*8 : Apa yang akan terjadi (2)

9.6K 1.2K 393
                                    

Family

Disclaimer : Furudate Haruichi.

Warning : OOC, Shounen-ai, Typo dan lain sebagainya..


Happy Reading Minna-san~

Hinata tengah memakai seragam sekolahnya, memandang pantulan dirinya dicermin yang besar untuk dirinya.

"Seperti biasanya ya?" gumamnya masih menatap refleksi dirinya dicermin.

Menghela nafas, Ia mengambil tas sekolahnya dan kemudian berjalan keluar kamarnya. Sejak tadi Ia sudah sendirian, mungkin kakaknya, Kageyama sudah di ruang makan pikir Hinata tak ambil pusing.

Hinata bingung, apa Ia harus menuju ruang makan sekarang? Tapi bagaimana kalau ibunya lupa membuatkannya sarapan seperti sebelum-sebelumnya? memikirkan ini,Lagi.. Hinata menghela nafas kembali.

"Shoyo.." Suara barithone milik sang Ayah menyapa indra pendengarannya. Sungguh, Hinata langsung berjengit kaget mendengar panggilan Ayahnya itu. Dengan gerakan kaku, Hinata berbalik menatap sang Ayah.

"Shoyo kenapa masih disini, ayo keruang makan." ucap Daichi lembut. Hinata hanya melongo mendengar kata-kata Ayahnya yang terdengar sangat lembut sekali. Apa Badai salju akan turun hari ini? pikir Hinata.

Daichi yang melihat anaknya terdiam tak ambil pusing, Ia tau pasti Hinata terkejut sekarang. Tanpa ragu Ia langsung menggendong Hinata yang masih melongo menuju ruang makan.

Sesampainya diruang makan Hinata telah sadar sepenuhnya. Ia kali ini dibuat takjub kembali, ketika melihat tempat yang biasa ia duduki sudah ada sarapan miliknya. Waw Ibunya kali ini tidak melupakannya.

"Shoyo ayo makan sarapanmu."ucap Sugawara tersenyum lembut. Untuk kali ini Hinata merasa agaknya ada yang mencurigakan dari kedua orang tuanya. Mungkinkah kemarin ada alien yang masuk kerumahnya, dan membuat kepala orang tuanya terbentur sehingga kali ini memperhatikan dirinya? Hinata makin berpikir keras kali ini sembari menatap sarapannya.

"Daichi dudukkan Shoyo dibangkunya." ucap Sugawara memerintah. Daichi menghela nafas. Kemudian mendudukkan anak bungsunya ke kursinya. Jujur Daichi tak ingin anak bungsunya duduk dikursinya sendiri. Ia ingin memangku Shoyonya dan menyuapinya seperti saat Hinata masih berumur 3 tahun.

"Ne~ Shoyo.. nanti Nii-san jemput ya?" kali ini Tanaka bersuara. Hinata mengernyit heran.. Apa maksud Ryu-nii dengan jemput? pikir Hinata.

"Tidak.. Jangan dengarkan dia Shoyo, Kei-Nii yang akan menjemputmu pulang sekolah nanti." ucap Tsukishima memegang tangan mungil Hinata yang duduk disampingnya.

"Eh?" Hinata bingung, lagi-lagi dia menyernyitkan keningnya.

'Tumben.. Biasanya juga gak ada yang mau jemput aku.. sampai-sampai aku harus pulang sendiri.' batin Hinata.

"Sudah-sudah.. makan dulu sarapan kalian.." Sugawara mencoba mencegah perang yang akan terjadi.

"U.. Umm.." Semua mengangguk, tak terkecuali Hinata.

'Ting Tong' bel rumah berbunyi, Daichi dan Sugawara saling pandang satu sama lain. Seingat mereka hari ini mereka tak ada janji temu atau apapun.

'Ting Tong' Lagi bel berbunyi kembali.

Hinata menghela nafas. Bukannya Ia tak suka makanannya atau apa tapi Ia tak suka kalau saat Ia makan ada suara-suara mengganggu seperti halnya sekarang.

"Biar Shoyo yang bukain pintunya." ucapnya setengah malas. Yang tentu saja diketahui oleh Orang tuanya kalau mood Hinata tengah turun.

Hinata melompat kecil untuk meraih gagang pintu dan membukanya seperti saat Ia membukakan pintu untuk kedua paman yang paling disayanginya.

Family [END] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang