setiap nama ada tanggal sendiri sendiri. Dan pada nama Alex adalah tanggal kematiannya. Saat aku mendapatkan buku itu dan membacanya lagi kemarin catatan yang keempat telah sobek, aku tak tau dimana sobekan itu berada. Jika diperhatikan tanggal di diary itu terpaut 13 bulan dan semuanya mengacu pada tanggal 4, hanya James disini yang selalu percaya akan angka angka seperti itu bahwa itu angka sial."

"itu hanya asumsi mu Kath, kau tak punya bukti yang kuat yang menandakan kau membaca catatan Alex sebelum dia meninggal. Aku seorang detektif. Ya memang, diary itu milik Alex, tapi dia lah yang menyuruhku mengambilnya untuk menginfestigasi kematian Alex." Katanya sambil menunjuk detektif yang ada di sebelahnya dengan dagunya " Di belakang diary kukumpulkan semua bukti yang kudapat, disana aku menulis tanggal kematiannya. Aku memang bersahabat dengan Alex, Bryan, dan Alexander, tapi itu hanya saat aku kecil, kau ingat aku menghabiskan waktuku di Indonesia, untuk apa aku membunuh sahabatku sendiri, setelah dengan susah payah aku mendapatkan pekerjaan yang selama ini kuinginkan yaitu menjadi seorang detektif"

Pikiran ku benar benar kacau, aku tak memikirkan jauh ke sana. Sedangkan besok aku akan pulang ke Indonesia, haruskah aku menyerah?

Malamnya aku menelpon William juga Alexander. Kuutarakan permintaan maaf juga terimakasi untuk mereka. Kurasa aku benar benar putus asa, kerja kerasku untuk memecahkan masalah hancur seketika hanya dengan kalimat James yang benar benar membuatku merasa akulah gadis terbodoh.

Aku segera membereskan barang barangku. Dan langsung pergi tidur berharap aku bisa melupakan semua ini setelah aku pulang ke Indonesia.

---

Aku memeluk William dengan erat. 'Terimakasih' bisikku, aku benar benar beruntung bertemu orang sepertinya. Dia benar benar membantuku meski akhirnya aku benar benar gagal.

Four NotesWhere stories live. Discover now