*1 : Sawamura Shoyo (1)

24.1K 1.7K 860
                                    

Family

Disclaimer : Furudate Haruichi.

By : Hikari Chikanatsu.

Warning : Mengandung unsur Sounen-ai, M-Preg (for beberapa pasangan aja :v ), OOC, Typo dan lain sebagainya~~
Jadi kalau tidak suka, mending gak usah dibaca ntar nyesel lagi :v

Hinata Pov's

Apa salahnya kalau aku hanya ingin diperhatikan? Dicintai, disayangi sama seperti Nii-san.

Kenapa hanya aku yang dibedakan? Apa aku bukan anak orang tuaku sendiri? Aku anak pungut ya? ah jika dilihat dari fisik, aku berbeda sih. rambutku berwarna jingga sedangkan orang tuaku berambut Hitam dan perak keabu-abuan.

Sekali lagi aku tanya memangnya salah mencari perhatian mereka?

Hinata pov's end.

Hinata memandangi Kakak-kakaknya yang sedang asik berceloteh di meja makan dan sesekali Ayahnya menimpali celotehan mereka.

'Aku. . tidak mereka hiraukan.' batin Hinata sendu.

"Ha'i~ ini sarapannya. . dihabiskan oke? terutama kau Tanaka." ucap Sugawara Koushi, atau yang sekarang bernama Sawamura Koushi.

"Ha. . Ha'i Kaa-chan." sahutnya.

Sugawara meletakkan sarapan ke depan anak dan suaminya. Namun. .

"Jadi. . Shoyo tidak dikasih makan?" ucap Hinata lirih karena Sugawara tidak meletakkan piring berisi sarapan didepan sikecil.

"A. . Tu. tunggu sebentar ne~ Kaa-chan sed-"

"Tak apa, Shoyo tidak lapar lagi." ucap Hinata turun dari kursi yang di dudukinya dan langsung berlari menuju kamarnya, walaupun yang benarnya itu kamarnya dan kakak ke empatnya, Kageyama.

Hinata duduk di tengah ruangan dan langsung mencari mainannya. berusaha mengalihkan perhatian perutnya yang lapar dengan bermain.

Pintu kamar diketuk, namun Hinata mengabaikannya. Ia asik bermain dengan boneka gagaknya.

"Shoyo, makan ya sayang." ucap Daichi, sang Ayah yang kini ada di samping kiri Hinata.

Hinata mengabaikannya. Ia sudah lelah saat ia mencari perhatian orang tuanya. Dan menurutnya ini yang paling parah. bukankah seharusnya yang paling kecil dulu di beri makan? kenapa tadi tidak. Sekali lagi Hinata tidak sebodoh itu untuk tidak mengetahui ketidakpedulian Orang tuanya.

"Shoyo." panggil Daichi lagi memperhatikan sang anak yang memeluk boneka gagaknya.

Hinata berbalik memandang Ayahnya.

"Makan Yuk, tadi makanan Shoyo ketinggalan jadi Kaa-chan belum memberikannya."

Hinata diam dan berfikir. Memang benar begitu?

"Ayah. . Apa Shoyo bukan anak kandung kalian? apa Shoyo hanya anak yang didapat dalam tong sampah?" tanya Hinata tiba-tiba.

Daichi kaget bukan main, bagaimana bisa sang anak yang nyatanya lahir dari perut istrinya itu bilang kalau dirinya bukan anaknya?.

"Shoyo kenapa bilang begitu?" tanya Daichi.

"Karena fisik Shoyo berbeda bukan? rambut dan warna mata Shoyo berbeda dari kalian." ucap Hinata datar sambil menundukkan kepalanya menatap lantai rumah. Walaupun berumur 5 tahun Hinata sudah bisa berbicara lancar dan tentunya tidak cadel. Sungguh, bisa dikatakan dia jenius.

"Shoyo dengar, Kau tidak berbeda. Kau menuruni Fisik Kakekmu. Kakekmu berambut jingga dan warna matanya juga sama. Ingat Kau sama seperti Kei-Nii, bedanya dia menuruni fisik nenekmu walau hanya rambut yang sama." ucap Daichi menjelaskan.

"Jadi Shoyo anak Kakek?" ucap Hinata dengan nada terkejut.

Daichi tepok jidat.

"Kau anak kami, Ayah sendiri yang melihatmu dikeluarkan dari perut Ibumu." ucap Daichi menjelaskan.

"Hm. . begitu."

"Nah ayo makan." ucap Daichi langsung mengangkat tubuh mungil anaknya menuju ruang makan.

Hinata pasrah digendong oleh Ayahnya. Harusnya ia senang kan mendengar kejelasannya dan diperhatikan? Tapi kenapa kali ini tidak ada kesenangan yang Ia rasakan? Apa Ia sudah benar-benar membekukan hatinya. Entahlah. . hanya Author dan Tuhan yang tau~ haha *Digeplak.

"Nah ayo makan." ucap Daichi yang sudah mendudukkan kembali Hinata dikursinya.

"Ini sayang. Maaf Ibu tadi kelupaan. Maafkan Ibu ne." ucap Sugawara lembut. Kakak-kakaknya pun tersenyum kearahnya.

'Jangan tersenyum kepadaku nii-chan. Kalian mengejek ku ya?' batin Hinata, kemudian menatap sarapan miliknya.

Sarapannya sama dengan kakak-kakaknya, namun entah kenapa Hinata enggan untuk makan.

"Shoyo makan sayang." ucap Sugawara khawatir anaknya tidak makan sedari tadi.

Hinata memeluk erat bonekanya. Dan kemudian bergumam.

"Apa aku harus makan? Tuan Raksasa?" gumamnya kepada Boneka gagaknya.

Hinata memainkan kepala boneka itu.

"Tidak? Oke." ucap Hinata tertawa.

Sugawara khawatir dengan anaknya yang tidak mau makan.

"Shoyo makan ya nak nanti kamu sakit." ucapnya.

Hinata memandang Ibunya yang khawatir.

"Sakit?" ucapnya lucu. Sugawara hanya mengangguk.

"Iya nanti kamu sakit."

"o. . Sakit. . Shoyo ingin main diluar." ucapnya berlari keluar rumah.

"Yak Hinata! Makan dulu." teriak Sugawara.

"Anata biarkan saja dulu. Dia mungkin marah. Dia tadi bertanya apa dia memang anak kita atau bukan, hanya karena fisiknya berbeda. mungkinkah karena kita jarang berbicara padanya hingga dia berpikir seperti itu?" ucap Daichi.

"Tapi Daichi nanti dia sakit. dan apa apaan itu. Dia keluar dari perutku. aku sendiri saksinya."

"Aku ta-"

"Huwaa raksasaku!!" pekik Hinata diluar rumah.

*TBC

Waah~ haha Bukannya nuntasin yang ada, malah ngebuat cerita baru. hehe gomenne~

ini cerita baru Hika-chan perbaiki dinama panggilannya, tapi untuk menjelaskan ceritanya Hika-chan make nama marganya ne~ *dilemparSendalAkibatKurangJelas.

Etto~ Makasih buat kalian yang menyempatkan dirinya untuk membaca cerita buatan Hika-chan. Jangan lupa klik tanda bintang ☆ kalau kalian suka ini cerita *Ngarep hehe XD

Maaf kalau masih ada kekurangan atau Typo ne~

See You Next Chapter~

Family [END] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang