Daniel tersenyum lega ketika melihat objek yang ia cari.Ia adalah satu-satunya orang yang akan menelpon Daniel di pagi buta seperti ini.
Joy, objek yang Daniel maksud.
Gadis itu berada sendirian di halte dengan celana tidur dan sweater-nya. Rambutnya dibiarkan tergerai berantakan.
Ia duduk memeluk kakinya. Kepalanya ia tenggelamkan di antara lututnya.Daniel menghentikan motornya di pinggir trotoar. Lalu segera melepaskan helmnya.
Bahkan ketika ia sudah duduk di samping Joy, gadis itu sama sekali tidak menyadari kedatangannya.
Daniel melihat earphone yang terpasang di telinga Joy.
Ia melepaskan salah satunya. Membuat Joy menengok ke arahnya.
"Hei." Daniel tersenyum secerah mungkin.
Joy melihat Daniel seperti melihat oasis di padang pasir.
"Daniel..." Joy melepas earphone yang ia pakai dan menurunkan kakinya. Segera setelah itu ia memeluk Daniel erat.
Joy hanya memeluk Daniel dalam diam. Namun, Daniel tahu ada sesuatu lagi yang terjadi. Bahkan Daniel tadi melihat jejak air mata yang mengering.
"Kali ini ada apa?" Daniel berkata lembut sembari mengelus rambut Joy.
"Seperti biasa, ayahku marah-marah lagi. Untung aku bisa kabur." Joy melepaskan pelukannya.
Joy adalah anak broken home. Orangtuanya masih lengkap namun selalu bertengkar.
"Mau kemana kali ini?" Daniel menggandeng Joy dan berjalan menuju motor yang ia parkir tadi.
"Terserah. Yang penting ada kau dan jangan pulang." Joy menatap Daniel dengan senyuman kecil sembari memainkan ujung jaket kulit yang dipakai Daniel.
Daniel mengacak rambut Joy yang lumayan berantakan. Kemudian membawa gadis itu menuju motor yang ia parkir.
Daniel mengambil helm dan memberikannya pada Joy.
"Bagaimana kalau ke pantai? Karena kalau kita berangkat sekarang, mungkin kita bisa melihat sunrise." Daniel bertanya ketika mereka sudah mulai mengendari motor.
"Boleh..." Joy mengeratkan pegangannya pada pinggang Daniel dan menyandarkan kepalanya di punggung Daniel.
"Tapi mungkin sebelum itu kita harus ke rumah Jennie untuk meminjam pakaian yang lebih hangat." Daniel berkata.
Joy hanya mengangguk dan bergumam.
"Daniel..." Joy memanggil Daniel di tengah perjalanan.
"Ya?" Daniel menjawab. Tetap berkonsentrasi pada jalan.
"Terima kasih," Joy berkata tulus.
Daniel tersenyum.
"dan maaf selalu merepotkan seperti ini." Joy berkata lagi.
"Aku yang berterima kasih, kau yang membuat ku sadar kalau kehidupan yang aku jalani dulu itu tidak semuanya baik. Bisa dibilang kau ini dewi yang membuatku bertaubat?" Daniel tertawa setelah mengatakannya.
Joy tersenyum.
"Selalu bersama seperti ini sampai selamanya ya, Joy." Perkataan Daniel adalah sebuah pernyataan.
"Tentu saja..." Joy menjawab pernyataan Daniel.
Ketika Joy bersama Daniel, hanya kehangatan yang terasa.
Seburuk apapun yang terjadi pada Joy, ada Daniel disisinya.
Dulu, saat pertama bertemu, Daniel hanya seorang pengacau di mata Joy. Sedangkan Joy hanya sosok lemah di mata Daniel.
Namun, saat ini berbeda. Daniel adalah penyembuh bagi Joy. Sedangkan Joy adalah gadis kuat yang ingin dilindungi Daniel.
Mereka hanya punya satu sama lain.
Karena sebuah ikatan kuat telah terjalin diantara mereka setelah melalui berbagai hal pahit dalam kehidupan.
End•
Sebenernya ini mau dibuat jadi work sendiri... Namun, karena keterbatasan waktu dan ide, akhirnya aku buat jadi one shot hehe.
Kalau ini bisa aku lanjut, ya dibuat work sendiri. Tapi ngga tau bisa terealisasikan atau enggak.
Sedikit cerita aja, disini dulu Daniel itu bad boy. Terus Joy yang bikin taubat. Klise ya😂
Makasih buat semua voment kalian di work ini😍😘
