Ten

122 19 6
                                    

AUTHOR POV

                Ara saat ini sedang duduk di sofa memperhatikan dua orang perawat dan seorang dokter yang memeriksa Angga. Memberikan obat alergi melalui suntikkan dan mengganti insulin baru untuk Angga. Angga hanya berbaring santai, sedangkan Ara yang melihatnya disuntik bergidik ngeri.
  
                 Pasalnya Ara sangat takut dengan suntikkan. Iya selalu takut untuk pergi ke rumah sakit, sebabnya ada suntikkan yang seakan mengincarnya. Kejadian sebulan yang lalu masih belum bisa ia lupakan. Hampir 1 bulan penuh ia dirawat di rumah sakit karena penyakit tifusnya. Dan akhirnya ia mau tak mau harus dirawat di rumah sakit. Pastinya ia disuntik setiap harinya selama 1 bulan penuh.

               Mengingat itu, seketika Ara merinding. Ia segera menggelengkan kepalanya untuk segera membuyarkan ingatan itu. Terlalu menyeramkan baginya. Walaupun Ara segalak madam kost yang menagih uang kost yang sudah nunggak 3 bulan, tapi ia akan ciut oleh benda yang bernama suntikkan.

"Kapan saya bisa pulang?" Tanya Angga pada dokter yang merawatnya.

"Sore ini sudah bisa, asalkan obat rajin diminum dan jaga kesehatannya. Jangan minum susu sapi lagi, kamu alergi protein hewani." Ujar Sang Dokter.

"Dengerin tuh," Sambung Ara masih duduk di sofa.

                 Seketika dua orang perawat, dokter, dan Angga menoleh ke arahnya. Menatapnya dengan intens, lain halnya dengan Angga. Angga menatap Ara tajam.

                   Ara hanya diam, menggaruk tengkuknya yang mendadak gatal. Rasanya ia ingin meringis karena salah berucap. Ara hanya membalas tatapan mereka dengan senyum tipis menahan malu.

Oh, iya. Kan gue yang bikin dia masuk rumah sakit. Bego!-Ara.

"Kamu Ara kan?" Tanya Sang Dokter tiba-tiba. Ara terkejut dan sontak menatap intens ke arah dokter itu.

"Eum... Dokter Daniel kan?" Tanya Ara ragu, sambil berusaha mengingat.

"Iya benar, ternyata salah satu pasien saya ada di sini. Bagaimana kabarmu?" Tanya Sang Dokter tampan itu, ia masih muda. Walaupun tak semuda Ara. Usianya sekisaran 23 tahun ke atas.

"Wah, baik dok. Bagaimana dengan dokter?" Tanya Ara.

"Ehem!" Deham Angga, dehamannya membuat seisi ruang perawatan tersentak kaget.

"Baiklah, sore anda bisa pulang. Saya kira, saya harus keluar. Permisi," Ucap Dokter Daniel.

                Kemudian, Dokter Daniel dan para perawatnya pergi dari ruangan di mana Angga dirawat. Ara hanya bisa tersenyum tipis memandangi kepergian dokter andalannya itu.

Ganggu aja!-Ara.

"Lo mau makan siang gak?" Tanya Ara berbasa-basi.

"Gak usah," Jawab Angga sambil berbaring dan menutup matanya dengan tangan.

"Jutek banget sih," Ucap Ara dengan nada kesal dan volume suara yang pelan.

                Sebenarnya Angga mendengar itu, hanya saja dia memilih diam.

Udah siang gini keluarganya gak ada yang datang. Cuma Bella, apa dia...?-Ara.

"Es batu," Panggil Ara pada Angga.

"Hm?" Deham Angga.

"Gak jadi deh," Jawab Ara ragu.

"Apa?" Tanya Angga dengan penegasan, masih dalam posisi yang sama.

                Angga sama sekali tak bergerak sedikitpun dari posisinya. Menanggapi Ara tanpa melihatnya.

"Tapi lo janji gak boleh marah," Ucap Ara.

ANGGARA : Angga & AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang