#7 He Treat Me Like He's Love Me

11.2K 1.1K 10
                                    

Lovember POV

Hari ini adalah hari pertama aku kembali bekerja setelah cuti hampir satu minggu lebih. Karena rute jalan menuju kantorku dan Aa Farhan satu arah, kami berdua berangkat bersama. Sambil berjalan masuk kedalam gedung kantor, aku melepas ikatan rambut dan merapikannya sedikit karena tadi harus memakai helm. Yep, aku dan Aa Farhan memang berangkat dengan motornya tadi.

Pertama, kami berdua telat bangun karena semalaman suntuk mengobrol ngalor ngidul. Ini nih akibat cuti kelamaan juga, jam tidur berantakan alhasil kami sama-sama insomnia. Kedua, astaga—jalanan Jakarta itu subhanallah cakepnya kalau pagi alias muaceeett parah dan bisa-bisa sampai kantor udah hampir jam makan siang. Padahal kalau nggak macet, jarak rumah kami ke kantor bisa ditempuh hanya dengan  setengah jam.

Dan jangan tanya gimana kagetnya kita berdua saat bangun tadi. Aa Farhan langsung lari ke kamar mandi bawah dan aku langsung mandi bebek karena harus dandan juga.

Aku berjalan cepat ketika pintu lift akan tertutup dan langsung masuk kedalam lift yang isinya cukup penuh oleh beberapa karyawan yang mungkin bernasib sama pagi ini denganku. Maklum, jam kantorku memang masuk lebih cepat dibandingkan dengan Aa Farhan.

Pintu lift baru akan tertutup, namun terbuka lagi ketika seseorang yang aku kenal menyerobot masuk. Tiara, sohibku itu ternyata telat juga. Aku menghela nafas lega karena hari ini telat bersamanya, seengaknya ada temannya. Begitu ia menyadari aku juga telat, matanya langsung membulat kaget namun setengah lega. Mungkin ia berpikiran sama denganku.

"Cieee... pengantin baru telat ngantor nih ye." Ledeknya dengan nada yang cukup keras, membuat pegawai lain langsung menatapku.

Aku menatapnya kesal. "Tiara!" Tegurku.

Tiara tertawa pelan, lalu matanya terpaku saat melihat leherku. Aku mengernyit bingung dan melemparkan tatapan bertanya. Namun Tiara mengurungkan untuk menjawab, karena lift yang membawa kami berhenti di lantai lima.

TING!

Begitu pintu terbuka, aku dan Tiara serta beberapa pegawai lain keluar dari lift.

"Habis ngapain lo semalem? Seru banget ya?" Bisiknya sambil mengerling nakal saat kami berdua menuju ruangan khusus editor.

"Apanya seru?" Tanyaku balik dengan bingung.

Tiara menarikku kedalam toilet setelah absen  dan saat kami berdua berada di toilet, ia menyibak sisi rambutku sebelah kanan yang tergerai. "Nih, leher lo." Tunjuknya dengan dagu.

Aku menatap pantulan dirku dikaca besar yang berada di toilet dan langsung mengarahkan pandangan ke leherku.

"Gimana rasanya? Enak nggak?" Tanya Tiara menggodaku.

Pasti Tiara mengira merah yang ada dileherku adalah hasil perbuatan Aa Farhan alias kiss mark. Astaga, sahabatku ini sepertinya harus disteril kan otaknya itu. Padahal merah dileherku ini gara-gara semut rangrang yang entah darimana mengigit leherku ketika aku sedang menanam pohon kamboja di halaman rumah kemarin pagi.

"Enak banget, Tir. Kayak disengat gitu." Jawabku asal.

Tiara menatapku dengan menggoda. "IH TEMEN GUE UDAH BESARRRR!" Histerisnya.

"Cobain kapan-kapan makanya."

"Situ udah halal, sini masih nggak tahu kapan dihalalin."

Tiara memang cukup lama berpacaran dengan Biru, namun hingga sekarang sahabatku ini belum juga diberi kepastian.

"Bilang Biru dong. Kalau nggak cepet-cepet dikasih kepastian mening lepas aja. Biar elo juga bisa dapet yang pasti-pasti aja buat dihalalin. Zaman sekarang, yang pasti aja lah." Ucapku.

Ex-Lovember Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang