Lima : Bersarang kayak Laba-laba

1.3K 84 7
                                    

Selamat membaca, berikan vote serta komentar bila kalian suka. Terimakasih❤.
.
.

Langkah perempuan itu semakin cepat, bisa dibilang dia sedang berlari untuk mengejar waktu. Melewati ruang demi ruangan untuk mencapai tujuannya kali ini.

Berdoa didalam hati agar dosen terlambat masuk hari ini.
Mrs. Hana begitulah mahasiswa-mahasiswi jurusan psikologi menyebut namanya, dosen yang bisa dibilang cukup killer untuk ukuran dosen wanita. Kini perempuan itu sudah didepan pintu kelas, mulutnya berkomat-kamit membaca doa sambil perlahan-lahan mengetuk pintu.

Kelas terdengar begitu sunyi dari luar. "Duh mampus gue."

Sekarang dia membuka pintu perlahan-lahan, bersiap menerima ceramah dipagi hari. Dia masih berharap semoga didalam dosennya belum datang.

"Khanza,"

Tania memanggil Khanza dari arah belakang. Sosok perempuan yang hendak membuka pintu langsung menoleh kearah belakangnya. Tubuh dan jiwanya terasa lega, karena temannya ternyata belum masuk kelas untuk pagi ini.

Tania mulai menghampirinya. "Eh, Za kamu tahu gak? si dosen killer hari ini gak masuk" ucap Tania dengan nada gembira, "tapi sebagai gantinya kita semua diberi tugas," timpalnya lagi, kali ini dengan raut wajah yang kurang bersahabat.

Khanza langsung menunjukkan senyum lebarnya, hari ini dia tidak jadi mendapatkan ceramah panjang lebar. Selain karena telat dia juga kemarin tidak masuk saat jam pelajaran sang dosen killer, jadi kalau hari ini dosen itu masuk matilah dia. Bisa-bisa dia dipanggang ditengah jalanan.

"Heh. Kok malah senyum sih, kita itu diberi tugas banyak dan parahnya kita gak bisa nyontek google harus dari buku, Khanza," Tania berbicara lagi, mengambil tangan Khanza lalu menggandengnya menuju ke perpustakaan.

"Ayo kita kerjakan tugas negara ini." Berbeda dengan Tania, perempuan itu malah semangat patma (empat lima) dan menyalip temannya menuju ke perpustakaan.

"Otak orang waras memang jauh berbeda sama otak orang absurd" gerutu Tania lalu mengikuti langkah Khanza yang sudah menjauh darinya.
.
.
.

Hal yang menyenangkan bagi Khanza saat diperpustakaan adalah membaca buku. Dia dan Tania mencari letak buku yang akan mereka perlukan untuk mengerjakan tugas. Jangan tanyakan Alma dimana, tentu saja sahabatnya yang satu itu beda jurusan dengan mereka. Alma mengambil jurusan di bidang kedokteran sedangkan Khanza dan Tania memilih untuk mengambil psikologi.

Walaupun mereka bertiga berbeda jurusan tapi mereka tetap memberi support yang satu dengan yang lain. Pertama kali mereka bertiga bertemu juga unik, mereka bertemu lewat media sosial. Hal itu yang membuat mereka berkumpul disatu universitas yang sama. Kebetulan yang tidak disengaja.

Tania mulai pasrah karena tidak menemukan juga buku yang sedari tadi dicarinya. "Kok gak ketemu-temu ya, udah pegel banget lagi nih kaki," lagi-lagi Tania menggerutu untuk yang kesekian kalinya.

"Ngapain sih tan, gak usah menggerutu terus deh. Mending tanya penjaga perpusnya aja pasti tau," ucap Khanza sambil menunjuk kearah meja penjaga perpustakaan.

"Kenapa gak bilang dari tadi!!"

Khanza cengengesan serta memperlihatkan deretan giginya, tapi sesaat kemudian pandangannya kembali kebuku novel yang dari dia ambil dari rak novel.

"Lupa tadi. Yaudah kalau begitu gue keruangan baca dulu. Nanti nyusul ya," pandangan Khanza masih tertuju kepada pada tiga buah novel tebal dan satu novel terbuka diatasnya. Melanjutkan jalannya menuju keruang baca sambil fokus membaca novelnya.

Brukk...

Buku novel yang dibacanya terjatuh semua karena dia tertabrak oleh orang didepannya. Dahinya menempel di bagian dada laki-laki tersebut, tangannya otomatis melingkar di bagian lehernya.

Mata Khanza terbuka saat orang didepannya tidak berkutik sedikitpun. Refleks dia melepaskan tangannya dari leher laki-laki tersebut, bukan muhrim. Bisa-bisa dia malah dinikahkan disini sama laki-laki bernama Arsya ini. Ah, rasanya Khanza ingin menghapus nama itu dari otaknya benar kata abangnya kemarin 'jangan diinget mulu namanya, entar bersarang kayak laba-laba' huh dia kesal.

Khanza telat berangkat ke kampus tadi, salah satu penyebabnya adalah tadi malam dia tidak bisa tidur karena nama itu terngiang-ngiang dibenaknya.

"Ehm... Dosen Arsya, Khanza," suara itu? Suara bang Rafli. Wow mantab jiwa. Kenapa hidupnya terasa sial sekali akhir-akhir ini.

Dosen Arsya, oke. Berarti dia dosen. Whatt!! dia dosen. Hilangkan gue dari sini ya Allah, ucap Khanza dalam hatinya.

"Eh, ada bang Rafli."

"Jangan panggil saya abang, saat di kampus Khanza,"

"Oke"

"Kalian ikut gue sekarang," Perintah dari Rafli.

"Nggak."

"Nggak."

Ucap mereka berdua serempak.

Ayee...

Ada drama Koreanya, asekk. Ada-ada aja saja nih, hehe. Padahal g ada,

Komen?

[Instagram : anisaa.fitrii_]

Namamu Dalam Sujudku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang