BAB 28

28 2 0
                                    

Lagi serius-serius menggerakkan jari jemarinya dilayar sentuh sebuah Smartphone, tiba-tiba saja rasa panas diikuti nyeri hinggap ditelinga kanannya,

"Bagus yaaa Ummi datang kamu cuma push rank, push rank aja. Bangkrut nii perusahaan turun temurun punya buyut kamu. Udah enak sisa nerusin ga perlu bangun dari awal malah mau diibangkrutin," omel wanita berumur yang tak melepaskan jewerannya dikuping anak sulung nya

"A-aduhh Ummi, sakitt. Lepasin dulu aduhhh ntar telinga Naufal copot gabisa disambung lagi. Aww," rengek lelaki bernama lengkap Naufal Faiz

Sang Ummi melepaskan jewerannya dan si anak mengelus daun telinganya yang sakit,

"Jahat banget sihh, lagian kan ini jam istirahat jadi Naufal main game bentar ummi" Sungut Naufal

Ummi hanya menggeleng takzim, Naufal yang sekarang tak ada bedanya dengan Naufal yang dulu. Tetap sama dimatanya,

"Justru karena jam istirahat kamu pakailah buat istirahat. Makan, tidur ehh malah main game." Omel Ummi nya tak mau kalah

Dalam hati Naufal menggerutu, karena menurutnya main game adalah salah satu alternatif istirahat terbaik diwaktu sempit. Namun yaaa dia cepat-cepat mengucap istigfar, takut kualat menggerutu kepada Ibu.

"Iya iya. Ngomong-ngomong Ummi ngapain kesini?" Naufal bertanya karena jarang-jarang Ummi nya itu mau berkunjung ke kantor

"Mau bawain makan siang, duh makanya kamu cari pendamping tohh le, biar ada yang ngurusin, ada yang nungguin dirumah, ada yang kelonin. Ini udah mau kepala tiga masih melajang aja, anak temen Ummi udah mau lahirin anak ke tiga malah,"

Memang, wanita dan kecerewetan yang tidak bisa dipisahkan. Bagaikan sepasang sepatu. Mana pembahasannya itu-itu lagi

"Ummi ku yang cantik tiada dua nya, masalah istri kan kita udah sepakat. Insya allah kalau udah ketemu langsung ke bapaknya meminang langsung. Jangankan Ummi, Naufal aja panik lho ini jodoh mana yaaa kok nggak muncul-muncul juga. Tapi gaboleh kebanyakan overthinking, jodoh, rezeki dan maut udah tertulis di lauhul mahfudz." Ungkap Naufal tenang dan bijaksana. Tidak ada lagi ketengilan diwajahnya, membuat sang Ummi mengangguk mengerti walaupun dalam hati merasa anaknya kurang usaha. Contohnya ikut rencana perjodohan yang dia siapkan,

"Iya deh kak, Ummi paham." Kata Ummi nya dengan setengah hati membuat Naufal terkikik,

"Awas yaaa kalau Naufal tau Ummi sama Ayah rencanain jodoh-jodohan." Kata Naufal was-was. Kalau dulu Ummi nya yang bar-bar, saat ini Ayahnya pun ketularan bar-bar. Mungkin efek pensiun dini, jadi Ayahnya itu kekurangan kerjaan

"Coba aja dulu sih kak, anak temen Ummi dari Surabaya. Anaknya cantik, sholehah pula, kamu kenal sama dia. Dia itu..." Tuh kan, baru saja Naufal memperingati Ummi nya agar tidak macam-macam

Melihat sang anak enggan, sang Ummi juga tidak bisa memaksakan kehendaknya. Padahal dulu dia sangat menginginkan putri temannya itu untuk jadi menantunya,

"Iya-iya nggak Ummi bahas lagi. Eh iya, Ayah kamu nitipin ini berkas,"

"Emang Ayah kemana Um?" Tanya Naufal seraya mengambil berkas yang Ummi nya berikan

"Nyelesain kasus penggelapan dana di Surabaya. Bukan masalah uangnya sih, tapi kasian pekerja disana nggak digaji berbulan-bulan. Mana produksi tahunan juga macet,"

"Masalahnya mau dibawa ke pengadilan?" Tanya Naufal lagi setelah membaca secara garis besar kertas ditangannya,

"Iya. Mau cari pengacara dulu tapi Ayah kamu saranin konsul ke penasihat keuangan," Naufal mengangguk-angguk mengerti

"Ohiya kak, esok sore ada acara nggak? Ke Surabaya temenin Ummi ya," sambung Umminya

"Mau ngapain Um? nyusulin Ayah?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Karena AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang