AUTHOR
"Lo gak papa Ra?" Tanya Della menghampiri Ara setelah kepergian Angga.
Ara tak menggubris, Ara masih diam membeku. Ia rasanya seperti dihentikan oleh waktu. Tubuhnya kaku, ada apa dengan Ara?
"Ra, lo kenapa?" Tanya Della panik sambil menggoyangkan tubuh Ara.
"Hah? Gue? Gue emangnya kenapa?" Ara tersentak kaget, dia tak tahu apa yang terjadi dengan dirinya.
Della meneput jidatnya, dia rasa sahabatnya lagi bawa perasaan sama perlakuan Angga tadi. Bagaimana seorang Ara yang tiap hari marah bisa bawa perasaan?
"Kayaknya lo suka deh sama Angga," Ucap Della. Mendengar itu Ara justru membelalak kaget.
"Eh! Lo sinting ya?! Gue suka sama Angga? Amit-amit jabang bayi, gue gak akan pernah mau! Lo camkan itu!" Lagi-lagi Ara memarahi Della. Della hanya bisa menelan liurnya pasrah.
"Terus lo kalo gak suka, namanya apa tadi? Sampe bengong gitu," Balas Della tak terima.
"Ya gue heran aja sama cowok es batu itu. Oh, gue ngerti sekarang. Pasti itu akal-akalan cowok es batu itu, supaya gue baper. Oh, hahahah! Gak mungkin banget ya! Sumpah demi apapun, gue gak bakal suka sama tuh cowok es batu!" Ucap Ara sambil mengeluarkan semua kata-kata pedasnya.
Semua siswa-siswi yang ada di situ hanya bisa geleng-geleng kepala memaklumi sikap Ara. Della memutar bola matanya malas, Ara pasti jika sedang merutuk pasti sepanjang kereta.
"Lu suudzon banget sih," Balas Della.
"Bodo ah!" Ucap Ara, kemudian ia meninggalkan Della di parkiran.
***
Selama pelajaran pertama Ara tidak fokus pada pelajaran Bu Devi. Ia tengah asyik mencari sosok yang ada di bangku paling belakang yang dekat dengan jendela. Sosok itu semenjak pagi tadi tak terlihat, padahal tasnya tertaruh di atas meja.
Ara berulang kali mengecek jam tangannya, ia rasa cemas. Bukan cemas pada sosok itu, siapa lagi kalau bukan Angga. Ia cemas, jika nilai Angga tak segera naik pada pelajaran Bu Devi maka nilainya juga dipertaruhkan.
"Lo kenapa sih kayak ulat bulu? Gak bisa diem, liat jam tangan mulu. Ada apa sih?" Della yang terusik dengan gerasah-gerusuh Arapun akhirnya bertanya.
"Tuh es batu mana sih?! Ini tuh pelajaran Bu Devi udah mau kelar, dia malah gak masuk. Nilai gue bisa terancam juga gara-gara dia." Jawab Ara dengan rasa kesalnya.
"Soal hukuman itu ya?" Tanya Della.
"Iya. Ish bego banget sih tuh orang!" Rutuk Ara kesal.
Della hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat sikap sahabatnya itu. Ara memang pemarah, tapi sebenarnya ia baik hanya saja emosinya selalu tak bisa terkontrol terutama sejak mengenal sosok Angga.
Della hanya bisa memahami Ara, ia paham betul mengapa Ara begitu. Ara hanya peduli pada perasaannya yang dulu pernah dikecewakan oleh Angga.
*kring~
"Baik anak-anak hari jum'at kita bertemu lagi. Ibu akhiri selamat pagi." Akhirnya pelajaran Bu Devi usai.
Jam pelajaran pertama selesai dan jam pelajaran kedua akan segera dimulai, hanya tinggal menunggu kedatangan Bu Riska. Ara cemas, ia ingin mencari Angga.
"Del, lo nanti ijinin gue ya ke Bu Riska. Gue mau cari manusia es batu itu." Ucap Ara yang kemudian pergi.
"Tap.. Ih tuh orang ya, main pergi aja." Rutuk Ara.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGGARA : Angga & Ara
Teen Fiction#33 dalam Ara #20 dalam Angga Angga Mahendra Putra & Arania Denova, dipertemukan atas izin Tuhan. Berawal dari nilai sastra dan matematika, keduanya dipertemukan. Angga memiliki nilai matematika terburuk seangkatannya yang harus memperbaiki nilainy...