Suasana di dalam ruangan itu berubah menjadi canggung dan hening pula. Tidak ada di antara mereka semua yang mau memulai pembicaraan. Namun yang paling tua di antara mereka semua akhirnya menyerah dengan suasana ini. Menghela napasnya dan membuat atensi mereka kini menatap padanya.
"Jadi, bisa jelaskan padaku apa yang terjadi? Siapa sebenarnya ayah dari bayi Jennie?"
Suara itu belum membuat tiga orang yang ada disana berbicara. Jennie yang duduk di atas tempat tidurnya dengan kepala tertunduk, serta Jungkook dan Yoongi yang duduk bersama di sofa yang ada di kamar inap itu. Keduanya juga bisa dikatakan tak baik berkat perkelahian keduanya sebelumnya. Membuat wajah dari masing-masing mereka kini sudah dihiasi dengan beberapa memar disana.
"Yoongi? Kau mau jelaskan pada bibi?"
Pria yang dipanggil hanya diam. Bahkan tak mengalihkan pandangannya pada Ny. Kim disana yang masih cukup bersabar menghadapi ketiganya.
"Aku bisa jelaskan padamu, bibi."
Kini pandangan Ny. Kim beralih pada Jungkook disana. Yang mulai beranjak dari duduknya. Ia tahu pria itu. Walaupun Ibu dari Jennie itu tak terlalu mengenal dengan baik Jungkook. Ia hanya mendengar jika ia adalah teman dari Yoongi dan Namjoon. Lalu mereka juga mengatakan jika Jennie dan Jungkook mempunyai hubungan yang kurang baik. Terbukti dengan Jennie yang terkadang menceritakan padanya bagaimana menyebalkannya seorang Jungkook.
Sementara Jungkook disana nampak tenang. Hingga pandangannya terhenti sekilas pada Jennie sebelum kembali menatap pada Ny. Kim disana.
Pria itu menghela napasnya. Sebelum akhirnya membungkukkan badannya dihadapan Ibu dari Jennie itu. Membuat semuanya dibuat bingung dengan apa yang ia lakukan.
"Maafkan aku, bibi. Karena telah membuat Jennie seperti ini. Aku akan bertanggung jawab untuk apa yang kulakukan padanya."
Hening kembali. Tak ada yang berbicara setelah Jungkook mengatakan itu semua. Pun dengan dirinya yang kini mulai kembali menegakkan tubuhnya. Bahkan tak ada rasa takut sama sekali di wajah pria itu. Menatap yakin pada Ibu Jennie disana.
Sementara yang ditatap hanya diam. Jungkook bahkan tak tahu apa yang sedang Ny. Kim pikirkan tentangnya saat ini. Namun ia memilih untuk tetap tenang. Berusaha untuk terlihat jika ia benar-benar dengan semua ucapannya sebelumnya.
"Jennie adalah putriku yang paling manja. Itu wajar karena dia adalah yang paling muda di keluarga kami. Dia tak akan bisa untuk melakukan apapun jika tidak diberitahu lebih dulu. Dia sering kali bertengkar dengan kakaknya hanya karena masalah-masalah kecil. Berteriak paling keras, lalu menangis setelahnya dan datang padaku. Jadi, kami begitu dekat satu sama lain.
Dia banyak bercerita. Bagaimana Yoongi yang selalu berada disampingnya dan begitu perhatian padanya. Lalu dirimu yang begitu menyebalkan baginya karena kau selalu menjahilinya. Tapi apa sekarang yang kudengar? Kau mau bertanggung jawab untuk Jennie? Lalu apa? Kau ingin aku menyetujuinya dan membiarkan Jennie bersama seseorang yang bahkan tak ia sukai?"
Jungkook yang mendengar itu sama sekali tak menunjukkan reaksi apapun. Masih berdiri disana. Kini tatapannya terarah pada Yoongi disana yang masih diam. Raut wajah pria itu masih menunjukkan kekesalannya.
"Lalu, bibi ingin dia yang menikahi Jennie?"
Kepalan itu tampak oleh mata Jungkook. Namun senyuman pria itu masih tampak diwajahnya. Kembali menatap pada Ny. Kim.
"Bukankah itu akan lebih bagus? Bibi menyukainya. Jadi, bibi tak akan masalah jika Yoongi hyung menikahi Jennie nanti."
"Aku sama sekali tak peduli siapa yang akan Jennie nikahi nanti. Mau itu kau, atau Yoongi sekalipun. Yang terpenting, dia bisa membuat Jennie bahagia."
"Kalau begitu, bibi harus percaya padaku. Walaupun aku memiliki hubungan yang tidak baik dengan Jennie, tapi aku berusaha untuk memperbaiki hubungan kami. Aku tidak berjanji, tapi berusaha untuk benar-benar bertanggung jawab pada Jennie. Seperti yang bibi inginkan. Aku akan buat Jennie bahagia."
Perkataan panjang itu membuat Ny. Kim kembali terdiam. Kini pandangannya beralih pada Jennie yang juga sama diam setelah mendengar perkataan Jungkook.
