Dalam hidup selalu ada penyeimbang. Ada yang menang, ada yang kalah. Ada yang baik, ada yang jahat. Ada yang pacaran, ada pula yang jomblo dan sekarang kerjaannya cuma bisa ngais-ngais tanah. Yang jelas, hidup ini selalu ada penyeimbang.
Kalau bicara penyeimbang dalam ruang lingkup perkuliahan, berarti, kita bicara masalah dosen baik dan dosen jahat. Kalau dalam bab sebelumnya gue bicara masalah dosen killer. Kali ini, gue akan bercerita tentang dosen-dosen baik, yang tentunya berperan besar sebagai pelipur lara setelah gue bertemu dosen-dosen killer.
Dosen-dosen baik ini laksana nutrisari di atas comberan yang menggenang. Paling manis diantara yang lainnya.
Seperti halnya pada Bab yang menceritakan dosen jahat sebelumnya, kali ini gue udah merangkum cerita tentang dosen baik menjadi dua bagian. Dan, yang pertama adalah seorang dosen yang bernama Pak Hadi.
Beliau adalah dosen paling baik yang pernah gue temui selama gue menjalani kuliah sampai semester 4. Gue pertama kali masuk kelas beliau pada waktu semester 1. Awal-awal kuliah, dimata kuliah Persamaan Differensial, kesan pertama gue saat melihat Pak Hadi dalam segi penampilan adalah
'Gilak, masih muda banget beliau'
Kesan kedua adalah
'Coba kalau gue cewek, udah gue pacarin dia'
Kemeja hitam bergaris putih dipadu dengan celana kain hitam polos adalah kombinasi cara berpakaian yang senantiasa membalut tubuh Pak hadi yang kecil dan sedikit kurus itu.
Menurut gue, Pak Hadi adalah tipical orang yang lebih mementingkan kariernya sebagai pendidik ketimbang mencari pasangan. Hal itu gue simpulkan karena pada sesi perkenalan, di depan kelas beliau berucap dengan nada yang sangat tegar.
"Saya masih lajang dan ngekost dideket kampus"
Persepsi gue bisa aja salah. Siapa tau Pak Hadi sebenernya pengen banget punya pacar, tapi cewek-cewek diluar menolak dengan alasan : 'Kita dosen-mahasiswaan aja'. Miris. Cewek-cewek diluar sana lebih memilih cowok gaul, ketimbang cowok pinter.
Padahal, kalau diliat lebih detail, apa yang kurang dari Pak Hadi? Tampan, cerdas, dosen yang baik, ramah dan friendly. Suatu saat, kalau Pak Hadi bener-bener membutuhkan, Gue bisa mengirim Pak Hadi ke ajang pencarian jodoh. Kalau nanti tetep gagal, gue bersedia ganti kelamin dan menikah dengan Pak Hadi.
Tapi bohong.
Mari kita tinggalkan pembahasan tentang cewek ini dan kembali pada pembahasan tentang perkuliahan yang Pak Hadi sebagai dosennya.
Jadi, Pak Hadi itu lajang.
Engghh... Sorry.
Maksud gue, Pak Hadi itu orangnya baik.
Secara pribadi, gue suka sama cara mengajar yang beliau terapkan. Di awal perkuliahan, seusai perkenalan, beliau memberi rekomendasi tentang buku apa saja yang nanti akan dipakai untuk perkuliahan. Semua mahasiswa memperhatikan dengan sesama. Setelah selesai memberi rekomendasi buku, beliau pun melihat mahasiswanya yang sudah bersiap dengan buku tulis, namun tidak punya buku modul perkuliahan Persamaan Differensial. Beliau pun iba, sempet terbesit sebuah pemikiran bahwa nasib mahasiswanya itu mirip sama kisah hidupnya, dimana saat beliau sudah siap untuk menjadi suami, namun apadaya, beliau belum menemukan jodoh yang tepat.
KENAPA MBAHASNYA KE JODOH LAGI, SIH?
Sadar bahwa perkuliahan harus tetap berjalan, akhirnya beliau pun berjalan menuju whiteboard. Sembari membuka tutup spidol warna hitam, beliau berucap kepada kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Tengik Anak Teknik
HumorCatatan Tengik Anak Teknik merupakan sebuah kisah perjalanan Febri dalam melalui hidupnya semasa kuliah. Siapakah Febri? Dia hanya manusia biasa yang dengan sangat kurang kerjaan menulis ini di semester 5 pada tahun 2016, dan sampai sekarang, dianya...