Twelve

109 21 1
                                    

AUTHOR POV

*kring~

               Bunyi itu berasal dari dering jam weker di kamar Angga, baru saja Ara terbangun dari tidurnya yang panjang. Beruntung ia dibangunkan oleh jam weker milik Angga, karena untuk sesegera mungkin ia harus pulang.

                Walaupun ia libur hari ini, bukan berarti ia libur pula untuk mengerjakan tugas. Siang nanti ia akan ke toko buku bersama Della sahabatnya untuk mencari bahan materi tugas ilmiah.

                 Ara mengucek matanya, meregangkan tubuhnya yang terasa penat dan lelah. Ketika ia benar-benar membuka matanya, cahaya matahari pagi yang cerah langsung menyorot ke arah matanya. Jendela dan pintu balkon kamar Ang sudah terbuka lebar.

Tunggu! Gue ada di kamarnya Angga? WTF!!-Ara.

                 Ia kalang kabut, mengecek setiap celah tubuhnya. Melihat apakah ia masih baik-baik saja atau tidak. Arapun menghela napas lega, setiap helai benang yang melekat di tubuhnya masih utuh. Ternyata Angga tak berbuat yang macam-macam.

                   Ara menoleh ke arah meja di samping kanannya, ada handuk dan pakaian di atasnya. Namun, matanya tertuju pada kertas note yang melekat di atas handuk dan pakaian itu.

***

Have a nice day, gue udah siapin air panas.

 Thanks buat mienya.

***

                 Membaca kertas itu sudut bibir Ara melengkung ke atas, ternyata sosok Angga itu tidak terlalu buruk. Note dan penulisnya sungguh dua orang yang berbeda, di kertas note Angga berkata-kata cukup panjang namun nyatanya ia lebih sering diam daripada berkata-kata.

                 Ara langsung mengambil handuk dan pakaian itu sambil menuju kamar mandi yang berada di dalam kamar Angga, namun ia terpaku oleh sebuah poster dan rak CD yang berisi album-album The Beatles. Mengapa band kesukaanya bisa disukai juga oleh manusia es batu seperti Angga?

                  Dengan sedikit lancang, Ara mengintip isi-isi rak itu. Dan salah satu CD asli dari band terkenal dunia itu ia ambil, sebuah CD album yang berjudul "Please Please Me" yang dirilis tahun 1963 silam. Rasanya Ara begitu takjub, bahkan ia yang sudah lama menjadi penggemar The Beatles tidak ada satupun album yang ia miliki.

 "Angga, lo kenapa sih bikin gue iri?! Why gitu loh?! Lo selalu aja mau nyaingin gue, dari mulai rangking sampe band favorit juga. Emang sih lo rangking 2, tapi tetep aja nilai gue sama lo beda tipis doang. Nyebelin!!!" Ara menghentak-hentakkan kakinya kesal.

                   Ara selalu kesal dengan sosok Angga, ia kesal semua hal tentang Angga. Kecuali Bella, hanya Bella yang ia suka dari semua hal tentang Angga. 

                   Ara menaruh kembali CD itu dengan kesal, lalu ia masuk ke dalam kamar mandi untuk membasuh tubuhnya.

***

                   Sudah sejak jam 5 pagi tadi Angga meninggalkan rumah, ia bukanlah sosok lembek dan lemah yang mau dimanjakan penyakit. Ia memilih jogging bersama Devano dan Alex. Mereka berdua adalah sahabat Angga, ya walau terkadang Angga sudah sejak 2 tahun belakangan ini mulai tidak dekat lagi dengan mereka. Lebih tepatnya dengan Devano, karena ia memutuskan untuk pindah ke luar negeri. Sedangkan dengan Alex, ia hanya jarang bertemu karena Alex sibuk dengan para wanitanya.

"Hosh... Hosh... Cuy! Berhenti dulu, gue capek." Ucap Devano sambil berjongkok dengan wajah melas.

"Ah, banci lo! Alay banget!" Balas Alex, sedangkan Angga hanya memperhatikan sambil berlari di tempat.

ANGGARA : Angga & AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang