_____________________________________________
Hanya karena tidak diucapkan, bukan berarti sesuatu itu tidak dirasakan.
_____________________________________________Bu Risma terus menjelaskan pelajaran Fisika dengan cara yang membosankan. Sebenarnya, bagaimanapun beliau menjelaskan, tidak akan memberi hasil yang berbeda. Brav tetap akan merasa bosan karena tidak bisa mengerti pelajaran itu sama sekali. Kalau pelajaran lain, dia masih bisa berusaha keras dan akan mengerti pada akhirnya, tapi kalau Fisika, dia menyerah. Hanya predikat killer dari guru itu yang membuatnya tetap berpura-pura memusatkan perhatian, walau aslinya tidak bisa berkonsentrasi sama sekali.
Di saat seperti ini, Brav biasanya akan meminta izin ke toilet. Sebenarnya itu hanya alasan. Dia hanya ingin keluar untuk menyegarkan pikirannya. Apalagi saat ini kelas Anka sedang dalam jam pelajaran olahraga, jadi dia bisa leluasa melihat cewek itu, tanpa mengintip-ngintip ke arah yang berlawanan dengan toilet dan mengundang amarah Bu Risma.
"Izin ke toilet, kan?" sambar Bu Risma sebelum Brav membuka mulut. Tahu Bu Risma sudah hafal dengan kebiasaannya, Brav hanya bisa nyengir sambil mengangguk pelan lalu berjalan mengendap-ngendap seolah pencuri, supaya tidak semakin menarik perhatian guru itu.
Begitu tiba di luar kelas, Brav melangkah cepat-cepat dan menyender pada pilar di depan tangga, agar tidak mengundang perhatian guru dari kelas mana pun. Matanya menatap lurus-lurus ke lapangan dan melihat Pak Usman sedang memberi arahan pada seisi kelas Anka yang sudah berbaris rapi.
Dari sekian banyak isi kelas Anka, pandangan Brav hanya terus berfokus pada cewek itu. Dari atas sini, Anka terlihat kecil, padahal aslinya tidak. Senyum Brav mengembang saat memandang wajah Anka yang terlihat jelas karena cewek itu mengucir rambutnya. Hanya saat berolahraga, Brav punya kesempatan untuk melihat wajah Anka tanpa terhalang rambut panjangnya, dan Brav menyukai saat-saat itu.
Kening Brav berkerut saat melihat Anka menunduk sambil memegang perut bawah sebelah kirinya. Firasatnya membawa Brav untuk mundur perlahan sembari tetap memperhatikan Anka dan akhirnya menuruni tangga. Saat baru menapaki beberapa tangga, Brav bisa mendengar suara peluit yang Pak Usman tiup, tanda kalau semua anak harus mulai berlari untuk pemanasan.
Tanpa sadar, Brav mempercepat langkahnya, tapi memiliki kelas di lantai tiga tetap menyusahkannya saat ini. Saat hampir tiba di bawah, Brav bisa mendengar suara ribut dari orang-orang di lapangan. Tanpa pikir panjang, dia langsung berlari dan mencapai lapangan dalam hitungan menit.
Di depannya, orang-orang sudah berkerumun. Mereka semua berbisik-bisik, walau ada beberapa orang di barisan depan yang berusaha bertindak cepat. Brav berusaha menerobos kerumunan itu dengan susah payah dan menemukan Anka menjadi pusat perhatian semua orang di sana. Cewek itu terkapar dengan wajah pucat. Tidak salah firasat Brav, Anka memang sedang tidak sehat.
Brav menyingkirkan tangan beberapa orang yang berusaha menggapai Anka dan langsung mengangkat tubuh cewek itu. Dia menatap Pak Usman sejenak untuk meminta persetujuan. Dan segera setelah mendapat anggukan, dia menggendong Anka menuju UKS, meninggalkan seisi kelas Anka yang masih terlihat panik sesaat tapi bersorak pelan setelahnya.
"Kalau lagi nggak sehat harusnya jangan maksain diri olahraga," gumam Brav saat membaringkan tubuh Anka di kasur UKS.
Selama beberapa saat, Brav masih menatap Anka yang terbaring lemah. Perdebatan di otaknya masih terus berlangsung. Dia masih ingin terus di sini dan menjaga Anka, tapi chat dari Rian, teman sekelasnya, yang barusan masuk dan mengatakan kalau Bu Risma sudah mencarinya membuatnya berpikir ulang.
Tangan Brav terangkat, hendak mengelus kepala Anka, tapi terhenti begitu saja. Ingatan tentang bagaimana Anka selalu menghindari kontak fisik membuatnya mengurungkan niat. Kalaupun suatu hari dia menyentuh Anka, dia ingin melakukannya dengan persetujuan cewek itu. Dengan berat hati, Brav melangkah pergi, menutup pintu UKS dan meninggalkan Anka di dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Captivated!
Ficção AdolescenteSekuel dari DRAMA yang dipost di wattpad beliawritingmarathon. "Dari sekian banyak orang, kenapa harus dia?" Anka hidup dalam bayangan masa lalu yang terus membuatnya terlarut dalam penyesalan. Baginya, bayangan bisa mencekik begitu kuat, sampai ras...