Taehyung masuk kedalam kamarnya, ia melihat Jungkook dengan pakaian kemeja dipakai sebelumnya sedang mengeringkan rambut basahnya dengan handuk kecil. Taehyung menghampiri Jungkook lalu mengambil handuk yang Jungkook gunakan untuk mengeringkan rambut hitam legamnya, gerakan Jungkook otomatis terhenti ia menghadap Taehyung.
"Kemarikan handuknya aku mau mengeringkan rambutku."
Jungkook mau mengambil handuk kecil berwarna putih ditangan Taehyung tapi segera Taehyung meletakan handuk itu pada kepala Jungkook lalu mengusak rambut Jungkook dengan handuk mencoba membantu Jungkook mengerikan rambut. Jungkook hanya membiarkan Taehyung memperlakukannya seperti itu, ia hanya menatap dada Taehyung tak berani untuk menatap Taehyung.
"Kau marah?"
Tangan Taehyung tangan kanan Taehyung masih sibuk mengeringkan rambut Jungkook dengan handuk, tangan kiri Taehyung mengusap pipi Jungkook halus. Ia tahu Jungkook pasti marah dengan kejadian tadi, Taehyung berharap Jungkook akan mengerti kenapa ia tidak mau melakukannya sekarang itu demi Jungkook. Jungkook menyahuti Taehyung hanya dengan anggukan saja.
"Pendampingku harum sekali."
Taehyung mencium beberapa kali pipi Jungkook dengan gemas. Jungkook yang awalnya diam saja kini sedikt terkekeh akan perbuatan Taehyung.
"Taehyungie~ hentikan."
Taehyung masih saja menerjang Jungkook tepat dipipi Jungkook yang bersemu merah. Sangat menggemaskan. Jungkook tak mau kalah ia mencubit keras pinggang Taehyung lalu tertawa keras saat Taehyung kesakitan.
Tin~ Tin~
Mobil sport hitam milik Jimin sudah didepan gerbang besar mansion Taehyung. Setelah menempuh satu jam perjalan bisa dibilang lebih karena mereka terjebak di kemacetan, si penjaga gerbang mansion segera saja mengarahkan mobil Jimin ke parkir khusus mobil. Sesudah Jimin memarkirkan mobil segera ia keluar dari mobil dan membukakan pintu penumpang yang ditempati Yoongi. Yoongi keluar dari mobil, ia mendahului berjalan tanpa menunggu Jimin. Pikiran Yoongi sangat berantakan ia ingin sekali menjauh dari Jimin sekarang. Jimin menghela nafas Yoongi tidak sadar kalau tas yang Yoongi bawa tadi masih tertinggal dijok mobil Jimin, Jimin mengambil tas Yoongi yang berada di jok penumpang tempat Yoongi duduki setelah itu Jimin mengikuti arah jalan Yoongi. Yoongi sudah sampai pada ruang tengah khusus orang – orang yang akan menemui Taehyung untuk sekedar berbincang. Yoongi mendudukan dirinya disalah satu sofa lalu arah pandangnya melihat Jimin samil membawa tasnya menghampiri Yoongi lalu mendudukan dirinya di sebelah Yoongi.
"Kalau kau tidak mau bicara atau mau menghindariku setidaknya bawa barangmu."
Jimin meletakan tas berwarna abu itu disamping Yoongi.
"Terima kasih."
Yoongi tersenyum terlihat senyum lirih tanpa melihat Jimin.
"Apa maumu Yoongi hyung- "
"Jimin. Aku tidak bisa meninggalkan profesiku itu hal yang sangat aku sukai kau tahu itu kan. Apa kau tidak sadar bertahun – tahun aku bersamamu hal yang akan kau bicara untuk konflik pertengkaran kita pasti profesiku, dari awal kau sudah tahu bukan jika aku seorang model- aku dan Jungkook adalah orang yang special. Aku bisa mengandung Jimin begitupun Jungkook. Aku belum ingin mengandung diusiaku saat ini, aku harus meneruskan karirku dulu aku ingin menikmatinya dulu Jimin mengertilah."
"Jujur saja dari cara biacaramu membuat aku kesetanan ingin menghamilimu sekarang dan itu mempermudah untuk kau menyelesaikan profesimu."
"JIMIN!"
Teriak Yoongi, emosi Yoongi sudah memuncak ia mencoba untuk tenang dan sabar tapi sia – sia Jimin sudah sangat keterlaluan. Yoongi ingin melayangkan tangannya mengenai wajah Jimin, Jimin siagap memegang tangan kanan Yoongi yang hendak menamparnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
N I K O T I N
FanfictionIa tergambar seperti Nikotin. Semua yang ada pada dirinya seperti, tingkah laku, cara bicara, penampilan, setiap menit persecond sangat terasa candu.