Empat : Tetangga

1.1K 79 7
                                    


Selamat membaca.
.
.
.

Zaky dengan santainya masih tertawa terbahak-bahak menertawakan adiknya, saat kejadian beberapa menit yang lalu. Menurutnya itu hal yang cukup konyol. Khanza seorang perempuan cukup keras kepala dipertemukan dengan seorang laki-laki yang kental menjunjung agama. Sangat bertolak belakang.

"Jadi itu adikmu?" tanya seorang laki-laki yang duduk disebelahnya.

"Iya, cantik gak?"

"Cantiklah, orang dia perempuan. Kalau laki-laki ya baru ganteng, tapi..." dia mengantungkan kalimatnya beberapa detik, Zaky menunggunya dengan pandangan kepo, "tapi Khanza itu yang gue ceritakan kepada loe ditelepon beberapa hari yang lalu Zak."

"Woww" gumam Zaky diiringi dengan tepuk tangan.

"Jodoh gak akan kemana Ar, kejar gih. Adik gue tadi pagi baru hijrah, mungkin baru dapat hiday..."

Tak..tak..tak...

Suara langkah orang yang menuruni tangga menghentikan pembicaraan kedua laki-laki itu.

"Yah"

"Bang, mi instan didapur masihkah?" Perempuan itu sepertinya tidak begitu memperhatikan bahwa diruang tamu tidak hanya ada abangnya saja, tapi masih ada tamu yang tengah duduk dengan manis seperti beberapa menit yang lalu.

Dengan santainya Khanza melangkah ke dapur sambil menggosok rambut yang basah dengan handuknya. Setelah Khanza lenyap dari pandangan matanya Zaky kembali menengokkan kepalanya Kearah Arsya- teman kuliahnya dulu dan sekarang menjadi tetangganya. Zaky menggeleng kepalanya saat tubuh Arsya sudah dia goncang-goncang tapi sang pemilik tubuh tidak sadar juga.

"Astagfirullah" Arsya sudah sadar dari lamunannya, ah zina mata dia.

"Sudah sadar heh."

Arsya berkali-kali mengusap wajah dengan tangannya sambil mengucapkan istighfar beberapa kali.

"Oh inikah cinta... Pandangan pertama..." Zaky bernyanyi hanya untuk menggoda Arsya. Beberapa saat terbukti wajah Arsya menjadi merah.

Sambil menahan malu Arsya langsung berdiri dan berpamitan kepada sang pemilik rumah, "yaudah, gue balik dulu aja. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," ah rasanya lega juga Zaky bisa tertawa lepas, setelah beberapa hari yang lalu dia mengejar seseorang dan tentunya membutuhkan tenaga extra. Wanita selalu benar, kalaupun salah harus tetap dibenarkan.
.
.
.
Puluhan undangan pernikahan harus segera diantarkan minggu ini juga, pernikahan akan dipercepat dua minggu lagi. Khanza kembali membenarkan letak hijab yang dipakainya. Dia memang sempat kaget saat melihat siapa mempelai wanitanya, gimana gak kaget coba? Kalau mempelai wanitanya adalah teman sekolahnya dulu.

Membayangkan itu rasanya Khanza sulit untuk melepaskan abangnya ini, rumah di Jogja pasti akan sepi. Tidak akan ada ATM berjalan pastinya. Uang jajan sebulanan harus diirit lagi. Saat ada masalah di kampus siapa yang akan membelanya, membayangkan itu semua rasanya dia ingin mengunci abangnya dirumah saja. Biar tidak bisa kemana-mana lagi.

"Bang, akadnya nanti dimana."

"Dirumah mempelai wanita lah. Kamu jadi ikutan kan? Ada Arsya loh," ya, memang setelah kejadian dirumahnya beberapa hari yang lalu, Zaky malah keseringan menggoda adiknya yang tidak tahu apa-apa dan tentunya menggoda tetangganya juga.

"Arsya? Arsya siapa temen aku bang?"

Zaky menggelengkan kepalanya.

"Terus siapa? Oh ya anaknya tukang sayur keliling itukan?"

Untuk kedua kalinya Zaky menggelengkan kepalanya.

"Eh, temannya Dora the Explorer bukan?"

Untuk yang ketiga kalinya Zaky menggelengkan kepalanya lagi.

"Auk, Bang, jawab sendiri."

Baru saat Zaky mau membuka suara, Khanza malah berbicara dengan lantang tanpa malu didepannya.

"Selamat anda mendapatkan hadiah senilai seratus perak, jangan lupa ya mas dipotong pajak." Khanza mengambil tangan Zaky lalu menyalaminya sebagai ucapan selamat. Dasar korban iklan TV.

"Apaan belum juga ngomong udah disaut aja. Jadi Arsya itu tetangga kita."

"Tetangga?"

"Iya yang kemarin-kemarin datang terus kamu ajakin salaman itu loh. Kalau inget lagi rasanya abang pengen ketawa ngakak lagi deh, huehehe."

Khanza hanya mengangguk, menikmati tawa mengejek dari abangnya.

"Jadi namanya Arsya. Oke Arsya, Arsya."

"Jangan diinget mulu namanya, entar bersarang kayak laba-laba terus gak bisa lepas. Huehehe..." setiap kalimat pasti ada tawa, itu yang Khanza denger setiap berbicara dengan abangnya akhir-akhir ini. Mungkin abang sedang bahagia karena mau menikah, batin hati Khanza.

Tapi tanpa sepengetahuan Khanza, Zaky memang sedang merencanakan sesuatu yang menurutnya 20% akan berhasil.

Yuhu..... Ada yang baca??

Author come back again....
Pada kangen gak sih sama author eh maksudnya Arsya dan Khanza hehe..😊

Maaf jarang update
Semoga kalian suka😅

Jangan lupa vote dan komen hehe❤

Namamu Dalam Sujudku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang