"Hmm, dia bersamaku sekarang. Hyung tak perlu lagi khawatir."
"Baiklah. Aku percaya padamu. Tapi jangan terlalu lama disana. Dia masih perlu istirahat dan udara malam tak baik baginya."
"Aku tahu. Hyung tak perlu mengatakan hal itu padaku."
"Ck, dasar. Sudahlah, yang penting jaga Jennie dengan baik."
Panggilan itu berakhir setelahnya. Pun dengan Jungkook yang kini melirik pada Jennie disampingya. Tengah terlelap dengan bahu pria itu sebagai sandarannya. Pria itu merapatkan kembali jaket miliknya yang sudah berpindah menyelimuti tubuh Jennie.
Namun sepertinya, gerakan yang dilakukan Jungkook membuat Jennie terbangun saat itu juga dari tidurnya. Melirik pada pria itu yang menatapnya.
Jennie beralih untuk tetap pada posisinya. Menikmati waktu yang diberikan Tuhan untuk keduanya saat ini. Bahkan ia semakin menyamankan dirinya ketika Jungkook beralih merengkuh tubuhnya untuk mendekat.
"Lanjutkan saja tidurmu."
Namun Jungkook tahu jika Jennie tak mungkin menurutinya begitu saja. Memilih menatap langit malam di atas sana sembari terus mengelus perlahan surai hitam milik gadis itu.
"Jungkook..."
"Hmm?"
"Apa benar, aku sangat jahat?"
Beberapa menit itu diisi dengan keheningan. Jungkook yang tak kunjung pula menjawab pertanyaannya membuat Jennie kini sedikit melirik pada pria itu.
"Jungkook--"
"Tidak, Jen. Kau tidak jahat sama sekali. Semua manusia bukanlah makhluk sempurna. Mereka pasti melakukan sebuah kesalahan selama hidupnya. Jika kau menyebut dirimu jahat hanya karena masalah ini, maka aku juga termasuk jahat, bukan?"
Kali ini, pandangan Jungkook beralih pada Jennie. Menyentuhkan satu tangannya pada pipi gadis itu yang menghangat. Dia sedang demam, begitulah pikir si pria.
"Sudah berapa lama kau disini, huh? Kau bahkan sampai demam sekarang."
"Jungkook, kumohon. Aku hanya tak ingin ada orang-orang disekitarku yang tersakiti karena diriku."
Pria itu menampakkan senyum tipisnya. "Lihat? Kau bahkan mementingkan kebahagiaan orang lain di atas dirimu. Bagaimana kau bisa berpikir dirimu sangat jahat?"
"Tapi, Lisa dan Yoongi Oppa--"
"Jika mereka menyayangimu, mereka pasti mengerti dirimu. Mereka juga pasti akan mementingkan kebahagiaanmu. Sama seperti dirimu."
"T-Tapi, bagaimana?"
"Kau hanya harus mengatakan pada mereka apa yang kau inginkan. Jika mereka menerimanya, itu bagus. Jika tidak, kau hanya harus terus membuat mereka mengerti."
Jennie tak mengatakan apapun lagi. Kepalanya tertunduk perlahan. Seolah mencoba untuk mencerna semua perkataan Jungkook padanya.
"Jangan berpikiran banyak. Itu tidak baik bagi kesehatan dirimu maupun bayimu."
Pria itu beranjak. Membuat Jennie mendongak untuk menatapnya. Namun yang dilakukan Jungkook selanjutnya membuat Jennie bingung. Pasalnya, pria itu kini berlutut dengan memunggungi dirinya dihadapannya.
"Naiklah."
"Huh? T-Tidak perlu. Aku masih bisa berjalan sendiri."
"Jangan sampai aku memaksamu, Jen."
Jennie tak suka dipaksa. Bibirnya bahkan sudah mengerucut kesal karena seorang Jeon Jungkook sudah kembali menyebalkan baginya. Mau tak mau, akhirnya gadis itu memilih untuk mengikuti kemauan Jungkook. Melingkarkan kedua tangannya pada leher Jungkook. Pun dengan Jungkook yang dengan mudahnya menggendong Jennie di punggungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
married with my enemy ❌ jenkook
Fanfiction[18+] ✔ Kim Jennie dan Jeon Jungkook, Adalah dua orang yang saling bermusuhan. Tak pernah mengenal lelah jika harus berdebat satu sama lain agar sang lawan kalah. Tapi, kenapa bisa mereka menikah ketika keduanya malah saling membenci satu sama lain...