Masuk STM bukanlah sebuah kesalahan. Bukan juga sebuah kemauan. Hanya, ya karena NEM gue nggak cukup buat masuk SMA Negeri. Mengenaskan sekali.
Hal yang identik dengan anak STM adalah tawuran.
Ya, gue membenarkan fakta tersebut.
Kala itu, setelah seminggu gue resmi menjadi salah satu siswa STM, beberapa senior masuk ke kelas sepuluh buat ngajakin kumpul di lapangan belakang sekolah. Alhasil, 7 temen gue ada yang terpengaruh dan memilih untuk ikutan kumpul-kumpul tersebut.
Dan disitulah awal mula terusiknya kenyamanan gue sebagai siswa baru di STM.
"Coi, iuran sini buat dana anak-anak lapangan tawuran. Seikhlasnya ya" Salah satu petinggi kelas yang telah tergabung dalam gank sekolah ngomong didepan kelas saat jam istirahat tiba.
"Seikhlasnya aja. Sini seribu aja nggakpapa, yang penting ikhlas" Ucap Arya, salah seorang anggota gank sekolah sembari nyamperin meja-meja siswa dengan membawa kaleng bekas.
Selama hidup, gue selalu memberikan iuran atau sumbangan apapun untuk sebuah kebaikan dan niat positif yang jelas. Kalau diluar itu, jelas gue nggak akan ngasih. Dalam masalah ini, hal yang menurut gue ganjil adalah anak-anak gank sekolah minta sumbangan yang ikhlas, tapi sumbangan tersebut buat tawuran.
MANA ADA YANG IKHLAS KALAU DUITNYA DIPAKAI BUAT TAWURAN, BEGO'!
"Feb, sumbang seikhlasnya sini" Arya berucap didepan gue sembari menggoyang-goyangkan kaleng bekasnya.
"Nggak ada, Ya" Jawab gue dengan mengayunkan kedua tangan kosong "Gue nggak megang duit"
"Alah, Feb. Seikhlasnya aja sini" Paksa Arya sambil merogoh saku gue.
"Eee kampret, dibilangin gue lagi nggak ada duit" Gue menjawab santai, sambil merelakan gue dirogoh-rogoh.
"Yaudah, hari ini kamu utang iuran. Minggu depan kamu bayarnya dobel" Ancam Arya singkat, kemudian berlalu.
Dan kali pertama itulah gue tau bahwa sumbangan seikhlasnya bisa berujung paksaan buat ngutang.
"Seikhlasnya aja, Siskaaaaaaaaaa" Samar-samar gue mendengar Arya memaksa Siska buat ngasih iuran. Siska pun masih bersikeras bahwa dia baru nggak megang duit. Tangan Arya pun mulai bersiap buat merogoh saku Siska. Sampai sebelum dia sempat merogoh...
"PLAK"
Arya di gampar.
Jangan pernah macem-macem sama cewek.
Modar.
Bukan hanya masalah iuran gank sekolah yang membuat gue sebagai anak STM terbebani untuk menjalani hidup. Dampak buruk dari gank sekolah yang tawuran pun ternyata menurun kepada gue yang sama sekali nggak pernah ikut tawuran.
Pertama :
Suatu sore yang syahdu, gue pulang sekolah naik motor sendirian. Suasana jalan kala itu cenderung ramai. Orang dewasa pulang dari kerjanya. Mahasiswa pulang dari kuliahnya. Seorang pecinta mantan pulang dari nontonin mantannya pacaran sama pacar barunya. Semua berjalan biasa aja.
Gue memutar gas motor dengan santai. Laju kendaraan gue cuma antara 40 – 50 Km/Jam. Dengan menikmati semilir angin sore yang berhembus ramah, gue menarik nafas panjang, kemudian mengeluarkannya dengan rileks. Sampai akhirnya...
"WOY! ANAK MANA LO!!!" Teriak seseorang dari belakang motor gue.
Reflek karena kaget, gue pun melihat ke arah kaca spion. Dibelakang gue, tampak 2 orang anak berseragam putih abu-abu sedang berboncengan melajukan motornya dengan cepat seperti mengejar gue. Panik, gue pun memutar gas cepat. Kali ini, kecepatan motor gue lebih dari 80 km/jam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Tengik Anak Teknik
HumorCatatan Tengik Anak Teknik merupakan sebuah kisah perjalanan Febri dalam melalui hidupnya semasa kuliah. Siapakah Febri? Dia hanya manusia biasa yang dengan sangat kurang kerjaan menulis ini di semester 5 pada tahun 2016, dan sampai sekarang, dianya...