Dosen Malaikat Kedua (Pak Pur)

154 12 0
                                    


Beliau adalah dosen kedua setelah Pak Hadi yang juga gue favoritin. Gaya penampilannya sangat kebapakan yaitu kemeja putih bergaris dipadu dengan celana levis. Nggak lupa, kacamata yang sengaja beliau letakkan diantara kerahnya memberi kesan bapak-bapak gaul.

Dari segi pembelajaran, cara mengajar Pak Pur ini terkesan kayak guru-guru SMA. Penjelasan yang detail dan mudah mengerti, membuat kami para mahasiswa mudah paham dengan apa yang beliau sampaikan.

Pak Pur adalah dosen mata kuliah Mekanika Tanah, mata kuliah yang mana mempelajari tentang daya dukung tanah, penyerapan tanah dan juga segala tentang tanah lainnya. Jadi, kalau ada yang mau nanya tentang harga tanah berkisar seratus ribu untuk ukuran 8 hektar x 8 hektar, tanya saja sama Mbahmu. Ya nggak ada, lah.

Sebenernya ada banyak alasan kenapa seorang dosen bisa menjadi favorit pada mahasiswa. Buat gue sendiri, menjadikan Pak Pur sebagai dosen favorit kedua setelah Pak Hadi adalah karena Beliau seorang dosen yang ramah, murah senyum dan dekat dengan mahasiswa. Buat gue, point utama dari seorang dosen yang mampu membuat mahasiswa niat kuliah ya tiga kriteria itu. Kadang sesederhana itu untuk membuat mahasiswa minat untuk kuliah, bukan dengan kekasaran atau kejutekan yang justru nanti hanya akan membuat mahasiswa takut dan malas untuk kuliah, terus lebih memilih untuk kawin aja.

Selain karena pribadi Pak Pur yang baik, gue pun juga mengagumi prestasi beliau dalam bidang akademik. Dalam satu sesi awal perkuliahan, Pak Pur bercerita bahwa sewaktu kuliah dulu, beliau pernah mencicipi hampir semua konsentrasi di jurusan Teknik Sipil. Pada jenjang strata 1, beliau memilih konsentrasi Transportasi. Pada jenjang strata 2, beliau memilih konsentrasi Struktur. Sementara pada jenjang strata 3, beliau memilih konsentrasi Geoteknik. Keren abis.

Pada saat ini, beliau sudah menguasai 3 ilmu tentang teknik sipil sekaligus. Bersebrangan banget sama gue yang sejauh ini hanya menguasai satu ilmu dalam teknik sipil : Ilmu Tawakal biar nggak kena DO aja.

Sementara untuk mahasiswa tingkat akhir yang males kuliah dan menginginkan nilai bagus, alasan menjadikan Pak Pur sebagai dosen favorit adalah karena kebijakan presensi dan penilaian yang Pak Pur terapkan. Sejujurnya, Pak Pur adalah dosen yang nggak begitu mikirin masalah presensi. Bagi beliau, presensi adalah tanggung jawab mahasiswa kepada orang tua. Maka dari itu, Pak Pur sudah memberi kepercayaan penuh kepada mahasiswanya perihal masalah presensi. Mau titip absen terserah, mau masuk kuliah tapi nggak absen juga terserah.

Yang terpenting, untuk mahasiswa yang mempunyai kreatifitas tingkat tinggi dan berniat untuk mengasah kreatifitas itu, memilih Pak Pur sebagai dosen favorit adalah pilihan yang sangat tepat.

Pasalnya, Pak Pur adalah Dosen yag selalu menerapkan metode closebook dalam setiap ujiannya. Padahal, Pak Pur tau, mata kuliah mekanika tanah adalah mata kuliah yang dalam setiap materinya mengandung rumus perhitungan yang jumlahnya mengalahkan episode sinetron tersanjung. BANYAK BANGET.

Memahami akan adanya persinggungan antara metode ujian dan materi perkuliahan yang banyak rumus itu, maka beliau pun berniat untuk mengembangkan kreatifitas semua mahasiswanya dalam bidang membawa contekan. Ya, membawa contekan ke dalam ruang ujian itu membutuhkan kreatifias yang tinggi.

Hal itu terlihat pada setiap kali Pak Pur selesai menyampaikan satu materi, beliau melihat mahasiswanya yang hampir semuanya bermuka suram dan pasrah, sebelum akhirnya beliau berucap dengan nada kebapakannya.

"Jangan khawatir. Setelah kuliah nanti, kalian print materi dari saya ini, terus fotocopy diperkecil. Nah, itu jadi bahan buat ujian. Siap logistik untuk ujian nanti"

Mendengar intruksi dari Pak Pur yang terkesan sesat tersebut, kami sekelas pun ngakak bersama-sama. Besoknya, kami beneran bikin logistik itu buat ujian.

Ternyata, kata 'logistik' adalah kata kunci menyimpang yang hanya dimengerti oleh Pak Pur dan mahasiswanya. Jadi, kata itu adalah semacam kode tersendiri untuk kami sekelas. Pasalnya, ketika gue lagi di depan ruang ujian yang dijaga oleh dua orang pengawas, gue berucap pada temen gue.

"Bawa logistik? Share ya"

Temen gue mengacungkan jempol. Sementara itu, dua orang pengawas yang berdiri di depan pintu hanya melongo dan nggak mengerti apa yang gue maksud.

Puncaknya adalah ketika ujian akhir semester berlangsung. Saat itu, kami semua terpojok di ruang ujian nggak bisa apa-apa karena diawasi dua pengawas killer. Beberapa temen gue ada yang sok-sokan ngerjain soal. Beberapa temen lainnya memilih untuk membenamkan muka sembari berdoa semoga dua orang pengawas itu mendadak mengalami sakit perut akut yang membuatnya harus segera ke kamar mandi dan meninggalkan ruang ujian, sehingga kami bisa leluasa membuka logistik dan berdiskusi antar sesama.

Doa itu nggak terkabul.

Doa kayak gitu nggak akan pernah terkabul.

Akhirnya, kami pun tetap terjebak dalam keadaan yang membuat kami kehilangan ruang gerak untuk membuka logistik.

Ketika kami sekelas mulai pasrah dengan kondisi yang ada, seorang malaikat pun datang dari balik pintu. Malaikat itu Pak Pur. Beliau masuk ruangan dengan langkah santai. Pandangannya melihat seluruh mahasiswanya yang menyebarkan hawa pengen-mati-aja karena soal yang Pak Pur buat.

Sampai di depan ruangan, Pak Pur menyalami dua orang pengawas dan berbasa-basi sebentar. Sebelum akhirnya, beliau berucap di depan kelas sambil memegang satu buah soal.

"Soal nomer satu itu isotropis ya cara pengerjaannya. Kalau soal nomer dua itu unisotropis. Nomer tiga teori saja. Gampang semua kan?"

Pak Pur memberi jeda agak lama. Kami sekelas mencoba sebisa mungkin untuk tersenyum.

"Hati-hati ya logistiknya. Pengawas ada dua. Satu di belakang, satu di depan. Kalau kalian cerdas, harusnya tadi sewaktu saya berbasa-basi, kalian bisa buka logistik itu beberapa detik. Sekarang, pintar-pintar kalian dalam mencari celah"

Lanjut Pak Pur sembari tersenyum. Kami sekelas ngakak, diantara yang ngakak ada yang menepok jidat sembari mengumpat.

"Kampret, kenapa tadi nggak buka logistik"

Akhirnya, sekeluarnya Pak Pur dari ruang ujian, kami nggak lagi dapat kesempatan buat membuka logistik. Bahkan sampai ujian itu selesai. Namun, point terpenting dari semua ini adalah Pak Pur berhasil membuang aura pengen-mati-aja kami di kelas tadi dengan candaan logistiknya tadi. Sekeluarnya kami dari ruang ujian, kami nggak lagi memasang muka pengen-mati-aja. Justru di depan ruang ujian, kami tertawa bersama. Menertawai ulah Pak Pur beberapa menit yang lalu.

Sesederhana itu. Pak Pur menciptakan kata logistik bukan benar-benar untuk menyuruh mahasiswanya menyontek, namun, beliau menciptakan kata itu hanya untuk membuat kami enjoy dengan apa yang kami jalani.

Catatan Tengik Anak TeknikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang