14

4.6K 593 18
                                    

Kim Mingyu melihat Wonwoo berjalan dengan tidak benar menuju ke arahnya.

"Ah hai Mingyu-ssi ayo kita menari bersama." Wonwoo tarik tangan Mingyu menuju lantai dansa. Wonwoo terkena pengaruh alkohol semakin menjadi dengan kelakuan menari untuk menggoda Mingyu.

Mingyu merasa canggung. "H hey- hentikan itu." Wonwoo malah menarik tangan Mingyu untuk memeluk pinggangnya. Berlanjut ia menari sambil menggoda Mingyu.

"Sadarlah brengsek." Mingyu hentikan pergerakan Wonwoo menatap Wonwoo dengan tajam. Wonwoo mengerjap, matanya agak sayu akibat alkohol.

Badannya tak seimbang hingga membuatnya hampir terjatuh kalau saja Mingyu tak sigap membawanya pada pelukan- tak sengaja Mingyu reflek memeluk.

"Kau tahu- sebenarnya aku- menyukai Kim Taehyung. Sangat menyukainya." Wonwoo berbisik ditelinga Mingyu memeluk leher pria itu saat merasa kepalanya pening.

Mingyu lepas paksa pelukan. "Jangan hancurkan hubungan mereka. Kau tahu bagaimana aku sangat menyukai Jungkook juga kan- tapi Jungkook sudah bersama Taehyung.

"Aku tak pernah mendengar ada seseorang yang menyukai. Selalu aku yang menyukai mereka terlebih dulu-"  Mingyu lihat tatapan Wonwoo berubah seakan sebenarnya ia sangat sakit melihat Taehyung tulus mencintai Jungkook.

"Jangan bicara seperti itu."

"Kim Mingyu. Boleh aku menciumu? Mingyu melihat Wonwoo bukan seperti biasanya. Wonwoo orang yang tak tahu malu, banyak tingkah didepannya, selalu mencari masalah dan berdebat dengannya kini berbeda dimata Mingyu. Mata Wonwoo menyiratkan kesedihan.

Mingyu tarik tangan Wonwoo mengajaknya untuk ketempat yang lebih sepi tidak dilantai dansa lagi. "Lakukan."

"Aku- tidak bisa. Kau tidak menyukaiku atau punya perasaan apa apa-apa terhadapku."

"Kau bisa- maka lakukan, buat aku menyukaimu." Mingyu tempeli Wonwoo di tembok lorong dekat tangga lantai selanjutnya. Mencium bibir Wonwoo lembut, menyesapnya perlahan. Wonwoo memegang rahang Mingyu ikut bermain dalam ciuman. Mereka saling menikmati setiap inci perlakuan mereka membelit, menyesapnya.

Wonwoo lepas tautan. "Aku tidak bisa memaksa perasaan orang untuk menyukaiku. Aku tak akan mau membuatmu menyukaiku. Aku akan mencari seseorang yang menyukaiku."

"Seseorang? Siapa? Kehidupanmu akan diatur orang tuamu begitu juga aku. Kita akan tunangan lalu menikah. Kau akan bilang pada orang tuamu jika kau tak mau mengikuti keinginan mereka?" Entah kenapa Mingyu menjadi emosi.

"Kau tidak menyukai dan kau tidak akan pernah mencintaiku Mingyu jadi untuk apa- cinta tak bisa dipaksakan." Wonwoo berteriak.

"Bukan hanya aku- kau juga sama bukan. Kita akan saling mengerti jika sudah melanjukannya. Kau mengerti maksudku?"

"Tidak mungkin."

"Kau perlu istirahat. Aku antar pulang." Mingyu cium pipi Wonwoo. Keluar dari perta dengan menggendong Wonwoo didepan menyamping. Wonwoo tak tuntut banyak kepalanya sangat pening.




_***_



Taehyung dan juga Jungkook tak lagi berada dipesta, mereka sudah dimansion milik Taehyung karena keesokan harinya mereka akan berangkat ke Bali dimana bulan madu mereka akan menikmati kecantikan pulau Bali.

Rencana bulan madu sudah mereka rencanakan saat mereka menjalani hubungan di tahun ke tiga.

Di mansion. Taehyung sudah terlelap sedangkan Jungkook ia masih membersihkan wajah dari riasan yang menempel mempercantik dirinya. Di cermin ia melihat pantulan dirinya dan keberadaan Taehyung yang sedang terlelap di kasur mereka.

Wajahnya sudah bersih saatnya ia membersihkan diri dikamar mandi. Air hangat yang memenuhi tubuhnya  di bathup dengan busa ia usapkan ke seluruh tubuh hingga leher membuat kesan lelah hilang begitu saja. Selesai kegiatan dikamar mandi ia mulai mencoba merebahkan tubuh di samping Taehyung.

Memeluk prianya, Taehyung terusik melihat siapa si pengganggu hanya tersenyum, memeluk balik Jungkook memendam kepala Jungkook pada dada bidang sebelumnya Taehyung kecupi dahi Jungkook.

Mereka terlelap, mengustirahatkan beban fisik dan pikiran setelah hampir setahunan mempersiapkan pernikahan.


_***_


Pagi menjelang Jimin mencoba membuka mata. Kepalanya agak pening. Sementara mengumpulkan nyawa agar tersadar sepenuhnya. Jimin seperti mengingat sesuatu dimana ia berciuman dengan Yoongi diruangan ini. Tapi pikirnya lagi tak mungkin ia melakukan dengan Yoogni sedangkan ia sangat membenci Yoongi.

Tapi itu benar terasa saat ia berkaca dengan bibir yang membengkak. Seseorang mengetuk pintu kamar.

"Tuan Park anda tertidur disini jadi saya menunggu anda sampai saat ini. Apa anda perlu bantuan saya untuk mencari sarapan?" Jimin menggeleng lalu membereskan diri akan meninggalkan kamar.

"Terimakaih sudah menunggu sebaiknya aku pulang saja."

"Tidak masalah Tuan. Baiklah mari saya antar."

Jimin sudah benar meninggalkan club Taehyung menuju mansion miliknya. Ia jalankan kaki menuju sofa besar ruangan tengah. Memijit kepala sedikit pusing.

"Selamat pagi tuan Park. Ini ada surat dari Tuan Jeon Yoongi." Paman Im memberikan surat lengkap dengan amplop yang membalu kepada Jimin lalu bergegas pergi melanjutkan pekerjaan mengurus kebun depan.

Jimin letakan surat dimeja. Enggan membaca. Ia tak mau ada hubungan lagi dengan Yoongi. Mulai sekarang Jimin akan menjalani kehidupan barunya. Sebagai Jimin tanpa adanya Yoongi.

Ponsel Jimin berdenting pertanda ada pesan. Dipesan Jimin diundang untuk hadir ke pesta oleh sang Ayah untuk mewakili Ayahnya. Pesta pembukaan sekolah seni yang ia dan Ayahnya dirikan.




_TBC_

_TBC_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan iri ya liat mereka kaya gini, aku kasih tau kekalian jangan pacaran kaya mereka gini ya gak baik depan publik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan iri ya liat mereka kaya gini, aku kasih tau kekalian jangan pacaran kaya mereka gini ya gak baik depan publik. Wkwkk

Oh ya cuma mau kasih tau kalo book ini lagi beberapa chapter aja😭

Semoga setelah baca ff ini hari kalian selalu menyenangkan.

N I K O T I NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang