AUTHOR POV
"Maaf Mba dan Masnya tolong jangan buat keributan di sini," Ucap seorang pelayan toko yang mendengar suara kegaduhan yang dibuat Angga.
Sontak Angga dan Ara dilanda malu. Angga hanya datar dan cuek, sedangkan Ara meminta maaf berulang kali pada pelayan toko tersebut. Ara merasa kaku dan sangat-sangat malu.
"Ambil," Ucap Angga datar sambil menunjuk ke arah buku-buku novel yang Ara jatuhkan.
Kemudian, Angga pergi meninggalkan Ara tanpa memperdulikannya. Ara hanya bisa mendengus kesal dan mengambil buku-buku yang ada di lantai. Ia masih bingung dengan apa yang barusan saja tertadi. Angga tak bisa ditebak, selalu berbuat hal yang tak bisa Ara duga. Terkadang sikapnya itu terlalu manis, lalu berubah jadi seram, dan juga terkadang aneh.
Tadi gue kenapa ya? Ini masih gue kan? Belum mati?-Ara.
Ara mencari keberadaan Angga, Angga menghilang. Ara mencoba menyusul Angga yang meninggalkannya, namun sulit mencari Angga di dalam toko buku seluas ini.
"Ih, mana sih tuh es batu? Berat tau ini!!" Keluh Ara sambil membawa buku-buku novel yang ia ambil tadi.
Ara kesal, novel-novel yang ia bawa itu beratnya bukan main. Bagaimana Angga bisa setega itu menyuruhnya untuk membawa semua novel ini?
"Sini gue bantu," Suara itu seketika membuat Ara terkejut dan buku-buku yang ia bawa kembali jatuh ke lantai.
Seketika Ara dan lelaki itu mengambil bersamaan buku-buku yang jatuh itu.
*bugh!
"Awh!!" Ringis Ara, ketika kepalanya menghantam kepala lelaki itu.
"Kenapa kepala lo?" Tanya lelaki itu.
"Sakitlah! Nanya lagi!" Jawab Ara kesal, sambil mengelus kepalanya yang sakit.
Buku-buku itu di bawa oleh lelaki itu.
"Kok lo di sini?" Tanya Ara.
"Gue? Gue hobinya ke sini," Jawabnya.
"Oh ya, lupa. Seorang Gifari kan hidupnya buku. Hahaha," Ucap Ara sambil tertawa renyah.
"Sama siapa?" Tanya Gifari.
"Temen lo tuh," Ucap Ara.
Gifari hanya mengangkat alis kanannya sebagai tanda kalau ia seakan bertanya 'siapa?'.
"Iya temen lo, es batu. Angga!" Ucap Ara kesal.
"Oh," Balas Gifari.
"Thanks," Ucap Ara pada Gifari.
Gifari hanya mengangguk sebagai jawabannya, Gifari memang selalu seperti. Entah apa penyebabnya. Ara memaklumi sikap Gifari itu, sudah lebih dari 7 tahun Ara mengenal Gifari. Teman kecilnya yang kini berubah.
Angga yang melihat keadaan di depan matanya, secara tak sadar menggertakkan giginya. Entah hal apa yang membuatnya emosi ketika Ara bersama dengan Gifari. Angga kenal Gifari, orang itu yang membuat kisah hidupnya bertambah kelam. Itu salah satu penyebab Angga menjadi seperti saat ini.
Sedangkan, Ara dan Gifari tak menyadari hal itu. Ara dan Gifari berjalan menuju kasir.
"Gue bayar," Ucap Gifari menaruh buku-buku itu di atas meja kasir.
"Ih, gak usah." Tolak Ara.
"Maaf Mas, mau cash atau bayar debit?" Tanya seorang kasir.
"Cash mba," Jawab Gifari.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGGARA : Angga & Ara
Teen Fiction#33 dalam Ara #20 dalam Angga Angga Mahendra Putra & Arania Denova, dipertemukan atas izin Tuhan. Berawal dari nilai sastra dan matematika, keduanya dipertemukan. Angga memiliki nilai matematika terburuk seangkatannya yang harus memperbaiki nilainy...