"Sukses itu apa, sih?"
Pada hari Rabu yang cerah, di dalam ruang kelas, Dosen gue, Pak Jay bertanya. Beliau mengenakan baju muslim berwarna putih bercorak hitam dikombinasikan celana kain berwarna coklat. Tak lupa, pecis hitam yang terpasang di kepala beliau memberi kesan bahwa perkuliahan pagi itu lebih mirip kayak pengajian.
Sembari berjalan-jalan untuk memperhatikan mahasiswanya, Pak Jay pun menunjuk Dian untuk menjawab pertanyaan yang beliau utarakan.
Mendapati dirinya ditunjuk untuk menjawab, Dian pun terperanjak dari duduknya. Tak lama, dia menarik nafas dalam dan mengeluarkannya sembari mengutarakan jawabannya.
"Sukses adalah cita-cita yang tercapai, Pak"
Mendengar jawaban Dian, Pak Jay pun mengangguk sebentar. Setelah itu, beliau mengulangi jawaban dari Dian.
"Sukses adalah cita-cita yang tercapai
Kemudian memberi jeda agak lama, sebelum akhirnya melanjutkan pertanyaannya kepada Dian kembali.
"Cita-cita kamu apa, Mas?"
Dian yang kembali mendapat pertanyaan pun menerawang ke langit-langit sebentar. Dia mencoba mencari cita-cita yang ada dalam benaknya dan logis untuk dicapai.
"Pengen punya peternakan, Pak"
Hening.
Untuk beberapa saat, Pak Jay bengong. Beliau mungkin berpikir, bagaimana bisa ada mahasiswa teknik sipil semester 5 yang setiap semesternya diberi materi tentang perhitungan struktur, perhitungan kadar aspal, perhitungan debit dan segala hal umum tentang ketekniksipilan, namun mempunyai cita-cita ingin menjadi seseorang yang mempunyai peternakan.
Setelah terjadi hening yang agak lama, tawa pun pecah.
Ironi sebenernya, bagaimana ketika seseorang mengutarakan cita-citanya tapi malah ditertawakan orang lain. Sebuah PR besar untuk Dian buat membuktikan cita-citanya itu.
"Ya ampun, mas" Ucap Pak Jay dengan nada sedikit iba "Kamu jauh-jauh dari rumah buat kuliah di kampus jurusan teknik sipil, ternyata cita-citanya cuma pengen punya peternakan?"
Merasa seperti dipojokkan, Dian pun berpikir sebentar, kemudian mencoba untuk menyanggah.
"Eh, enggak pak."
Pak Jay menaikkan satu alisnya, menunggu jawaban lanjutan dari Dian.
"Tapi pengen punya bisnis perikanan, Pak"
Pak Jay menepok jidat.
Sekali lagi, seisi kelas pun ngakak.
"Jadi, FTSP itu kepanjangan dari Fakultas Teknik Sipil dan Perikanan ya?" Pak Jay berucap sembari tersenyum "Kalau kamu anak saya, kamu nggak usah saya kuliahin tapi saya kasih modal saja, Mas"
Mendengar ucapan Pak Jay, Dian pun mencari cara supaya bisa mengadopsi Pak Jay menjadi Bapak-Bapakkannya biar bisa dikasih modal.
Sesaat setelah puas dengan jawaban Dian, Pak Jay pun menoleh ke arah Fitri yang duduk nggak jauh dari kursi Dian.
"Kalau kamu cita-citanya apa, Mbak?" pertanyaan yang sama Pak Jay utarakan.
Fitri pun terdiam agak lama, seperti mencoba merapikan cita-cita yang dia impikan sejak kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Tengik Anak Teknik
HumorCatatan Tengik Anak Teknik merupakan sebuah kisah perjalanan Febri dalam melalui hidupnya semasa kuliah. Siapakah Febri? Dia hanya manusia biasa yang dengan sangat kurang kerjaan menulis ini di semester 5 pada tahun 2016, dan sampai sekarang, dianya...