Seventeen

57 14 2
                                    

AUTHOR POV

"Per-permisi..." Seorang staff hotel tiba-tiba masuk ke dalam kamar hotel yang ditempati Angga dan Ara.

Ia tak sengaja melihat adegan tak biasa di hadapannya. Staff lelaki itu seketika diam membeku. Ia dibuat bingung dengan keadaan yang tengah terjadi di hadapannya itu.

Angga dan Ara seketika terkesiap. Ara langsung duduk dengan posisi tegap di sofa, sedangkan Angga berdiri sambil merapikan rambutnya.

"Ma-maaf tuan, saya tidak tahu kalau tuan sedang-"

"Ada apa?" Tanya Angga tegas seraya mengalihkan pembicaraan.

Sialan!-Angga.

Aduh... Malu malu malu gue tuh!!-Ara.

"I-ini berkas dari tuan besar," Ucapnya menyerahkan sebuah dokumen pada Angga.

"Hm, pergilah!" Tegas Angga.

"Permisi... " Ucap staff itu, kemudian meninggalkan kamar itu.

Ara hanya bisa menunduk sambil meringis, ia merutuki dirinya sendiri.

"Heeeeh! Lo sih! Mesum!" Rutuk Ara pada Angga.

Angga hanya menatapi Ara tajam, sejurus kemudian ia menghela napas kesal. Ara yang melihat itu justru terdiam bingung. Keadaan mereka sekarang ini sungguh membingungkan.

Setelahnya, Angga berjalan menuju nakas mengambil jasnya dan menentengnya. Ia berjalan menuju luar kamar hotel.

"Lo mau kemana?" Pekik Ara saat Angga hendak membuka pintu hotel.

Angga hanya diam dan tak berbalik.

"Lo gak bisa pergi gitu aja ya, gue masih mau nanya sesuatu sama lo!" Ujarnya bangkit dari sofa.

Angga berbalik sambil menatap lurus ke dalam mata Ara.

Kenapa gue selalu aja gak bisa wujudin balas dendam gue?-Ara.

Angga membelalak. Ia baru saja membaca pikiran Ara. Sejenak ia menunduk, memikirkan alasan Ara ingin balas dendam padanya. Kemudian, Angga kembali menatap Ara dingin.

"10 menit," Ujar Angga sambil melihat jam tangannya.

"Apa?! Lo kira gu-"

"Dimulai dari sekarang," Sambung Angga dingin. Entah kenapa dada Angga begitu panas. Seperti ada api yang menyala-nyala dalam rongga dada Angga.

"Terserah!" Decak Ara kesal.

"Pertama, lo kenapa sih selalu ngusik hidup gue?!" Tanya Ara pada Angga sambil melipat tangannya di dada.

"Lo sendiri yang maksa masuk dalam hidup gue," Jawab Angga.

Apa?!-Ara.

"Gimana bisa? Gu-"

"Kedua?" Potong Angga.

"Ck, kedua! Kenapa lo nyakitin sahabat gue?!  Lo mempermalukan dia di depan hampir semua anak SMA Garuda." Ucap Ara diakhiri dengan dengan kasar.

Angga berdeham. Ia mulai kesal. Kupingnya terasa panas. Angga menahan amarahnya.

"Apa gue gak punya hak buat nolak pernyataan cinta dari orang yang gak gue suka? Seharusnya lo tau itu kan?" Balas Angga, bukan dengan sebuah jawaban pernyataan, justru sebaliknya.

Angga menjawab Ara dengan pertanyaan pula. Balasan itu membuat Ara meringis. Ia merasa kalah.

Ara merasa apa yang dikatakan Angga itu benar. Sialnya, Ara tak mampu menyalahkan Angga atas jawabannya itu. Namun, Ara juga tak mau jadi pihak yang bersalah.

ANGGARA : Angga & AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang