Pria itu masih terkikik geli. Namun ia berusaha membuat suaranya tak terdengar. Masih memotret dengan ponselnya kedua orang yang masih tertidur di atas tempat tidur itu.
"Astaga, aku tidak pernah membayangkan keduanya akan berakhir seperti itu."
Namun sepertinya, suara jepretan kamera dari ponselnya sedikit mengusik salah satu diantara keduanya. Membuat kedua mata tajam milik gadis itu membuka secara perlahan. Bersamaan dengan pria yang masih memeluknya juga ikut mengerjap dan membuka matanya. Dan saat pandangan keduanya bertemu, keduanya membulatkan mata mereka. Dan--
"Huaaaa...."
--keduanya sama-sama berteriak dengan menjauhkan jarak di antara mereka dan bangun dari berbaring mereka. Saling berebut selimut untuk menutupi tubuh telanjang keduanya.
Sang gadis mengambil bantal yang ia tiduri tadi. Mengarahkannya pada sang pria dan memukulnya berkali-kali.
"Apa yang kau lakukan di kamarku? Dan apa yang kau lakukan padaku?"
"Ya, berhenti memukulku. Apa kau tak pernah menyadari jika pukulanmu itu benar-benar menyakitkan?"
Sang gadis tak menuruti permohonan sang pria. Apalagi setelah mendengarkan ejekan pria itu padanya. Hingga keduanya menghentikan diri mereka ketika mendengar suara tawa dan membuat keduanya mengalihkan pandangan mereka.
"Selamat pagi. Bagaimana malam kalian semalam? Apa sangat panas?"
Keduanya kembali saling berpandangan. Sang pria yang memutuskan pandangan itu lebih dulu. Mencari pakaiannya dan dengan cepat menemukannya lalu memakainya. Lalu setelahnya, ia berlalu begitu saja. Meninggalkan kakak-adik itu di kamar sang gadis.
Gadis itu kini mengalihkan pandangannya pada sang kakak disana. Menatapnya dengan kedua mata tajamnya.
"Apa yang kau lakukan disini?"
"Hey, santai saja. Bukan salahku melihat kalian sedang berduaan. Aku hanya ingin melihat adik kesayanganku. Tapi yang kulihat malah kalian berdua yang saling berpelukan. Wah, apa sekarang Kim Jennie dan Jeon Jungkook telah berdamai?"
"Pergi dari kamarku sekarang!!" Teriaknya dan melemparkan bantal yang sebelumnya berada dalam genggamannya. Dan sang kakak yang menangkapnya dengan cepat.
Sang kakak masih terkikik geli dan memilih menuruti permintaan adiknya itu. Keluar dari kamar sang adik dan membuat gadis itu pun sendiri di kamarnya.
Ia mengacak-ngacak frustasi rambutnya. Seorang Kim Jennie terlihat sangat marah dan kesal saat ini. Bagaimana bisa dia berakhir di kamarnya? Dan dalam pelukan seorang Jeon Jungkook, musuh terbesarnya? Hingga ia menyadari sesuatu dan membulatkan matanya.
"Tunggu dulu. Apa Kim Namjoon sialan itu memotretku tadi?"
.
.
Pria itu memakai jaketnya dengan terburu-buru. Menatap pada gedung apartement yang berada dihadapannya. Jeon Jungkook nampak frustasi dan kesal disana. Mulai berjalan meninggalkan gedung apartement itu setelah merapikan dirinya.
Sial, bagaimana bisa ia berakhir dengan tidur di samping Kim Jennie sang musuh terbesarnya? Gila. Ia bahkan tak mengingat apapun yang terjadi padanya semalam. Oh ayolah, Jeon Jungkook. Kau biasanya memiliki ingatan yang tajam. Tapi kenapa sekarang kau tampak terlihat bodoh, huh?
Drrt...Drrt...
Pria itu terkesiap oleh bunyi ponselnya. Mengangkat dengan cepat panggilan itu tanpa melihat siapa yang menelponnya.
"Yeoboseyo?"
"Oh, jagiya. Kau bangun pagi? Tidak biasanya kau bangun pagi."
Jungkook menjauhkan ponselnya. Menghela napasnya setelahnya saat melihat jika sang kekasih yang baru saja menelponnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
married with my enemy ❌ jenkook
Fanfiction[18+] ✔ Kim Jennie dan Jeon Jungkook, Adalah dua orang yang saling bermusuhan. Tak pernah mengenal lelah jika harus berdebat satu sama lain agar sang lawan kalah. Tapi, kenapa bisa mereka menikah ketika keduanya malah saling membenci satu sama lain...