AUTHOR
"Angga!" Itu suara bising yang biasa Angga dengar, Angga Mahendra Putra. Suara itu milik Bu Devi, guru dengan riasan wajah serba tebal dan terkenal dengan sifat galak. Dia guru matematika.
Suara itu selalu ia dengar selama hampir 3 tahun ia bersekolah di sekolah ini. Bukan tanpa alasan, semua itu karena nilai matematikanya yang rendah. Angga memang sangat membenci pelajaran itu. Entah mengapa, ia membencinya secara tak beralasan. Tapi siapa di dunia ini yang menyukai matematika? Selain daripada manusia-manusia jenius sekaum dengan Einstein.
"Hm," Jawab Angga tidak berminat.
"Kamu ini ya! Kenapa sih nilai kamu selalu jelek?! Kapan bagusnya Angga? Udah hampir tiga tahun Angga! Tiga tahun, coba bayangin deh, mana ada universitas yang mau terima kamu kalau nilaimu anjlok begini. Heran saya.." Omelan itu membuat Angga jengah dan rasanya ingin melakban mulut Bu Devi. Angga hanya bisa mendengus kesal.
"Hm," Jawab Angga, ia tak peduli dengan celotehan panjang lebar Bu Devi.
"Ham hem ham hem, kamu ngerti gak sih Angga Mahendra Putra?" Tanya Bu Devi sambil berkacak pinggang dengan gaya marahnya yang khas ditambah oleh bibir merah merona yang sangat mencolok. Jujur itu membuat orang yang melihatnya justru ingin tertawa dibandingkan takut, tapi Angga tak sereceh itu untuk menertawakan tampilan dan gaya marah Bu Devi.
"Hm," Jawab Angga sekali lagi. Jangan heran hanya itu yang Angga lontarkan, kosa kata paling khas dari tidak lain tidak bukan hanya sebuah dehaman tak bersahabat.
Untuk kesekian kalinya pula Bu Devi mengaduh, ia hampir menyerah menghadapi Angga. Hanya bisa berdecak kesal.
"Ah!! Capek ibu," ujar Bu Devi frustrasi.
***
Di sisi lainnya ada Arania Denova, seorang gadis pintar yang menjabat sebagai ketua OSIS yang sebentar lagi akan lengser dari jabatannya. Ara terkenal sebagai ketua OSIS yang tegas dan cekatan dalam menjalankan tugasnya. Tidak heran jika Ara banyak ditaksir, ia bisa dibilang gadis Incaran di sekolah, karena selain pintar ia juga cantik.
"Ara, lo dipanggil tuh sama Bu Riska." Suara itu berasala dari Raniya, mantan sahabatnya Ara. Sekarang jadi musuh, sebenarnya itu bagi Raniya. Ara, memilih untuk diam dengan keadaan ini sekarang.
"Serius? Lo gak lagi bohongin gue kan?" Tanya Ara ragu, karena hubungannya dengan gadis di depannya ini sudah sangat renggang. Bisa dikatakan tidak baik-baik saja.
"Heh, lo kalo ngomong bisa difilter gak?! Muka kayak gue lo kira pembohong? Yang ada lo yang tukang bohong! Cih," Seisi kelas mendengar nada bicara Raniya yang meninggi kepada Ara.
"Sorry," Setelah mengatakan itu, Ara meninggalkan kelas. Jujur kata-kata Raniya menohok ke dalam dada Ara. Sakit, tapi tak berdarah.
Sampai kapan mau gini mulu?-Ara.
Ara menggelengkan kepalanya, berusaha menghapus pikirannya tentang Raniya. Sejenak lupa.
Ara mempercepat langkahnya, karena sebentar lagi waktu menunjukkan saatnya istirahat akan segera berakhir. Hari ini pelajaran Bu Devi setelah istirahat, Bu Devi adalah salah satu guru favoritnya Ara, bukan tanpa alasan, Ara memang menyukai matematika. Ketika sampai di depan ruang guru, ia pun langsung masuk.
"Angga, kamu dengar gak?!" Suara Bu Devi masih melenggang bebas di dalam ruang guru yang mulai sepi.
Ara yang melihat itu hanya bisa mengernyit dan kemudian memutar bola matanya kesal. Karena ia melihat sosok lelaki yang selama hampir 3 tahun ini ia benci. Rasa bencinya hadir karena Angga telah menyakiti hati Della-sahabatnya. Dan memang ia juga tidak menyukai Angga yang sok keren dan sok kecakepan, itulah sosok Angga dipandangan seorang Ara.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGGARA : Angga & Ara
Teen Fiction#33 dalam Ara #20 dalam Angga Angga Mahendra Putra & Arania Denova, dipertemukan atas izin Tuhan. Berawal dari nilai sastra dan matematika, keduanya dipertemukan. Angga memiliki nilai matematika terburuk seangkatannya yang harus memperbaiki nilainy...