Dua : Tertangkap

1.5K 101 9
                                    

"Tidak ada salahnya bukan? jika saya membela diri saya, untuk sebuah kebenaran."

___Namamu Dalam Sujudku___

🎭🎭🎭

Brakk...

Suara meja yang di gebrak oleh seseorang membuat semua penghuni yang ada didalam kelas tersebut menghentikan aktivitasnya dan menoleh ke arah sumber suara tersebut.

"Udah sok alim Lo, hah. Paling-paling cuma buat tenar doang," tanya seseorang yang tadi mengebrak meja didepan Khanza.

"cih... Sok-sokan pake cadar lagi. Kayak Teroris aja," lanjutnya berbicara sambil merendahkan.

Khanza tidak memperdulikan apa yang diomongkan oleh temannya tersebut, bukan bermaksud sombong tapi dia tau bahwa orang didepannya ini hanya mencari sensasi belaka tentang dirinya.

Brakk...

Meja di gebrak untuk yang kedua kalinya oleh orang tersebut.

"punya telinga gak sih lo?" orang itu kembali bersuara dengan sedikit penekanan.

Khanza masih diam, menikmati sensasi dalam dirinya yang harus dijaga dulu sebelum dikeluarkan. Menahan emosi.

Tanpa disadari salah satu dari seseorang tersebut menjenguk kepala Khanza cukup keras.

Ya, bukan cuma satu orang tapi lima oranglah yang sedari tadi berdiri didepannya.

Marah. Itulah yang dia rasakan sekarang.

"INI SUDAH KETERLALUAN, SEDARI TADI GUE NAHAN EMOSI BUAT GAK NGELADENIN KALIAN. SIAP-SIAP AJA KALIAN NANTI. Selamat bersenang-senang, good bye" Dia tersenyum, lalu membenarkan jilbabnya, dan menatap lima orang didepannya dengan tatapan tajam.

"Mencari keributan dengan orang yang salah," bisik Khanza tepat disalah satu telinga orang tersebut. Setelah itu berdiri dan meninggalkan kelas.
.
.
.

Bolos untuk jam pelajaran kali ini adalah yang terbaik untuk seorang Khanza.

Mungkin ke kafe terdekat ide yang cukup baik. Mengistirahatkan otak sejenak serta membaca sebuah buku yang diberikan bundanya sebagai kado ulang tahunnya.

Dia miris setelah membaca cover buku tersebut, kumpulan hadis-hadis islam judul dari buku tersebut.

"Pesan apa mbak?" suara pelayan dari kafe tersebut membuyarkan kemirisannya akan buku tersebut.

"Ah, ya saya pesannn___" Khanza memutar tubuhnya menghadap pelayan perempuan yang berpakaian hitam putih dengan celemek melingkar di pinggangnya.

"Ini sama ini dan ini" Ucapnya menunjuk makanan dan minuman yang akan dipesan.

Pelayan itu hanya menganggukkan kepalanya sambil menulis pesanan Khanza.

Tentang baju yang dipakai Khanza sekarang itu adalah baju ganti untuk berjaga-jaga, dia juga melepaskan cadarnya tapi masih mengenakan jilbab. Mungkin dia harus belajar sedikit demi sedikit untuk mengenal tentang agamanya yang mengharuskan wanita memakai jilbab, mungkin juga orang itu benar, orang yang ditemuinya beberapa hari yang lalu di sebuah taman.

Khanza membuka halaman pertama, kedua, ketiga, keempat masih tentang sambutan penulis. Oke mungkin dia harus melompati halaman tersebut.

Hal 100

Khanza cukup tergiur untuk membacanya.

Sebuah kisah Rasulullah yang menegur Asma binti Abu Bakar Radhiyallahu anhuma ketika beliau datang ke rumah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan mengenakan busana yang agak tipis. Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam pun memalingkan mukanya sambil berkata :


يَا أَسْمَاءُ إِنَّ الْمَرْأَةَ إِذَا بَلَغَتِ الْمَحِيضَ لَمْ يَصْلُحْ أَنْ يُرَى مِنْهَا إِلَّا هَذَا وَهَذَا

Wahai Asma ! Sesungguhnya wanita jika sudah baligh maka tidak boleh nampak dari anggota badannya kecuali ini dan ini (beliau mengisyaratkan ke muka dan telapak tangan).[HR. Abu Dâwud]

"Wowww" Dia terpaku dengan cerita tersebut, cukup menarik perhatiannya.

Khanza menutup bukunya, dia bertekad untuk membacanya satu hari satu halaman (one day one page.)

Pelayan tadi datang membawa pesanannya dengan nampan yang penuh makanan.

Khanza melahap makanan yang dipesannya tersebut.

Tidak lupa juga membayar makanannya ke kasir.
.
.
.
Setelah selesai makan di kafe tadi Khanza memang sengaja kembali ke kampus untuk mengecek akan rencananya yang gagal atau berhasil.

Dia berbelok kearah parkiran.

Remang-remang terdengar suara umpatan dari parkiran, Khanza menghampiri dan melihat agak jauh dari suara umpatan tersebut. Dia kembali tersenyum lebar.

"Hai kamu yang disana!!!"

Suara itu membuat senyumnya menjadi pudar serta tegang seperti sedang tertangkap basah. Khanza ingin kabur tapi sebuah tangan menepuk bahunya.

'arhh... Sial' umpatnya dalam hati.

"Madha tafeal huna?" Ucap orang itu kemudian.

Khanza membalikkan tubuhnya menghadap pria tersebut.

"Hah?,"

"Tidak ada salahnya bukan? jika saya menangkap kejahilan seseorang, untuk sebuah kebenaran."

🎭🎭🎭

[Instagram : anisaa.fitrii_]

Jangan lupa vote dan komen-;

Namamu Dalam Sujudku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang