Bab 9

1.2K 49 0
                                    

Pagi-pagi setelah menunaikan sholat subuh, Nazwa melakukan aktifitas yang sudah menjadi kebiasaannya dipagi hari sejak kuliah, yaitu memasak

Hafsyah seringkali merasa tak perlu Nazwa siapkan makanan setiap pagi, atau malam. Hanya saja Nazwa bersikukuh ingin melakukannya. Alasannya simple, hanya hobi saja katanya

Sedangkan Hafsyah kadang-kadang saja membantu memasak, karna dia tidak terlalu banyak tau tentang dapur, jika Nazwa sudah melakukan pekerjaan dapur, sebisa mungkin Hafsyah mengerjakan pekerjaan lainnya agar sebanding

Aisyah yang memang baru pertama melihat itu semua pun berdecak kagum. Sebagai perempuan, dia tidak bisa seperti Nazwa maupun Hafsyah. Palingan setelah bangun pagi seperti ini dia lebih memilih leha-leha dulu didalam kamar sambil main handphone, setelah terdengar suara mamanya memanggil bermaksud membangunkan, baru Aisyah bergegas kekamar mandi. Tapi, tak sampai membantu mama nya didapur, karna setelah selesai mandi Aisyah melihat semua sudah tertata rapi diatas meja makan, rumah terlihat kinclong, piring kotor sudah tidak berserakan. Hal itu membuat Aisyah kebiasaan. Jadi wajar dia melihat pemandangan didepannya ini kagum

"Siti kamu mandi aja dulu, biar cepet. Kamar mandi dikontrakan ini cuman satu, jadi yaa ganti-gantian" ucap Nazwa yang sedang menceplok telur diatas wajan membentuk telur mata sapi

"Ngg--iya deh. Dari pada cuman liat-liat kayak orang ling-lung disini aku mandi deluan" setelah mengatakan itu Aisyah pergi meninggalkan dapur dan berjalan kearah kamar mandi didekat kamar Hafsyah yang paling ujung

"Syah, kamu mata kuliah hari ini ada sore nggak?"

"Hmmm.....kayaknya nggak kak Jua, cuman nanti pagi jam delapan dan jam sepuluh. Mungkin habis nanti dekat sholat dzuhur, akhir-akhir ini dekan jarang masuk. Memang Kenapa?"

"Nggak. Nanti jadwal aku sama kayak kamu tapi jam sepuluh aja, dan lanjut jam sebelas. Mungkin habis ashar baru selesai. Kamu mau pulang deluan?"

"Gimana yaa?" Tampak Hafsyah menimbang-nimbang

"Pulang aja lebih dulu. Ngapain juga nungguin aku."

"Iyaudah deh." Setelahnya tidak ada percakapan diantara keduanya lagi

__________

Naufal sudah bersiap ingin pergi setelah berpamitan pada ummi nya tadi. Sekarang adiknya Dilah tidak perlu dia antar lagi, soalnya kadang sering terlambat karena Naufal yang ngaret

Baru saja ingin memakai helm, poselnya bergetar menandakan ada panggilan masuk

Ternyata dari Dino. Naufal mendengus sebelum mengangkatnya

"Napa?" tanya Naufal malas

"Yaelah, nggak semangat amat idup lo. Gini nih kalau cintanya ditolak ama siapa itu namanya, Na- Nazwa yaa?" Sahut Dino disebrang sana

"Ish. Udah deh kagak usah kebanyakan cerita lu. Paan nelpon gue. Pasti ada apa-apa nya" ujar Naufal kesal

"Kalo ngomong suka bener. Hehehehe, ini gue mau minta tolong, bisa nggak lo jemput gue dirumah. Motor gue lagi ngambek"

"Dapet apa gue?"

"Anjir. Perhitungan amat lu jadi temen"

"Heh, gue kasi tau yaa ke elo didunia ini tuh kagak ada yang gratisan. Lu kencing juga bayar, apalagi nebeng ama gue"

"Iyaiya. Ntar gue isi bensin lu"

"Nah gitu dong. Kan cakep tuh"

"Udah cepetan, gue ada kelas pagi"

"Iya sabar nyet."

Kemudian sambungan pun terputus, Naufal segera memakai helm dan melajukan motornya kekawasan tempat Dino tinggal

Cinta Karena AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang