Bab 20

244 13 3
                                    

Nazwa, Naufal dan Susi telah tiba dipasar tradisional. Keadaannya sangat ramai, entah itu hari libur atau hari seperti biasa tetapi pasar Senen tetap ramai.

"Kita ke pedagang pinggir jalan ya..." intruksi Nazwa, yang sekarang lagi mengernyitkan dahinya akibat panas yang menyengat padahal masih pukul 08.00 pagi

Naufal setia dengan kamera yang tergantung dilehernya, tidak lupa mengambil momen transaksi jual-beli yang terjadi disekitarnya.

"Nah, ini aja Naz," Susi menghentikan langkah mereka bertiga. Lalu Susi mengeluarkan beberapa pertanyaan yang telah dia diskusikan bersama Nazwa sebelumnya.

Sekarang tugasnya, Nazwa yang mewawancarai si Ibu penjual segala barang kebutuhan yang dia dorong menggunakan gerobak.

Susi mencatat apa saja pernyataan si penjual, dan Naufal tentunya yang dokumentasi.

Setelah selesai mewawancarai, mereka pergi ke penjual sembako. Masih dipinggir jalan, keadaan yang ramai kadang membuat kegiatan mereka terhenti. Apalagi jika ada yang membeli.

Keringat sudah menetes dikening Nazwa, cuacanya semakin panas dengan sesak orang berlalu-lalang. Tidak berbeda jauh dengan keadaan Susy yang juga kesulitan mencatat. Tapi, untungnya dia membawa alat perekam, jaga-jaga kalau laporan mereka kurang lengkap.

"Naz"panggil Naufal, tau-tau sudah ada disamping Nazwa yang masih menelusuri pedagang mana saja yang akan menjadi target selanjutnya.

"Nih pake," kata Naufal menyematkan topi biru yang sebelumnya dia pakai.

Nazwa pun tersentak begitu saja mendapat perhatian Naufal. Yang entah mengapa membuat hatinya berdesir.

Naufal pura-pura sibuk melihat hasil jemretannya, menutupi salah tingkah. Sedangkan Nazwa berdehem canggung serta memperbaiki letak topi Naufal.

"Naz, kesana ya. Kayaknya lagi sepi" kata Susy, membuat keduanya tersentak dan secara alamiah menjauhkan diri.

Lalu segera Nazwa dan Naufal menyusul Susy.

——————

Tepat jam sebelas siang, mereka selesai. Susy segera pamit karena harus membantu mamanya berjualan. Tinggalah Nazwa dan Naufal dipinggir jalan.

"Singgah makan siang dulu yuk," ajak Naufal, yang langsung di 'iya' kan oleh Nazwa karena dia memang lapar.

Keduanya duduk berhadapan diwarung makan, masih daerah sekitar pasar. Sate, lontong, lengkap dengan nasi dan sayur menemani makan siang mereka berdua.

Selesai makan, dan membayar Naufal menemani Nazwa mencari angkutan umum.

Satu angkot berhenti didekat mereka. Sebelum masuk, Naufal terlebih dahulu melihat kondisi angkot itu

"Nggak jadi bang," kata Naufal, setelah melihat isi dalam angkot yang tidak hanya diisi oleh ibu-ibu melainkan laki-laki juga.

Nazwa hanya mengerutkan dahinya bingung tanpa bertanya lebih lanjut lagi.

Angkot kedua, masih sama. Entah apa yang akan dilakukan Naufal dengan menghentikan angkot tapi setelahnya malah menyuruh pergi. Akibatnya si supir marah-marah, dan hanya dibalas kata maaf oleh Naufal.

Baru Nazwa ingin bertanya, angkot selanjutnya berhenti. Dan setelah Naufal mengecek isi dalam angkot itu, barulah dia berbalik pada Nazwa.

"Gih balik. Isinya ibu-ibu semua,"vkata Naufal kalem

"Eh...iya. kalau gitu, aku pamit. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam" jawab Naufal pelan

Sungguh hari yang melelahkan tapi menyenangkan

Cinta Karena AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang