PROLOG

5.9K 338 216
                                    

_____________________________________________

Tidak ada yang pernah bisa menebak, kapan sebuah rasa akan hadir lebih dari seharusnya. Sebaik apa pun dicegah, ia tetap bisa datang kapan saja.

Tanpa permisi, bahkan tanpa ketukan. Dengan, atau tanpa alasan sekalipun.
_____________________________________________

Sudah berulang kali dia mencari ke seluruh tempat yang bisa dipikirkannya. Taman belakang kompleks, rumah beberapa tetangga yang sering didatangi, bahkan sampai keluar kompleks, tapi neneknya masih juga belum ditemukan. Napas frustrasinya sudah terdengar berkali-kali. Pikirannya kalut. Kenyataan kalau neneknya sudah pikun membuatnya tambah takut. Dia tidak bisa kehilangan neneknya lagi. Tidak setelah kehilangan semuanya.

Kakinya berlari cepat menelusuri jalan-jalan kecil di sekitar kompleks. Kemampuan berjalan neneknya yang pelan pasti tidak akan membawanya pergi terlalu jauh. Setidaknya itu yang dia yakini sejak tadi. Di sebuah sudut dari jalan kecil yang menghadap mal besar di Jakarta, dia menghentikan langkah.

Di depannya terlihat banyak orang berlalu-lalang. Jalanan ini memang selalu dipenuhi pejalan kaki yang tidak ingin bersaing dengan kendaraan yang sedang bermacet-macet ria di jalanan besar ibu kota. Dan hal itu dimanfaatkan dengan baik oleh para pedagang. Selama mengedarkan pandangannya, yang bisa dia lihat hanya gerobak-gerobak yang menjajakan berbagai macam barang dagangan, atau yang duduk di batu kecil dengan gelaran sederhana.

Dia hampir berbalik karena tidak dapat menemukan neneknya saat pemandangan itu mengunci langkahnya. Seorang nenek dengan langkah tertatih-tatih keluar dari belokan gang. Dari arah sebaliknya, sebuah sepeda motor melaju kencang. Matanya memelotot sesaat, sebelum kakinya refleks berlari kencang. Beberapa langkah sebelum sampai di depan tempat kejadian itu, dia membatu.

Tubuhnya seolah terpaku di sana ketika melihat seorang cewek berlari sama kencang dengan dirinya, memeluk nenek tadi dan menyeretnya dengan susah payah, tepat sebelum motor itu melintas. Napas lega terdengar di mana-mana. Beberapa mengumpat pada pengendara motor tidak tahu diri yang tetap melaju kencang di jalan kecil itu.

Tapi dari semua orang yang ada di sana, dia yang paling berbeda. Napasnya masih belum teratur. Detak jantungnya belum kembali normal. Namun, hatinya menghangat. Mendapati kenyataan kalau neneknya baru saja selamat dari kecelakaan membuat pikirannya melayang. Lalu matanya menelaah cewek heroik tadi.

Kalau bukan karena cewek itu, dia mungkin sudah kehilangan neneknya. Kalau bukan karena cewek itu, dia mungkin tidak akan bisa memikirkan cara bertahan hidup lebih lama, karena telah kehilangan semuanya. Kalaupun bisa bertahan, dia akan digerogoti rasa bersalah seumur hidup karena tidak bisa menyelamatkan neneknya, padahal kejadiannya tepat di depan matanya.

Cewek tadi membawa neneknya ke pinggir dan menggenggam tangan keriputnya erat. Disodorkannya minuman untuk membuat neneknya lebih tenang. Dengan gerak pelan, cewek itu mengelus punggung neneknya, tanpa mengalihkan pandangan dari wajah keriput itu. Setelahnya, cewek itu mengatakan beberapa hal, yang tidak dapat didengarnya dengan jelas.

Pemandangan itu lagi-lagi membuat hatinya menghangat. Cewek itu baru saja menyentuh salah satu sudut di dirinya yang tidak pernah terjamah. Melihat bagaimana cewek itu memperlakukan dengan baik neneknya yang sudah hampir terlupakan, bahkan tidak dipedulikan oleh orang yang seharusnya menyayangi, dia tahu, ada yang berbeda di hatinya.

Di mata cewek itu, dia melihat sesuatu yang tidak pernah dia lihat sebelumnya. Di mata cewek itu, dia melihat harapan.

_____________________________________________

Haiiiiii! Semoga masih ada yang inget sama aku 😆😆

Akhirnya bisa publish cerita ini, sekuel DRAMA yang pusat ceritanya lebih ke Anka, tapi tetep ada kisahnya Bora sama Reksa. Ini baru prolog, jadi belum ada apa-apa, tapi biar kata baru prolog, susah banget loh ditulisnya. Ini hasil keempat yang kutulis. Tiga sebelumnya dengan kejam kuhapus karena ngerasa belum sreg. Nah yang ini, mudah-mudahan udah pas deh.

Jadi gimana menurut kalian prolognya?

Ditunggu ya vote, komen dan sarannya. Aku suka banget loh baca-baca dan balesin komen, biar notif nggak sepi 😝😆

With love,
junabei

Captivated!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang