Fifteen

76 13 1
                                    

AUTHOR POV

"Pacar?! Sejak kapan Ara jadi pacar lo?!" Tanya Raniya tak percaya, orang tua Angga hanya bisa menatap bingung ke arah Raniya.

                Angga tak membalasanya, Ara hanya menatapi Raniya tajam. Ara yang melihat rahang Angga mengeras, mendadak kalut.

Gue harus apa sekarang?-Ara.

                  Ara langsung teringat apa yang dilakukan Angga beberapa waktu yang lalu. Angga memegang tangannya dan itu membuat Ara tenang, apakah cara itu akan membuat Angga tenang? Apakah cara yang sama akan membuat Angga meredakan emosinya?

                  Ara memegang tangan Angga, memegang tangan yang kuat itu. Angga menoleh ke tangannya yang dipegang Ara. Lalu, ia beralih ke mata Angga.

Kalo lo emang bisa baca pikiran gue, gue harap lo tau kalau gue megang tangan lo supaya lo gak emosi di sini.-Ara.

                   Angga hanya tersenyum tipis, benar saja setelah itu emosinya mereda.

"Maaf, privasi saya tidak untuk diumbar. Ma, Pa tolong jangan paksa saya untuk bertunangan dengan orang yang tidak saya sukai." Ucap Angga pada kedua orang tuanya.

                    Untuk pertama kalinya, Ara melihat dan mendengar langsung seorang Angga Mahendra Putra mengucapkan kata-kata panjang. Berbicara dengan wibawa dan memohon.

Apa beneran sekarang gue pacaran sama Angga? Tapi, tujuan gue bukan ini. Gimana kalo Della tahu? Ishh, gue gak bisa biarin ini.-Ara.

"Papa terima apapun keputusanmu, asalkan kamu bisa bertanggung jawab." Ucap papanya Angga.

                  Mendengar itu, Raniya langsung pergi meninggalkan mereka semua. Tak ada satupun dari mereka yang menahan Raniya.

"Tapi, kamu harus bisa dapat nilai tinggi lagi Angga. Kalau nggak, Mama gak akan setuju dengan hubungan kalian. Dan menikahkan kamu denga Raniya." Sambung mamanya Angga.

"Hm," Ucap Angga sambil mengangguk.

                  Dan Ara hanya bisa tersenyum terpaksa, dia bingung dengan keadaan ini. Ia harus apa? Ia tak mungkin senang, Della pasti marah. Namun, bagaimana cara ia menolak?

"Saya permisi ke toilet sebentar," Ucap Ara pada mereka semua.

"Toiletnya di dekat pintu masuk," Ucap Papanya Angga.

***

              Sejak setengah jam yang lalu Gifari duduk di sebuah bangku taman, seorang diri. Mengenakan jaket biru navy dan topi senada.

               Ia saat ini kalut, ia butuh bantuan. Ia tidak tahu harus pergi kemana saat ini. Ia membawa baju-bajunya. Ia kabur dari rumah. Di pikirannya hanya Anggira yang muncul pertama dan saat itu pula ia menghubungi Anggira untuk datang menemuinya.

"Aaaaaahhh!!" Tiba-tiba suara seorang perempuan terdengar. 

               Gifari mendengarnya, namun mengabaikannya. Ia kembali fokus kepada lamunannya. Ia benar-benar merasa kalut dan tak bisa apa-apa saat ini.

"Sialan!" Suara perempuan itu terdengar lagi dan jaraknya tidak jauh dari keberadaan Gifari.

*Bugh!

 "Shh!" Desah Gifari menahan sakit di keningnya akibat terkena batu.

             Perempuan itu langsung mendatangi Gifari, perempuan itulah pelakunya.

ANGGARA : Angga & AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang