Tiga Belas : Mbois

81 10 0
                                    

Mereka berenam duduk berhadap-hadapan.

"Ginama jadinya, Zak?" tanya Rafli yang duduk berhadapan dengan Alma.

Dia menggeleng-gelengkan kepalanya sambil meminum orange juice yang tadi dipesannya.

Sedangkan yang lain sibuk dengan kegiatannya masing-masing, Arsya yang sibuk mencoret-coret makalah mahasiswa dan mahasiswinya dengan bolpen merah yang berada didepannya, Tania dan Alma yang sibuk dengan ponsel masing-masing, mabar cacing ceritanya. Hanya tersisa Rafli dan Oliv yang mendengarkan ocehan dari Zaky.

"Ngebet banget sih, nikahin adik lo," suara Arsya mulai terdengar saat dia sudah menyelesaikan acara coret-menyoretnya.

"Thanks, bro. Udah mau gue comblangin sama adik gue," ucap Zaky sambil menepuk-nepuk bahu Arsya.

"Hmm,"

"Kalau lo nggak bilang kalau suka sama adik gue, sumpah dah, otak gue enggak ada pake acara ngecomlangin lo segala,"

"Hmm,"

Ponsel Zaky tiba-tiba bergetar, layar menunjukkan nama si penelepon. Zaky mengkode kearah mereka berlima, menyuruh untuk diam sejenak.

"ABANGGGG..." suara cempreng dari sebrang sana membuat Zaky terjingkat, buru-buru dia mematikan mode speaker yang tadi sempat dinyalakannya.

"Coba muter badan deh, Bang," lanjut suara itu.

Secara serentak keenam orang itu langsung mengarahkan pandangannya menuju arah parkiran. Dan benar saja di tengah-tengah parkiran sudah ada Khanza yang memegang ponselnya sambil tersenyum, serta mengangkat sebelah tangannya melambai-lambai kearah mereka.

"Tuh anak ngapain?" ucap Tania dan Alma bebarengan.

Zaky masih menampakkan wajah tidak percaya akan yang dilihat dilayar ponsel. Ternyata tadi Khanza sebelum berangkat meminjam ponselnya hanya untuk menyalakan GPS agar dia dengan mudah menguntitnya. Gagal sudah rencana hari yang telah Zaky susun.

Dia bingung sendiri kenapa adiknya ini tidak bisa sehari saja tidak menganggu dirinya entah didunia nyata maupun didunia maya, Zaky ingin hidup tenang sejenak. Postingan fotonya di instagram rata-rata banyak dipenuhi komentar tidak jelas dari Khanza, membuat pamornya turun saja, untung Zaky udah legal.

Khanza kini sudah berada diantara mereka berenam, duduk di tengah-tengah antara Zaky dan Oliv. Lalu mengambil salah satu minuman yang berada disana dengan sedotan baru tentunya dan langsung meminumnya dalam satu sedot.

"Alhamdulillah," ucapnya sambil memegang bagian leher, seolah berucap hausku sudah hilang.

"Eh, naga... Itu minuman gue... " teriak Rafli dengan raut wajah tidak rela karena minumannya dihabiskan begitu saja.

"Udah pak, ikhlas aja tinggal setengah juga," sahut Tania yang disambut dengan acungan dua jempol oleh Khanza.

"Entabsss, itu baru teman gue. Lagian ya, kenapa kalian kumpul kayak gini nggak ajak-ajak Khanza, boring tau dirumah sama bunda terus. Untung Khanza pinter orangnya," ucapan Khanza hanya dijawab ini dengan putaran mata jengah dari Zaky.

"Kalau bang Rafli minta ganti rugi, mending sama bang Zaky aja, kan dianya abis honeymoon, asek. Perginya sampai 2 minggu nggak pulang-pulang, eh pas sampai rumah dimarahin bunda," lanjutnya sambil cengengesan sendiri.

"Tau nggak mereka pergi kemana?"

"Kemana?"

"KE JAWA TIMURR, dan... Dan Khanza nggak diajak. Huaaa...."

Namamu Dalam Sujudku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang