Pagi itu, gadis itu mengerutkan keningnya. Mendapati hari telah berganti menjadi pagi dengan cahaya matahari yang masuk melalui celah jendela kamar membangunkannya.
Ia beranjak. Sedikit meringis dengan memegangi kepalanya ketika rasa pusing itu datang padanya. Pandangannya mengelilingi. Terasa tak asing dengan kamar yang sedang ia tempati saat ini walaupun ia tahu jika kamar yang ia tempati saat ini bukanlah kamar miliknya.
Ceklek
Pandangan Lisa beralih. Dan benar saja dugaannya. Jika kamar yang ia tempati saat ini milik Jungkook. Dimana pria itu kini melangkah mendekat padanya dengan sebuah nampan berisi mangkuk yang Lisa tak tahu apa itu. Bersama dengan sebuah segelas air di atas nampan itu.
"Kau sudah bangun? Makan ini dan bersihkan dirimu setelahnya." Ucapnya cepat. Bahkan tanpa menatap pada Lisa dan meletakkan begitu saja nampan yang ia bawa di atas meja nakasnya. Membuat Lisa yang melihat itu semua hanya bisa terdiam dengan sikap Jungkook.
"Maaf, tapi aku harus pergi sekarang. Aku harus mengurusi sesuatu."
Lagi. Tak ada tatapan lembut yang Jungkook dulu berikan untuk Lisa. Seolah keduanya kini hanya dua orang asing yang tak memiliki hubungan apapun.
Sementara Jungkook disana hanya beranjak untuk mengambil jaketnya. Mengenakannya dengan cepat sebelum beranjak untuk keluar dari kamarnya.
"Apa urusan itu ada sangkut pautnya dengan Jennie eonni?"
Langkah Jungkook terhenti begitu saja. Mendengar nada dingin yang Lisa baru saja keluarkan. Bahkan mungkin, Jungkook baru saja mendengar nada itu selama dia bersama dengan Lisa.
Pria itu berbalik. Langkahnya mendekat pada Lisa. Sebelum akhirnya menyentuhkan telapak tangannya di atas dahi milik gadis itu.
"Kurasa, selain mabuk kau juga demam. Mau kubawakan obat penurun panas?"
Lisa menepis begitu saja tangan Jungkook. Mulai beranjak dari atas tempat tidur milik pria itu serta mengambil tasnya yang ia lihat telah tergeletak di atas meja di kamar itu.
Bahkan tak ada ucapan terima kasih atau apapun yang keluar dari Lisa. Beranjak dari kamar Jungkook begitu saja dengan perasaan marah dan kesalnya.
Sementara Jungkook, hanya memperhatikan Lisa yang sudah beranjak. Pun dengan helaan napas yang kini keluar darinya.
"Benar firasatku. Seharusnya aku tak membuatkan makanan untuknya."
Jungkook memilih mengambil sup yang ia buat sebelumnya. Memakannya setelahnya karena tak mau jika sup itu tak dimakan.
.
.
Lirikan itu terus Jennie berikan. Pun sama halnya dengan Namjoon yang duduk dihadapan sang adik saat ini. Keduanya bahkan memakan sarapan mereka dalam diam. Membuat sang Ibu yang memerhatikan keduanya hanya menatap aneh pada putra-putrinya itu.
"Ini aneh."
Pandangan keduanya beralih menatap pada Ibu mereka.
"Sudah berapa lama sejak eomma mengunjungi kalian berdua?"
"Maksud eomma?"
Pandangan Ny. Kim beralih. Pada putra sulungnya saat ini.
"Kau. Kau tak mungkin berbuat sesuatu pada adikmu, kan?"
"Aku? Memang apa yang aku lakukan?"
Lalu pandangan Ny. Kim beralih pada Jennie. Membuat gadis itu terkesiap ketika tatapan Ibunya itu mengarah padanya.
"Entahlah. Jennie menjadi lebih pendiam sekarang. Seperti kau tengah menahan beban yang sangat berat saat ini."
Jennie terdiam. Bahkan tanpa dirinya sadari kini menggenggam dengan erat sendok yang ia genggam.
KAMU SEDANG MEMBACA
married with my enemy ❌ jenkook
Fanfiction[18+] ✔ Kim Jennie dan Jeon Jungkook, Adalah dua orang yang saling bermusuhan. Tak pernah mengenal lelah jika harus berdebat satu sama lain agar sang lawan kalah. Tapi, kenapa bisa mereka menikah ketika keduanya malah saling membenci satu sama lain...