"Aku bisa saja menyetujui kau untuk menikahi Jennie. Tapi tetap saja, pilihan ada di tangannya."
Pandangan Jennie beralih pada Ibunya. Sebuah senyum tipis bisa ia lihat di wajah Ibunya. Dengan sebuah usapan di kepalanya.
Jennie menjadi sangat bingung saat ini. Ia bahkan tak tahu harus melakukan apa sekarang. Lalu mendengar semua perkataan Jungkook tadi. Jika pria itu ingin bertanggung jawab, lalu bagaimana Lisa? Gadis itu pasti akan semakin membencinya.
Yoongi? Bahkan Jennie sama sekali tak berani untuk menatap pada pria itu. Bagaimana bisa pula ia menyuruh pria itu bertanggung jawab padanya?
Tanpa sadar, airmatanya turun begitu saja. Terlalu banyak yang ia pikirkan saat ini. Kepalanya sangat pusing sekali.
"Sayang, kau istirahat saja. Maaf karena membuatmu menjadi memikirkan ini semua."
Jennie hanya menurut. Ketika Ibunya kini membantunya untuk berbaring di atas tempat tidurnya. Benar. Jennie sangat butuh istirahat sekarang. Untuk tubuh, pikiran dan juga bayi yang masih di dalam rahimnya. Setidaknya, Jennie ingin melupakan apa yang terjadi padanya. Tidur seolah tak terjadi apapun padanya saat ini.
.
.
"KIta perlu bicara."
Jungkook tak menolak. Ketika dirinya baru saja selesai berkunjung dari menjenguk Jennie. Hanya mengikuti langkah Namjoon yang entah ingin berbicara apa padanya. Mungkin masalah Jennie, begitu pikirnya.
Dan disinilah keduanya. Di cafetaria yang berada di rumah sakit yang sama tempat Jennie masih dirawat. Keduanya duduk berhadapan dalam keheningan. Biasanya, keduanya sering mengobrol bersama. Sama ketika Jungkook bersama dengan Yoongi. Yoongi dan Namjoon adalah dua orang yang paling berpengaruh dalam hidup seorang Jeon Jungkook. Keduanya benar-benar adalah figur seorang kakak baginya. Tapi dengan semua masalah yang datang saat ini, membuat hubungan ketiganya kini sedikit merenggang.
"Apa hyung akan diam saja?"
Ucapan dari Jungkook memecah keheningan di antara keduanya. Pandangan Namjoon pun sekarang teralihkan kembali pada Jungkook. Dan pria itu akhirnya menghela napasnya, sebelum akhirnya memulai pembicaraan di antara keduanya.
"Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi sekarang. Kau akan menikahi Jennie?"
"Ada apa? Apa hyung tak menyukai jika aku menikahi adikmu? Kenapa hyung terlihat sangat perduli pada Jennie disaat seperti ini?"
"Jungkook, mau bagaimanapun, Jennie adalah adikku. Di keluarga kami, Jennie adalah anak yang paling diperhatikan. Bukan hanya karena dia yang termuda, tapi dia juga perempuan. Kebahagiaannya lebih penting dari semuanya. Dan kau? Kau bahkan sering dan selalu berdebat dengannya. Kau pikir, aku mau menyerahkan Jennie pada dirimu? Yang ada, rumah tangga kalian akan diisi dengan adu mulut kalian setiap hari."
Jungkook kali ini yang menghela napasnya. Tidak mudah ternyata meyakinkan Ibu maupun kakak dari Jennie. Tapi Jungkook pun menyadari jika semua yang diucapkan keduanya benar adanya. Tapi, apakah mereka berdua tak bisa melihat semua ketulusan yang ia lontarkan? Tak bisakah mereka hanya percaya padanya saja?
"Hyung, kumohon. Hanya kau satu-satunya harapanku. Percaya padaku. Aku pasti akan bisa membuat Jennie bahagia. Jadi tolong, biarkan aku menikahinya."
"Tapi ibuku sudah bilang, jika keputusan tetap pada Jennie. Apa dia mau menikah denganmu atau tidak. Percuma pula jika kau membujukku."
Bahu tegap milik pria Jeon kini semakin turun. Meyakinkan Jennie yang bahkan tak bisa memutuskan apapun lebih susah daripada meyakinkan Ny. Kim ataupun Namjoon. Tapi pria itu tak mungkin menyerah begitu saja. Ia akan melakukan apapun untuk meyakinkan gadis itu.
"Namjoon!!"
Suara itu membuat keduanya beralih. Namjoon beranjak ketika melihat keberadaan Ibunya yang kini mendekat padanya. Terlihat jika Ibunya begitu panik dan khawatir saat ini.
"Ada apa?"
"Jennie, dia menghilang."
--To Be Continued--
KAMU SEDANG MEMBACA
married with my enemy ❌ jenkook
Fanfiction[18+] ✔ Kim Jennie dan Jeon Jungkook, Adalah dua orang yang saling bermusuhan. Tak pernah mengenal lelah jika harus berdebat satu sama lain agar sang lawan kalah. Tapi, kenapa bisa mereka menikah ketika keduanya malah saling membenci satu sama lain...