Eighteen

63 13 0
                                    

AUTHOR POV

"Angga..." Suara itu terdengar dari ruang yang sangat jauh.

"Angga..." Suara itu terus memanggil, anak lelaki itu masih menatap wajah gadis kecil itu.

"Angga!" Suara itu kini dekat dengan telinga anak kecil itu.

Kemudian, sebuah cahaya menusuk langsung ke dalam mata Angga. Begitu terang, kemudian tatapan mulai jelas. Di hadapannya kini ada Devano dan Alex.

Angga bangun dari tidurnya, kemudian diam dan memposisikan tubuhnya dengan posisi duduk. Dia hanya diam.

"Temen lo kenapa tuh?" Tanya Alex pada Devano.

"Mana gue tahu gila!" Balas Devano.

Kenapa gue mimpi kejadian itu?Angga.

"WOY BRO! Lo kenapa sih?" Ucap Devano sambil mendorong bahu kiri Angga.

Angga langsung menatap Devano tajam, mengintimidasi Devano dengan tatapan lo mau mati? Devano seketika menutup mukanya. Ia takut akan diterkam oleh Angga.

Angga hanya menghela napasnya kasar, sambil menggelengkan kepalanya. Berusaha menghilangankan bekas mimpi yang ia alami barusan. Selain itu juga ia menggelengkan kepala karena kesal melihat tingkah Devano yang seperti anak-anak.

"Lagi lo rese' banget sih Dev, orang baru bangun juga main dorong." Ujar Alex sambil duduk di sofa yang berbeda dari Angga dan Devano.

Iya benar, Angga tertidur di atas sofa. Entah mengapa ia bisa tertidur di sofa, Angga tak mengingat apapun sekarang. Hal terakhir yang dia ingat adalah ia pulang dari hotel setelah dipukul habis-habisan oleh Ara yang mengamuk karena mengira dirinya telah berbuat macam-macam.

"Ya kan gue cuma mau nyadarin dia dari lamunan kali. Baik kan gue?" Balas Devano smabil nyengir girang.

"Baik muka lo kembar!" Rutuk Angga, sambil menoyor kepala Devano hingga Devano jatuh ke bawah.

"Anjir! Kejam juga kau nak, wahahahha... Rasain lo... Hahahha...." Sambung Alex dengan tawa terbahak-bahak melihat Devano ditoyor oleh Angga dengan teganya.

Devano hanya bisa meringis menahan sakit, betapa kejamnya Angga terhadap dirinya.

"Ishh gue tuh masih perawan btw, jangan diginiin dong..." Ringis Devano.

Angga kesal melihat Alex tertawa puas, dilihatnya ada tisu di meja. Anggapun mengambil selembar tisu dan menggumpalnya, membentuknya jadi bulat tidak sempurna. Dan memasukkan tisu itu ke dalam mulut Alex yang sedang tertawa puas, menertawakan Devano.

"Hahaha hargh... uhk! uhk!" Dengan sempurna tisu itu masuk ke dalam mulut Alex. Angga meninggalkan mereka berdua ke dapur. 

"Sialan lo Angga!" Rutuk Alex tidak terima.

Dengan rasa tega yang sempurna Angga terkekeh, sudah lama sekali ia tidak dibuat tertawa. Meski hanya kekehan kecil, Angga merasa lega sekarang.

"Hahahahah! Mampus lo! RASAIN! KARMA is BITCH!" Ucap Devano yang langsung bangkit tanpa aba-aba. Semangatnya timbul kembali, sebab ia senang melihat Angga menyiksa Alex. Anggap saja itu adalah hal yang sama dengan hal yang dialaminya.

"Dasar banci sialan lo! Tawa aja sana yang puas!" Ucap Alex kesal.

"Bodo! Hahahah...." Devano tertawa sambil mengikuti ke mana Angga pergi.

Angga ke dapur hanya untuk mengambil segelas air putih untuk menjernihkan kembali pikirannya. Mimpinya itu sangat mengganggunya, kejadian di masa lalu akan membuatnya tertekan jika terus dipikirkan.

ANGGARA : Angga & AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang